Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Perlu Kau Kawini Hayati, Bang!

23 Agustus 2017   14:34 Diperbarui: 27 Agustus 2017   10:50 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan itu melirik jam yang terpasang di dinding, dia beringsut ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Rendy menutup jendela yang sedari tadi disandari ibunya, remaja itu menghela nafas panjang setiap mengingat perjuangan ibunya. Berulang kali dia memberi ijin pada ibunya untuk menikah lagi, tapi entah mengapa sepertinya ibunya tidak tertarik menikah lagi.

***

Selepas isya, Hayati masih duduk menonton televisi di ruang tengah. Lebih tepat jika dikatakan televisilah yang menonton dia. Saat makan malam tadi,  kembali emak menanyakan kapan dia akan menikah lagi? Rendy, Sandy dan si bungsu Sonnypun secara kompak mendukung keinginan neneknya. Hayati bingung mau menjawab apa? Bukan tidak mau, bukan pula tidak ada yang melamarnya, sejak setahun lalu dia dekat dengan teman sekantornya yang baru pindah dari Kutai kartanagar.

Sejak dekat dengan Zainudin, dia merasa dunia berubah menjadi ceria. Semangatnya untuk bekerja berlipat ganda, bukan hanya demi gaji dan bonus yang akan dia terima, tapi juga demi bertemu dengan lelaki simpatik itu.

Di kantornya, mereka mulai dijodoh-jodohkan, apalagi status Zainudin yang juga sendiri membuat Hayati punya harapan besar akan hubungan yang terjalin. Zainudinpun tidak segan memberinya hadiah-hadiah, dan sebulan lalu dia melamar Hayati di depan emaknya. Itu sebabnya emak mendesaknya agar segera meresmikan hubungan mereka agar terhindar dari gunjingan tetangga.

Tapi kemaren saat Hayati mengecek akun facebooknya, ada permintaan pesan tertanggal sebulan yang lalu. Ditulis dengan huruf kapital, Mbak aku undang kamu ke Kutai kartanagara, aku akan ajak kamu berkeliling tempat wisata disini, karena rupanya kamu kurang piknik hingga berusaha merebut bapak dari ibu kami?

Hayati terhenyak tanpa bisa berkata apa-apa, hatinya masygul. Dia membalas pesan itu dan mendapatkan kejutan bertubi-tubi. Zainudin yang santun, bukan pria bebas. Dia suami dan bapak dari dua anak, dan belum bercerai dengan resmi karena takut kehilangan fasilitas jaminan kesehatan dan lain-lain dari kantor istrinya. Lalu hubungan ini? Hayati merasa dibodohi, ketulusannya dalam menjalin hubungan dicurangi oleh lelaki itu.

***

"Mah, ada ayah Zainudin datang!" kata Sonny sambil menjilati es krim.

Anak-anaknya sudah terbiasa memanggil Zainudin dengan sebutan ayah. Tiba-tiba hati Hayati terasa perih, bagaimana dia bisa mengatakan sebuah keputusan yang dia ambil? Emak dan anak-anak telanjur berharap banyal dengan hubungan mereka, tapi terbukanya status lelaki bertubuh tegap itu membuatnya ragu. Hayati menemui Zainudin setelah membuatkan kopi untuknya.

"Kamu kok cuti nggak bilang aku Ti?" tanya Zainudin lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun