Saras Setyawati, mahasiswa S2 Program Studi Magister Manajemen dengan konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia pada Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning (Unilak), mengangkat isu strategis dalam pengelolaan SDM di sektor kesehatan, khususnya dalam proses rekrutmen tenaga kerja di lingkungan klinik. Di bawah bimbingan Dr. Richa Afriana Munthe, S.E., M.M. dan Dr. Imran Al Ucok Nasution, S.T., M.M., Saras menyoroti pentingnya efisiensi dan akurasi dalam proses rekrutmen sebagai fondasi pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Dalam konteks klinik kesehatan, kebutuhan akan tenaga kerja yang kompeten dan sesuai dengan standar pelayanan menjadi sangat krusial. Saras mengidentifikasi bahwa proses rekrutmen yang panjang dan kompleks dapat meningkatkan biaya operasional dan menurunkan daya tarik kandidat potensial. Tantangan seperti volume pelamar daring yang besar, kurangnya kejelasan deskripsi pekerjaan, serta risiko diskriminasi terhadap kandidat yang tidak memiliki akses teknologi menjadi hambatan nyata dalam proses seleksi.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Saras mengusulkan pendekatan berbasis data dan teknologi, termasuk penggunaan Applicant Tracking System (ATS) dan software analitik untuk menyaring pelamar berdasarkan kata kunci dan kriteria tertentu. Selain mempercepat proses, teknologi ini juga membantu menjaga konsistensi dan kepatuhan terhadap regulasi ketenagakerjaan. Di sisi lain, rekrutmen internal juga dinilai memiliki potensi besar, dengan keuntungan berupa loyalitas dan efisiensi pelatihan, namun tetap memerlukan transparansi agar tidak menimbulkan konflik internal.
Pendapat profesional Saras Setyawati ini mendapatkan tanggapan dari Dr. Chandra Bagus, S.T., M.M., seorang praktisi manajemen dan engineering. Menurutnya, pendekatan berbasis teknologi dalam rekrutmen sangat relevan dan menjanjikan efisiensi tinggi. Namun, ia juga memberikan catatan kritis:
"Efektivitas teknologi seperti ATS sangat bergantung pada kualitas input dan desain sistem. Jika tidak dirancang dengan mempertimbangkan keberagaman kandidat, sistem ini justru bisa memperkuat bias yang ada. Selain itu, dalam sektor kesehatan yang sangat human-centered, proses rekrutmen tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh algoritma. Sentuhan manusia tetap diperlukan untuk menilai aspek-aspek seperti empati, komunikasi, dan integritas."
Sebagai penguatan solusi, Dr. Chandra Bagus menyarankan agar pendekatan teknologi dilengkapi dengan pelatihan bagi tim rekrutmen untuk memahami bias algoritmik dan pentingnya inklusi. Ia juga menekankan perlunya audit berkala terhadap sistem ATS dan integrasi dengan kebijakan SDM yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan dan profesionalisme.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI