Dalam bahasa jawa GURU berarti digugu lan ditiru. Jika diterjemahkan kira-kira pengertiannya (didengar dan diikuti/dicontoh). Maka guru merupakan pribadi dan profesi yang dihormati dalam masyarakat Jawa tradisional. Mereka menjadi panutan dan contoh bagi masyarakat karena memiliki keahlian, kemampuan, dan perilaku yang pantas untuk dijadikan teladan. Oleh karena itu, untuk menjadi guru seseorang harus memenuhi sejumlah kriteria untuk memenuhi syarat tertentu bersahaja dalam perilaku, tidak cacat, tulus dalam pengabdian, cerdas, beretika baik, tidak memiliki kesenangan yang dapat menistakan kedudukannya.
Gampang-gampang susah loh untuk menasbihkan diri sebagai guru. Ketika guru melakukan kesalahan fatal, maka elektabilits masyarakat terhadap guru akan seketika sirna. Peristiwa tak senonoh terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Dusun Majjakka, Desa Watang Pulu, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, pada Selasa (17/1/2017), pelakunya “oknum” guru honorer masih ingusan bernama Lukman (24). mencabuli DM (11) murid kelas VI di dalam toilet kamar mandi sekolah kondisi rusak, saat jam istirahat tiba Jumat (13/1/2017) lalu, lantaran tidak tahan menahan birahi melihat kemolekan tubuh DM. NGERST!
Dikatakan “oknum” untuk saat sekarang susah, karena pelakunya bukan lagi minoritas atau perseorangan melainkan kelompok masyarakat mayoritas. Hal ini tentu sangat terhinakan, tetapi tampaknya profesi ini masih dianggap terhormat dan mulia di hadapan masyarakat, karena guru merupakan pioneer dalam pencapaian tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Celoteh mengungkapkan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Gurulah yang “menciptakan” orang-orang cerdik pandai yang di antaranya telah menjadi seorang koruptor, pengganda uang, pengguna narkoba, artis, PNS, Bupati, Walikota hingga Presiden dan kesemua profesi tersebut hasil didikan para guru termasuk dosen.
Kondisi ini juga terkait erat dengan tingkat kesejahteraan guru yang sangat rendah, sehingga terjerumus melakukan hal-hal yang rendah pula. Bagaimana guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, sementara mereka masih bingung harus memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin tidak dapat dicukupi dengan penghasilan atau gaji yang diterimanya? Berdasarkan realitas itu, kualitas dan kesejahteraan guru menjadi salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Ketika mutu pendidikan moral di Indonesia merosot maka mutu guru menjadi pertanyaan masyarakat, guru dianggap menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, karena merekalah yang berada di garda depan dalam dunia pendidikan. Kualitas guru-guru Indonesia dianggap rendah.
Hal ini didasarkan pada realitas bahwa kasus pencabulan yang melibatkan oknum guru honorer dan murid ini menjadi pelajaran, bahwa perbuatan bejat tersebut tidak dibutuhkan dalam kualifikasi dan kompetensi. Kerangka berpikir cabul semacam itu perlu diasingkan agar tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dapat tercapai sesuai dengan harapan.
25 Januari 2017