Mohon tunggu...
Sarah Handayani
Sarah Handayani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UHAMKA

Dosen UHAMKA , Wakil Ketua Umum PPPKMI dan AKtivis Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Relasi Kuasa Dokter-Pasien: Praktik Donor Sperma Tanpa Etika

1 Oktober 2022   16:21 Diperbarui: 5 Oktober 2022   11:34 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok: Our Father Netflix

Bagaimana rasanya jika ternyata Anda menemukan banyak saudara tiri? Bukan sedikit, tapi mencapai seratus.

Film dokumenter Our Father, yang tayang di Netflix Mei 2022, menggambarkan tragedi kemanusiaan yang melibatkan seorang ginekolog, dr Donald Cline, asal Indianapolis, Amerika Serikat karena telah melakukan donor spermanya sendiri di tahun 1980an.

Jacoba Ballard, perempuan yang pertama menemukan permasalahan keterhubungan silsilah dengan dr Cline ini sebenarnya sudah mengetahui bahwa ibunya mengikuti program donor sperma, sejak ia beusia 10 tahun.

Namun, baru pada 2014, dia melakukan pengujian silsilah pada website 23AndMe. Ibunya Ballard menjelaskan bahwa ada kemungkinan dia akan mendapatkan tiga sampai empat saudara yang cocok DNA dengannya.

Sebagaimana dulu ibunya pernah mendapat penjelasan dr Cline bahwa donor sperma yang digunakan adalah sperma segar yang berasal dari mahasiswa intern, anonim dan hanya dapat digunakan tiga-sampai empat kali tindakan saja. 

Dokumentasi keberhasilan donor sperma yang tercatat pertama kali memang sebagai kebohongan. Pada 1884, seorang dokter bernama dr William Pancoast, mencoba donor sperma yang berasal dari mahasiswa kedokteran yang paling tampan setelah membius pasiennya dengan klorofom.

Pasiennya ini adalah isteri seorang pria kaya di Philadelphia. Pancoast baru memberi tahu suaminya setelah itu, dan pria itu setuju untuk merahasiakannya pada isterinya.

Saat dr Cline membuka klinik tahun 1979, infertilitas adalah spesialisasi yang relatif baru. Saat itu belum ada bank sperma dengan prosedur etik ketat seperti sekarang.

Pencarian pendonor biasanya dilakukan langsung oleh ginekolog, dan yang paling sering dipilih menjadi pendonor sperma adalah mahasiswa kedokteran. Alasannya sederhana, karena mereka sering berada di rumah sakit dan kecerdasannya.

Relasi Kuasa Dokter-Pasien

Kasus serupa dr Cline ini ternyata bukan hal pertama di Amerika Serikat. Ada juga kisah serupa dr Quincy Frontier, ginekolog asal Las Vegas.

Selama lebih dari 30 tahun, secara diam-diam juga menggunakan spermanya sendiri untuk membuahi pasien kesuburannya, tanpa sepengetahuan dan persetujuan mereka.

Beberapa dekade kemudian, Wendy Babst, menemukan kenyataan bahwa ternya ayah yang membesarkannya bukan ayah biologisnya, namun dr Frontier.

Kisah tentang dr Frontier ini juga diangkat sebagai film documenter Garapan Hannah Olson, Baby God, yang ditayangkan di HBO pada tahun 2020. Beberapa pasien juga melaporkan bahwa mereka juga mengalami tindak pelecehan seksual dalam sesi konsultasi.

Kasus lain serupa adalah dr Kim McMorries di Texas. Seorang dokter kesuburan Texas Timur adalah ayah biologis dari tujuh anak dari pasien yang dirawat langsung di klinik kesuburannya pada 1980-an, menurut catatan DNA dan wawancara dengan keturunannya. Kim McMorries akhirnya harus mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Dewan Medis Texas atas "perilaku tidak profesional dan tidak etis."

Bukan hanya di Amerika Serikat, namun juga terjadi pada dr Jan Karbaat di Bahrain. Beliau terkenal sebagai ahli infertilitas asal Belanda. Selama menjalankan praktik kesuburan dalam waktu 30 tahun, pada akhirnya dr Karbat dilaporkan oleh para pasiennya.

Penelitian tentang kasus ini ditulis oleh seorang jurnalis bernama Kamil Baluk dalam bukunya "All Lewis Children about Jan Karbaat Fertility Clinic".

Kamil melakukan wawancara dengan anak-anak yang ibunya menjalani tindakan infertilitas di klinik dr Karbaat pada tahun 1970-1980an dan pihak-pihak terkait lainnya.

Meskipun pada akhirnya Kamil mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara langsung dengan dr Karbat, namun ia menemukan bahwa dr Karbaat banyak berbohong.

Beberapa tahun terakhir, Jody Madeira, profesor hukum Universitas Indiana dengan kekhususan fertility fraud mengatakan bahwa setidaknya ada lebih dari 20 dokter di seluruh dunia yang terlibat melakukan malpraktik ini.

Rahasia yang sebelumnya disimpan rapat, namun sekarang mulai terungkap. Beberapa alasan terungkap, selain untuk meningkatkan peluang keberhasilan, ada pula alasan agama dan keinginan mempertahankan ras kaukasoid.

Baby God. dok: netflix
Baby God. dok: netflix

Tanpa persetujuan dan pelanggaran etik

Semua profil dokter tersebut memiliki pola yang sama, laki-laki, ahli dan bahkan superior di bidang infertilitas saat itu dan memiliki kekuasaan penuh atas pasien perempuan yang pasrah dan sangat memiliki impian kehamilan.

Para pasien, memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada para ginekolog ini. Kepercayaan para pasien juga ditambah dengan keaktifan mereka di komunitas serta tempat ibadah. dr Cline dan dr Fortier juga seperti ahli agama dan juga motivator, yang sering mengucapkan ayat-ayat suci serta menjadi hiasan di tempat praktiknya. 

Judul film Baby God juga menjelaskan tentang betapa berkuasanya dr Frontier dalam melakukan tindakan terhadap pasiennya. Bukan hanya menyuntikkan spermanya sendiri, namun juga tindakan kekerasan seksual.

Liz White, salah seorang pasien dr Cline, menjelaskan bahwa saat ia dan suaminya memutuskan untuk mengikuti program kehamilan di kliniknya ia menjalani 15 kali inseminasi dan harus datang ke tempat praktik dr Cline saat masa suburnya, tak peduli kapan pun termasuk di akhir pekan.

Saat ini ia membayangkan dengan penuh kemarahan dan rasa jijik bahwa pada saat ia terbaring, biasanya sekitar 15-20 menit, di ruang praktik. Sementara, dr Cline sedang melakukan ejakulasi di ruang sebelah. White merasa seperti 15 kali diperkosa tanpa penetrasi.

Perjalanan pencarian silsilah ini menimbulkan banyak reaksi. Sebagian besar merasa terguncang dan tidak dapat menerima kenyataan ini. Ayah yang membesarkan Julie Harmon, mengatakan bahwa dr Cline telah merenggut semuanya darinya. Sebagian tetap dapat mempertahankan pernikahann, namun sebagian memilih untuk berpisah. Menurut Ballard, setiap muncul nama-nama baru yang menunjukkan kemiripan DNA, semakin besar rasa khawatir yang muncul.

Tindakan yang telah menimbulkan banyak kerugian lahir dan batin tersebut menunjukkan relasi kuasa dokter dan pasiennya.

Menurut Michael Foucault, filsuf abad ke-20, sama halnya dengan penguasaan penuh terhadap pengetahuan yang digunakan untuk mengontrol keinginannya.

Sementara, Shutzberg, akademisi dari Universitas Sodertorn, Swedia, mengelompokkan relasi dokter-pasien menjadi tiga kelompok berbeda: paternalisme (di mana dokter memegang kekuasaan atas pasien); kemitraan (di mana dokter dan pasien berbagi kekuasaan); konsumerisme (di mana pasien memegang kekuasaan atas dokter).

Pada kasus-kasus ini, inseminasi illegal yang dilakukan oleh para dokter ini masuk ke dalam kelompok paternalism.

Pengalaman Ballard membawa kisah ini ke ranah hukum cukup berat. Setelah mengumpulkan banyak bukti terkait dengan kasus dr Cline, Ballard berkirim surat langsung kepada Jaksa Agung Indianapolis.

Ia menunggu cukup lama namun tak kunjung mendapatkan respons dari Jaksa Agung. Akhirnya ia mengirim surat ke Media dan mendapatkan respon dari Fox59, sehingga cerita ini terpublikasi di media dan diketahui banyak orang.

Meskipun dr Cline akhirnya diadili di pengadilan, namun ia hanya menerima hukuman satu tahun yang ditangguhkan dan tidak ada waktu di penjara atas tuduhan berbohong kepada penyelidik bahwa dia membuahi pasien dengan spermanya sendiri. Izin praktiknya dicabut, padahal ia sudah pensiun di tahun 2007 serta harus membayar 500 dollar Amerika saja.

***

(Dr Sarah Handayani, SKM, M.Kes; Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun