Mohon tunggu...
M. Sapwan
M. Sapwan Mohon Tunggu... Musisi - photo traveling di malang

saya dari Lombok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Risalah Kebangsaan Hamzanwadi Institute

18 Agustus 2019   20:22 Diperbarui: 18 Agustus 2019   20:33 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soal ini, Akademisi Unram Lalu Saipudin Gayep memandang, adanya perbedaan wet timuq, lauq, bat ini juga harus jadi perhatian, sebab ini juga menjadikan banyak benturan. Dari langgam lagu dan musik juga berbeda, seperti di wilayah selatan yang lebih melankolis dengan kisah dan gending kesedihan. Namun, bagaimana sering membincangkan hal-hal tersebut, juga jadi bagian untuk mencapai kesatuan pandangan.

"Ada juga kelompok tertentu memanfaatkan kondisi ini," jelas Gayep.

Kesatuan masyarakat harus dibangun, beragam perbedaan agar bisa dikolaborasikan, termasuk hal agama dan budaya. Ada banyak praktek yang bisa dicontoh, kemudian disebut seperti di Jogjajakrta, bagaimana Keraton mampu memberi pengaruh kuat atas tradisi masyarakat. "Harus ada strategi kebudayaan yang dijalankan," kata Syaiful Fikri, Ketua Umum Pimpus Himmah NW.

Soal kebudayaan ini menjadi concern Majelis Adat Sasak (MAS), sehingga tidak akan reaktif terhadap praktek-praktek kedatuan lokal yang lebih menonjolkan simbol, yang dilakukan sejumlah oknum. MAS lebih fokus melakukan menggali nilai-nilai, penguatan validasi sejarah, serta hal-hal produktif lain dalam berkebudayaan.

"Zohri si pelari, pelatihnya sangat kagum dengan kebiasaan Zohri, kalau minum pasti duduk. Ini sebenanya nilai-nilai Islam," ungkap Lalu Bayu Windia, Ketua MAS.

Ada juga kekayaan intelektual lokal yang sebenarnya secara akademis masih banyak sekali yang belum dikaji. Bidang astronomi, sistem penanggalan sasak berupa Kalender Rowot, menjadi pengetahuan astronomi lokal seperti juga dilakukan peradaban-peradaban lain.

"Mas lebih berperan dalam hal strategi kebudayaan ini. Ada banyak peran yang harus juga dilakukan pemerintah," tandasnya.

#Penguatan Ekonomi Lokal
Refleksi kemerdekaan, tentu tidak lepas dari soal-soal ekonomi. Bagaimana wajah 74 tahun paska Republik Indonesia berdiri.  Angka kemiskinan di daerah kita masih di atas rata-rata nasional. Diperlukan lompatan untuk mengejar ketertinggalan.

Bagaimana peran pemerintah dituntut agar percepatan pembangunan ekonomi masyarakat bisa tetap tinggi. Mendorong industri kecil komoditas-komoditas dominan yang ditanam masyarakat, seperti Jagung, Tembakau, Cabe tomat dan komoditas lainnya.

Aktifis tani NTB Wahidjan lebih menekankan pada bagaimana pendekatan-pendekatan yang dilakukan lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat desa yang bercorak agraris. 

Pengelaman menunjukkan, perjuangan-perjuangan agraria justru menjadi jalan utama mempertahankan eksistensi masyarakat lokal. Isu-isu lain pasti tidak akan bertahan lama, sebab bukan jadi kebutuhan pokok masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun