17 April 2019.
Selesai Shalat Ashar.
Masjid Ahmad Hasan Al Manai.
Hujan masih mengguyur deras, setelah setengah hari panas membakar.
Ku buka portal berita nasional. Astaghfirullah.
Kaget. Lemes.
Perhitungan versi quick count : Prabowo Sandi : 45 persen.
"Ini pasti salah!!!" kataku dalam hati.
Dimana beribu-ribu masa yang selama ini dengan ikhlas memadari kampanye-kampanye terbuka?
Dimana mereka yang rela berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk datang sholat subuh di GBK berdoa akan keadilan dan kemakmuran negara ini?
Dimana selama ini orang - orang yang merindukan perbaikan kehidupan sosial ekonomi?
Apa "makna isyarat" dari para ulama masyhur kita?
Apa arti pertaruhan UAS, UAH, dan AA Gym? beliau-beliau bisa nyaman tanpa harus menyampaikan dukungan secara langsung dan terbuka. Mengapa beliau sampai "turun gelanggang" untuk meyakinkan umat?
Dimana disimpan doa-doa kami akan pemimpin yang adil dan amanah?
"Allah mengikuti persangkaan umatnya, jangan berburuk sangka". Hatiku berteriak pada kesombongan akalku.
Seolah hati ini remuk redam.
Berharap ini semua mimpi.
"Yang baik menurutmu belum tentu terbaik di mata Allah, Anakku", Kata suara lain.
Atau Allah hanya ingin melihat kita lebih bersabar dalam menghadapi takdirnya? Aku masih berfikir.
Sementara kawan disebelah menepuk pundakku, Â "Jangan kau percaya Quick Count".
SABAR
Pandanganku nanar. kosong. Apa yang terjadi sebenarnya?