Mohon tunggu...
Saprianus pasau
Saprianus pasau Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis, dan aktivis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masyarakat Desa Harus Melek Pendidikan |Opini Seri 1

26 September 2021   03:10 Diperbarui: 26 September 2021   17:05 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berangkat dari kisah seorang pelajar yang baru lulus sekolah dalam kebimbangannya  menunggu kalimat tanya "apa rencanamu selanjutnya?".

Dalam acara kelulusan sekolah seorang pelajar sebut saja namanya Uto' terlihat termenung diantara sorak gembira para pelajar lainnya setelah salah seorang guru membacakan SK kelulusan siswa di sekolah itu. Bahkan ketika namanya di bacakan sebagai juara umum Uto' juga belum bergeming, sampai ketika dia diminta untuk membawakan sambutan sebagai penyandang nilai tertinggi dan peringkat pertama dalam ujian nasional barulah ia terbangun dari lamunannya. Setelah acara kelulusan selesai dia bahkan enggan untuk ikut konvoi dan langsung pulang kerumah dengan motor tua karatan tanpa penutup bodi miliknya .

Sesampainya dirumah  seperti biasanya Uto' melepas seragam dan langsung kedapur mengambil makan siang dan membuat secangkir kopi, lalu dibawanya ke alang (lumbung padi dengan tempat duduk untuk bersantai) menikmati makan siangnnya dan dilanjutkan dengan minum kopi. Setelah itu Ayahnya menghampiri dan menanyakan kenapa di hari kelulusannya malah tampak murung?  

semenjak Uto' diam termenung dan tidak berani menatap mata sang Ayah yang sudah berumur lanjut itu, dia hanya memandangi tulang rusuk ayahnya yang nampak jelas hanya terbungkus kulit saja. Dengan nada pelan ia pun memberanikan diri bertanya "pak , apa pernah ditanya sama kakak soal sekolahku?" sang Ayah langsung paham maksud dari pertanyaan si Uto', kalau itu tergantung dari  mereka  bapak juga kan sudah tua begini mau dapat penghasilan dari mana?.

Akhirnya sejenak Uto' pun mengurungkan niatnya untuk menanyakan ke kakaknya karena dia sudah tahu jawaban apa yang akan diterima , dengan bermodal nekat ia pun meminta restu kepada kedua orang tuanya untuk meninggalkan desa dan mengusahakan sendiri pendidikannya. Persoalan cepat atau lambat hanyalah waktu tetapi usahalah yang menentukan , sahutnya dalam hati.

Persoalan dukungan seperti yang ada dalam cerita diatas merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh para generasi muda yang sedang dalam pencarian jati dirinya, bahwa dalam perkembangan dan pertumbuhan kecerdasan intelektual maupun emosional dukungan yang diharapkan tidak selalu tentang materil tetapi dukungan moril juga punya efektifitas yang sangat besar. 

Orang tua dan keluarga dekat selalu saja mengartikan bahwa untuk mengenyam pendidikan sekelas perguruan tinggi membutuhkan biaya yang sangat besar hal ini terjadi tentu ada penyebab historis  suatu kejadian yang pernah terjadi di masa  lalu dan kemudian membuat masyarakat desa menjadi kehilangan niat untuk memberikan dukungan kepada anaknya menempuh pendidikan tinggi, semisal ada Mahasiswa yang tidak kunjung selesai bahkan telah menghabiskan semua aset keluarga, tanah warisan dan sebagainya.

Hal lain tentang paradigma yang ada dalam Masyarakat pedesaan yang menganggap pendidikan dan ijazah hanyalah alat untuk mendapatkan kedudukan dalam masyarakat dan terlebih dapat diangkat sebagai pejabat pemerintahan, sehingga menyempitkan pola pikir dan kesadaran masyarakat yang melupakan tujuan inti dari pendidikan itu sendiri hal yang tidak asing didengar bahwa pendidikan itu bertujuan memanusiakan manusia, 

moralitas generasi yang makin tergerus perkembangan zaman, serta perilaku yang menyimpang dalam masyarakat inilah yang harus diatasi dengan pendidikan.

Masyarakat selalu menuntut hak kepada negara sebagaimana termaktub dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal  5 ayat 1 ;(setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu), tetapi kemudian kesadaran masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang bermutu itu sendiri yang kurang bahkan menganggap pendidikan hanya sekedar formalitas, dengan demikian sumber daya manusia kita akan  sangat tertinggal jauh. 

Akhirnya secara perlahan sumber daya manusia di desa  akan menurun signifikan sebagai contoh pada momen ketika kita masyarakat pedesaan  membutuhkan pemimpin yang akan membangun desa kita selalu kekurangan kader sebagai akibat dari sikap apatisnya kita terhadap pendidikan. Tak banyak yang dapat kita lakukan selain pasrah pada keadaan bahwa siapapun yang mampu menjadi pemimpin itulah yang jadi, bahkan jika itu bukan kerabat, ataupun warga desa kita, tidak menjadi masalah lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun