Mohon tunggu...
Sapna Nainggolan
Sapna Nainggolan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya hobi traveling, menurut saya hal ini menambah wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Gaya Hidup Finansial yang lebih Visioner

5 Oktober 2025   00:02 Diperbarui: 5 Oktober 2025   00:02 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Tantangan lain datang dari gaya hidup digital yang serba cepat dan instan. Fitur cashless membuat transaksi terasa ringan, padahal nominal tetap sama. Tekanan sosial untuk selalu tampil "baik-baik saja" di media sosial pun membuat banyak orang mengabaikan kondisi finansial sebenarnya. Di sinilah pentingnya kontrol diri terhadap budaya instant gratification.

Selain itu, masih banyak yang berpikir bahwa menabung baru penting ketika sudah berpenghasilan besar. Padahal, justru dari penghasilan kecil kita belajar disiplin. Kebiasaan menabung bukan ditentukan oleh besar kecilnya gaji, tapi oleh kesadaran dan konsistensi mengatur keuangan. Jika mental konsumtif tidak dikendalikan sejak dini, maka ketika pendapatan naik, gaya hidup pun akan ikut naik bukan tabungan.

Krisis ekonomi global dan naiknya harga kebutuhan juga menambah urgensi pentingnya menahan diri. Ketika biaya hidup meningkat, orang yang tidak terbiasa menabung akan lebih mudah panik dan bergantung pada utang. Sebaliknya, mereka yang disiplin menabung sejak dini lebih siap menghadapi ketidakpastian apa pun. Maka, menunda ngopi bukan bentuk pelit, melainkan bentuk kesiapan menghadapi masa depan.

Menyeduh Kebiasaan Baru: Finansial Sehat Dimulai dari Kopi yang Ditinggalkan

Mengubah kebiasaan tidak bisa dilakukan dalam semalam, tetapi bisa dimulai dari hal kecil yang konsisten. Misalnya, mengalokasikan "uang ngopi" ke dalam rekening tabungan terpisah. Dengan sistem otomatis (auto-debit), uang tersebut langsung masuk ke tabungan setiap kali gajian atau menerima uang saku. Ini membantu menghindari godaan untuk membelanjakan uang yang sebenarnya bisa disimpan.

Menabung pun kini tidak lagi harus rumit. Banyak aplikasi keuangan yang menyediakan fitur "menabung harian" dengan nominal kecil. Setiap kali merasa ingin ngopi, coba simpan dulu uangnya ke tabungan digital. Dalam waktu beberapa minggu, hasilnya akan terlihat nyata dan bisa memotivasi untuk melanjutkan kebiasaan positif itu.

Membangun mindset "skip ngopi, tabung dulu" juga membutuhkan dukungan lingkungan. Ajak teman atau pasangan untuk menjalani tantangan menabung bersama. Dengan saling mengingatkan, prosesnya akan terasa lebih ringan. Kebiasaan baru ini bukan berarti menolak bersosialisasi, tapi mengubah bentuknya. Misalnya, nongkrong di rumah sambil bikin kopi sendiri hemat tapi tetap hangat.

Selain menabung, penting juga memahami cara mengelola keuangan dengan prinsip 50-30-20: 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi. Dengan proporsi yang jelas, keputusan finansial akan lebih terarah. Uang yang tadinya habis untuk ngopi bisa menjadi awal dari dana darurat, investasi reksa dana, atau modal usaha kecil.

Menunda ngopi bukan berarti meniadakan kesenangan. Justru, ini cara membangun rasa puas yang lebih dalam kepuasan karena mampu mengendalikan diri dan melihat hasil nyata dari setiap pengorbanan kecil. Saat saldo tabungan tumbuh, rasa bangga itu akan jauh lebih kuat dibanding kenikmatan sesaat dari segelas latte.

Kebiasaan finansial sehat juga mencerminkan kedewasaan berpikir. Orang yang mampu mengelola keinginan adalah orang yang mampu mengelola hidupnya. Keputusan untuk "skip ngopi" adalah simbol dari kemampuan menunda kenikmatan demi tujuan yang lebih besar. Ia bukan tindakan kikir, tapi bukti kedisiplinan dan visi jangka panjang.

gerakan kecil seperti ini bisa menjadi bagian dari revolusi finansial generasi muda. Jika lebih banyak orang muda berani memilih menabung dibanding mengikuti tren konsumtif, maka ekonomi pribadi maupun nasional akan lebih kuat. "Skip ngopi, tabung dulu" bukan sekadar slogan hemat, melainkan filosofi hidup yang menanamkan nilai tanggung jawab, kemandirian, dan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun