Mohon tunggu...
Sanusi at Maja
Sanusi at Maja Mohon Tunggu... Penulis - Da'i/ Alumni Pasca Unira Malang

Love for All Hatred for None

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Perjuangan serta Upaya para Pelajar Dusun Simpang Samid

16 Februari 2021   09:01 Diperbarui: 18 Februari 2021   11:54 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/Dusun Simpangsamid

Pandemi covid-19 telah mengubah banyak kebiasaan umat manusia di muka bumi, mengubah pola interaksi masyarakat di lingkungan, tempat-tempat ibadah, faskes, pasar tradisional maupun supermarket dan kedai-kedai. Imbasnya juga mempengaruhi pola belajar mengajar peserta didik di semua tingkatan.

Secara kebetulan di keluargaku ada yang sedang menempuh pendidikan TK,SD, SMP dan saya sendiri sedang menempuh pendidikan Magister PAI di Unira Malang.

Keadaan ini menjadikan aku, mungkin kita semua, menjadi terbiasa dengan belajar daring, walau setiap bulannya menghabiskan beratus giga kuota. Tidak masalah, yang penting lancar proses belajar.

Memang, semuanya adalah sebuah proses yang harus dilalui. Awalnya kami bertahan dengan paket kuota salah satu provider internet,  tetapi lama-lama kewalahan juga karena semakin hari semakin banyak tugas dan pertemuan via daring.

Akhirnya kami memutuskan untuk pasang Wifi. Dengan cara demikian satu masalah bisa diatasi, karena dengannya hampir tidak ada kendala dengan jaringan.

Pada awal bulan Februari ini, singkat kata kami memutuskan untuk berlibur ke rumah orang tua di Sukabumi. Tempatnya cukup jauh dari pusat kota, tepatnya di dusun Simpangsamid, Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah.

Memang dari kota Sukabumi ke arah pantai ujung genteng telah terbentang jalan beraspal, namun untuk masuk ke desa-desa di sepanjang jalur ini cukup memprihatinkan.

Dokpri/jalan Desa
Dokpri/jalan Desa
Jalan-jalan di beberapa desa masih tanah merah, kalau hujan kondisinya sangat buruk, di badan jalan seperti bubur, kendaraan susah lewat, sangat licin dan membahayakan.

Kondisi demikian seperti Dusun Simpangsamid, tempat di mana mertua kami tinggal yang tengah kami kunjungi saat ini.

Seorang pemuka dusun, sebut saja Mas Loso sempat bertemu dan menceritakan kisah pahitnya: Ketika ada saudaranya yang sakit di musim penghujan, terpaksa harus di tandu untuk melewati jalanan licin sepanjang 3 km, untuk sekadar berobat ke puskesmas yang terletak di kota Kecamatan Bojonglopang.

Belum cukup sampai di situ. Setelah sampai di jalan raya masih harus menunggu kendaraan angkutan yang menuju Bojonglopang dengan jarak 10 km.

Penderitaan itu lebih menyakitkan jika ada saudara yang hendak melahirkan, karena sudah ada kejadian yang terpaksa melahirkan di tengah perjalanan jalur ekstrem ini sebelum sampai ke puskesmas.

Dokpri/gubuk internet
Dokpri/gubuk internet

Terkait dengan pandemi saat ini, penderitaan justru dialami ratusan pelajar dari desa ini. Mereka kesulitan mendapatkan sinyal.

Para pengurus dusun dikomandoi Pak Ujang Syarief, selaku Ketua RT, yang merasa simpati dengan kondisi para pelajar ini berinisiatif untuk membuat gubuk internet di atas bukit yang terletak di pinggiran dusun, supaya anak-anak mereka tidak ketinggalan belajar.

Setiap pagi sampai siang anak-anak di Dusun Simpangsamid ini berbondong-bondong mendatangi gubuk internet ini, agar dapat mengerjakan tugas-tugasnya dan kemudian mengirimkan kembali tugas-tugas itu kepada gurunya.

Dokpri/gubukinternet
Dokpri/gubukinternet
Saira Bashir yang kebetulan saat ini sedang menempuh pendidikan Strata 1 Sastra Arab di Unpad, Bandung, terpaksa nongkrong di gubuk internet ini, bahkan bisa sampai jam 12 malam.

Ia tidak menghiraukan dingginnya malam menusuk tulang demi tertunaikan tugas-tugas perkuliahannya. Atas jerih payahnya, sejak di bangku SMA, ia mendapatkan beasiswa Bidikmisi dari pemerintah sejak 2019.

Sebuah keterkecualian memang selalu ada. Di tengah keterbatasan yang menyelimuti mereka, prestasi para pelajar di sini tidak bisa dianggap enteng. Beberapa diantaranya meraih prestasi yang membanggakan

Al-Mira, misalnya, yang menjuarai lomba calistung mewakili SD Simpangsamid tingkat kecamatan. Kemudian Masrur Ahmad yang hingga saat ini kelas 3 di SMP 1 Jampang Tengah selalu menjadi juara kelas. Dan ada juga saudari Khadijah mendapatkan juara tiga se provinsi Jawa Barat dalam lomba Desainer (busana) mewakili SMK N 3 Sukabumi.

Itulah deretan prestasi para pelajar yang telah mereka torehkan di sini. Keterbatasan tidak menghalangi mereka untuk mengukir prestasi sesuai bidang dan tingkatan akademik mereka.

Semoga hal ini menginspirasi tiga putri kami yang tengah berjuang bersama mereka merasakan perjuangan belajar daring di tengah sulitnya jaringan internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun