Mohon tunggu...
Santi Djiwandono
Santi Djiwandono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Praktisi Komunikasi - Malang -Communication needs good will and good skill-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Informasi Tidak Utuh

28 September 2013   10:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:17 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Program mobil murah menuai kontroversi. Banyak nasabah kartu kredit mengalami tragedi karena terkena hutang sangat besar. Wajib pajak berusaha keras ‘ngakali’ kewajiban bayar pajak. Ujian Nasional dipertahankan terus meskipun banyak menimbulkan masalah baru yang tidak perlu. Pemilih Golput makin tinggi jumlahnya.

Contoh-contoh bagaimana informasi tidak seutuhnya terdistribusi kepada mereka yang seharusnya menerimanya, dan para penerima informasi yang tidak melakukan ‘tugasnya’ sebagai penerima informasi yang baik.

Untuk itulah ‘good will’ dalam komunikasi memang tidak mudah untuk bisa langsung  dipahami, dipelajari dan dipraktekkan, meskipun dampaknya dahsyat. Produsen mobil murah, bank penerbit kartu kredit dan pemungut pajak, mungkin tidak sadar (atau justru sangat sadar?) bahwa konsumen, nasabah dan wajib pajak belum tentu langsung paham semua penjelasan yang disediakan.

Sebaliknya, para penerima informasi juga tidak sadar (atau tidak mau?) bahwa informasi yang harusnya diterima, dipelajari dan diikuti bukan hanya yang bagus-bagus, nyaman-nyaman dan untung-untung saja. Perlu diketahui juga resiko, penalti, konsekuensi dan seterusnya, sehingga keputusan apapun yang diambil sudah berdasarkan informasi imbang yang lengkap.

Ujian Nasional dipertahankan oleh pemerintah, meskipun banyak komunitas pendidikan bingung dan protes. Toh pemerintah tidak menanggapi. Ada informasi yang ‘missing’ atau hilang di sini. Entah pemerintah yang memiliki alasan kuat tapi tidak mampu (atau tidak mau?) menyampaikan dengan logis. Atau, ada keberatan dari pihak lain yang tidak tersampaikan dengan ‘pas’, karena berbagai macam distorsi atau ‘noise’ dalam proses komunikasi.

Golput makin marak, karena ‘informasi’ yang mereka harap atau tuntut tidak pernah disediakan (atau memang tidak disediakan?) oleh para politisi yang berlomba mendapatkan suara sebanyak-banyaknya.  Sementara para politisi mungkin juga bingung atau tidak mampu menangkap informasi dari rakyat sehingga relasi tidak terjadi dan suara yang diharapkan, tidak muncul.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun