Miris..! Satu kata yang bisa diucapkan ketika mendengar berita adanya seorang siswa yang ingin mengakhiri hidupnya dengan cara menenggak cairan pembersih lantai. Kejadian tersebut baru saja terjadi beberapa hari lalu di Kota Cirebon, Jawa Barat.
Ironisnya hal tersebut dipicu oleh latar belakang ekonomi orang tuanya, yang tidak mampu membiayai pendidikan anaknya. Siswi tersebut berinisial MMH (17) depresi karena tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMA.Â
Memang satu kata itu yang benar-benar krusial di hidup ini. Kata ini yang sering menjadi pemicu pertengkaran pasangan yang menyebabkan kandasnya rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Â bahkan dapat berujung kepada keinginan untuk mengakhiri hidup.
Ironisnya lagi, terkadang tidak hanya ingin mengakhiri hidup diri sendiri, namun juga mengajak seluruh anggota keluarga untuk mati bersama.
Tentu kita pernah mendengar ada satu keluarga yang bunuh diri dengan cara melompat dari rooftop apartemen di Jakarta. Yang mana kabarnya hal itu juga dikarenakan terlilit hutang dengan nominal yang besar.Â
Suatu tindakan yang sangat mengejutkan seluruh masyarakat Indonesia. Yang mana seharusnya sosok seorang kepala keluarga adalah melindungi istri dan anaknya, serta mencegah dari hal-hal yang membahayakan. Namun ternyata dapat juga mengajak kepada hal-hal yang mengancam jiwa dan raga keluarganya.
Putus Asa
Ketika ekonomi tidak menemukan pemecahannya, putus asa hadir di hidup kita.
Bingung, kalut, marah, berpikir pendek, adalah jelmaan dari rasa putus asa yang diakibatkan oleh faktor ekonomi.