Sinyalemen kuat bahwa PDIP akan mendukung pasangan Ahok-Djarot dalam Pilgub DKI 2017 santar terdengar akhir-akhir ini, walaupun sampai saat ini belum adanya pernyataan resmi dari internal partai bersangkutan namun fokus pemberitaannya menyedot perhatian publik. Dipandang dari sisi strategis, PDIP yang memiliki 28 kursi di DPRD DKI Jakarta menyatakan Ibukota sebagai basis kekuatan dukungan mereka.
Apabila diproyeksikan bergabungnya PDIP bersama partai-partai (Golkar, Nasdem, dan Hanura) yang turut mendukung Ahok maka jumlahnya menjadi 52 kursi (49%) dari total 106 kursi yang ada. Tentunya hal tersebut akan menjadi magnet bagi partai-partai lain diluar koalisi untuk turut bergabung, jalinan antar partai yang terbentuk jelang Pilgub DKI pun dapat menjadi modal utama dalam menatap Pilpres 2019 mendatang dan itu semua tergantung bagaimana mereka dapat menyatupadukannya.
Dengan mendukung Ahok-Djarot, Penulis berpendapat merupakan sesuatu hal yang realistis bagi PDIP. Masa depan memang tidak kita bisa ketahui secara pasti, akan tetapi tingginya elektabilitas Ahok serta sosok Djarot yang dapat mempresentasikan keinginan partai akan pemimpin setidaknya telah memberikan jaminan. Masyarakat Jakarta kiranya dapat menerima karakteristik dan kharismatik dari keduanya, kalaupun ada segilintir pihak yang menyatakan ketidaksenangan maka tinggal dilanjuti dengan interopeksi dan perbaikan sikap.
Lalu pertanyaannya sekarang bagaimana nasib koalisi "kekeluargaan"? Silaturahmi yang sebelumnya dilakukan oleh 7 partai (termasuk PDIP) ini masa depannya kini dipertanyakan. Kemudian mengacu kepada partai Gerindra sebagai salah satu partai yang telah mengusung Cagub-nya yaitu Sandiaga Uno maka ia harus dengan segera menemukan sosok yang akan diusung menjadi pasangannya.
Atmosfer politik yang dinamis memang seringkali menjadikannya sulit diprediksi, ekspektasi tinggi partai perlu disingkapi dengan strategi cadangan termasuk mempersiapkan calon pasangan. Kondisi yang Gerindra hadapi sepatutnya bukanlah situasi yang pelik, pinangan calon pasangan dari partai tentunya sudah berdatangan namun inti poin permasalahan bukanlah disana melainkan apakah Sandiaga Uno dengan pasangannya nanti mampu menandingi Ahok-Djarot dalam Pilgub DKI 2017 nanti?
Apa yang Penulis harap semoga saja situasi jelang Pilgub tidak memanas layaknya Pilpres 2014 kemarin, khususnya masyarakat Ibukota harus cerdas bahwa saat ini mereka sedang mencari pemimpin guna menjadikan Jakarta lebih baik dan bukan ajang pemecahbelah persatuan maupun menimbun rasa dendam. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.