Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di Ambang Kebangkrutan, Bagaimana Masa Depan Garuda Indonesia?

5 Juni 2021   07:11 Diperbarui: 5 Juni 2021   07:20 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Garuda Indonesia (Kompas)

Sebagaimana dikabarkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) di ambang kebangkrutan. Garuda kini dihadapi persoalan utang dan kerugian yang melilitnya. Saat ini utang Garuda Indonesia tercatat mencapai USD4,5 miliar atau mendekati Rp70 triliun.

Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, ada beberapa alasan yang mendasarinya. Selain memang terpengaruh pandemi Covid-19, Garuda Indonesia juga menghadapi persoalan lainnya seperti penyewaan pesawat atau lessor.

Kementerian BUMN berupaya menyelamatkan perusahaan penerbangan milik negara berkoordinasi dengan manajemen Garuda Indonesia, Kementerian Keuangan, dan pemegang saham minoritas untuk melakukan restrukturisasi.

Namun jika upaya restrukturisasi gagal atau tidak mencapai kesepakatan dengan para kreditur maka Garuda Indonesia terancam mengalami kebangkrutan.

Sebelumnya melalui surat yang diunggah pada akun Facebooknya, Komisaris Garuda Indonesia Peter F Gontha membeberkan 7 penyebab mengapa Garuda Indonesia dalam kondisi kritis.

Pengamat penerbangan Suharto Abdul Majid mengatakan kondisi keuangan Garuda Indonesia sudah sejak lama terus merugi. Sebabnya karena habitatnya yang sudah kotor karena terlalu banyak campur tangan berbagai kepentingan. Dengan kondisi yang tidak berubah ini akan sulit bagi siapapun untuk menyehatkan Garuda Indonesia. Karena itu dengan tegas dia memberikan saran agar Garuda Indonesia dibangkrutkan dan kemudian membangun perusahaan baru. Tentunya dengan ekosistem dan paradigma baru.

"Sebaiknya dilakukan langkah ekstrim, Garuda dibangkrutkan saja karena kerugian itu sudah sering berulang. Kita jangan takut namanya yang besar ataupun BUMN. Tapi merugi terus ya bubarkan saja lalu bikin perusahaan baru dengan ekosistem dan paradigma baru. Saya siap ikut bantu benahi Garuda versi baru," ujar Abdul Majid saat dihubungi Okezone di Jakarta (3/6/2021). - Sindonews

Menanggapi kondisi genting yang dialami Garuda Indonesia, entah mengapa Penulis menilai keadaannya sekarang ini sangat menarik.

Drama penyelamatan Garuda Indonesia patut disimak karena langkah yang dilakukan oleh pemerintah kelak akan membuktikan apakah benar perusahaan BUMN kerap dibiarkan merugi?

Kenapa hal tersebut bisa mengemuka? Karena tak sedikit yang melihat bahwa BUMN ditopang oleh negara, yang pada akhirnya ketika BUMN menghadapi masalah keuangan maka otomatis negara ikut turun tangan guna menyelamatkannya.

Situasi di atas seolah-olah dibiarkan terjadi, alhasil BUMN seperti dikelola asal-asalan tanpa target yang musti dicapai. Tak selayaknya perusahaan swasta dimana dikelola secara profesional karena itu merupakan hidup dan matinya mereka.

Lantas bagaimana masa depan Garuda Indonesia?

Hal yang memungkinkan yaitu menyuarakan bahwa BUMN ini pailit melalui Menteri Keuangan. Setelah dinyatakan pailit oleh pengadilan, lalu pengadilan memutuskan untuk menjual seluruh aset perusahaan yang hasilnya digunakan untuk membayar kewajiban debitur yang sudah berstatus pailit ke kreditur. Pengurusan aset selama pailit dilakukan oleh kurator yang ditunjuk pengadilan. Setelah debitor menyelesaikan tanggung jawabnya maka barulah BUMN bisa dibubarkan.

Dalam perjalanannya sangat memungkinkan BUMN yang bangkrut ini bisa berpindah tangan ke swasta sebagai bentuk upaya pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak swasta mengisi kekosongan Garuda Indonesia di sektor penerbangan Tanah Air.

Mengacu pada apa yang terjadi, apa yang dialami oleh Garuda Indonesia bagi Penulis mungkin sebagai momentum tepat atau "kesempatan emas" pihak swasta untuk menggapainya. 

Kenapa demikian? Di balik kondisi sulit yang Garuda Indonesia hadapi, Anda-anda musti ingat bahwa BUMN ini ibarat mobil bekas terawat. Dengan kata lain, pihak swasta mendapatkan mobil kondisi baik dengan harga miring. Cukup menarik bukan, kita tunggu saja siapa-siapa peminatnya.

Lalu jika Garuda Indonesia dibubarkan, apakah ke depannya pemerintah akan membuat maskapai baru?

Entah, yang pasti saat ini yaitu melihat seperti apa langkah yang diambil oleh pemerintah terhadap Garuda Indonesia.

Menjadi catatan jika apa yang diprediksi benar-benar terjadi ialah apakah maskapai baru dengan ekosistem dan paradigma baru itu akan dikelola dengan baik dan profesional? Jika dalam pengelolaannya masih mencerminkan "BUMN tak apa merugi", Penulis menilai sebaiknya jangan karena jelas hanya akan memalukan dan menyulitkan saja.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun