Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maaf Memaafkan Saat Idul Fitri, Tulus atau Formalitas Belaka?

13 Mei 2021   12:44 Diperbarui: 13 Mei 2021   13:00 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Maaf Memaafkan (Hipwee)

Hari Raya Idul Fitri telah tiba, saatnya merayakan kemenangan. Segenap umat Muslim di penjuru dunia saat ini sebagian telah merayakan Idul Fitri 1442H. Idul Fitri kali ini menjadi tahun kedua dimana kita merayakannya berbarengan dengan pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai.

Namun demikian sebagai hamba Allah ta'ala, kita tidak boleh putus asa. Kita harus tetap berusaha dan yakin bahwa Allah ta'ala akan selalu memberikan kesehatan, pertolongan, kemudahan, dan kenikmatan sekalipun disaat masa-masa susah seperti sekarang.

Suatu kenikmatan yang tak terkira yang mana Allah ta'ala berikan ialah kenikmatan dimana kita masih diberikan kesehatan untuk dapat berkumpul dengan keluarga tercinta berikut sanak saudara. Tak lupa pula kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu dan bercengkrama dengan tetangga dan rekan sejawat sambil mengucapkan selamat dan saling maaf memaafkan.

Seperti kita ketahui bersama bahwa Idul Fitri lepas dari makna luas didalamnya tetapi Idul Fitri kerap atau identik diartikan sebagai momentun untuk saling maaf memaafkan sebagaimana hal yang lumrah maupun umum manusia lakukan. Dalam kaitannya ajaran agama Islam, maaf memaafkan merupakan bagian dari hubungan antara manusia dengan manusia.

Lalu pertanyaannya sederhana, jikalau manusia kerap kali berbuat kesalahan diantara satu dengan lainnya maka apa makna dari Hari Raya Idul Fitri? Apa makna dari saling maaf memaafkan, apakah itu dilandasi oleh ketulusan atau hanya sekadar formalitas belaka? Apakah mengucapkan kata maaf hanya cukup setahun sekali?

"meminta maaf lebih mudah ketimbang memberi maaf"

Seperti Penulis katakan, maaf memaafkan di moment Idul Fitri itu sesuatu yang umum. Penulis yakin dari Anda-anda sekalian tidak berhenti-hentinya baik dari medsos maupun aplikasi chat menerima ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri berikut untaian kata mohon maaf lahir dan batin.

Ketika Anda menerima pesan tersebut, apa yang Anda rasakan? Ketika Anda berbalas pesan atau turut mengucapkan selamat serta meminta maaf, apakah hal tersebut dibarengi niat baik dan hati yang tulus?

"dalamnya laut dapat diukur dalamnya hati siapa tahu"

Sebuah pertanyaan yang musti Anda jawab masing-masing, apakah makna dari maaf memaafkan yang saya maksudkan tadi kepada keluarga, saudara, kerabat, dan lainnya?

Sederhananya seperti ini, apakah dengan meminta maaf maupun memberi maaf maka saya pribadi menjadi manusia yang lebih baik?

Ketika saya bertemu dengan mereka apakah saya akan menjadi orang yang berbeda, ataukah saya masih saja menjadi pribadi yang brengsek, menyebalkan, menyusahkan, merendahkan orang lain, serta mengumbar aib?

Lantas apa makna "kemenangan" pada diri kita jikalau tidak ada perubahan apapun setelahnya? Apakah satu bulan Ramadhan yang kita dapat hanya menahan rasa lapar dan haus saja?

Pada intinya apa, tak sedikit dari kita lupa akan makna dari Hari Raya Idul Fitri itu sendiri? Kita kerap terbuai dengan kalimat Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin tanpa disertai perubahan diri. Kita kerap mengagungkan Hari Raya Idul Fitri tetapi bersamaan dengan itu pula kita kerap menyepelekan hari-hari lain untuk membuka pintu maaf maupun berusaha untuk memperbaiki diri.

Alhasil kita di hari-hari berikutnya kita kembali melakukan kesalahan serupa, menyakiti hati orang lain. Kita kerap menelurkan kesalahan dan berharap segala kesalahan tersebut termaafkan hanya dengan hadirnya momentum Idul Fitri.

Pada hakikatnya Hari Raya Idul Fitri punya makna jauh lebih mendalam dan itu yang selanjutnya kita bahas nanti. Idul Fitri bukan sekadar momentum saling berbalas maaf memaafkan dan maaf memaafkan itu bukan sekadar formalitas belaka. Maaf memaafkan harus dibarengi hati yang tulus dimana dengan hati yang tulus itu kita punya niat dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat. 

Semoga kita selalu diberikan kenikmatan, kesehatan , keselamatan, pelindungan, serta kesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan berikutnya. Amin ya Allah.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun