Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Cemburu Pelukan Surya Paloh?

9 November 2019   06:51 Diperbarui: 9 November 2019   06:53 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surya Paloh dan Sohibul Iman (Kompas)

Sesuai dengan judul diatas, Penulis hanya bisa bilang "tahun 2024 masih lama Bung"! Kiranya bagi siapapun tidak perlu baper dengan apa yang Presiden Jokowi kemukakan ketika memberikan sambutan saat acara HUT Partai Golkar ke-55 yang berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta 6 November 2019 lalu.

Bagi Penulis apa yang Jokowi sampaikan kala itu dimana ia menyindir pertemuan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman murni sebuah guyonan.

Sebagaimana hal tersebut telah disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto. Dikutip melalui laman Tempo.co, ia menyatakan Jokowi dalam sambutannya di HUT Golkar itu sebagai hal biasa. Menurut dia, Jokowi hanya menyampaikan ice breaker agar suasana perayaan HUT Golkar itu akrab dan cair.

Jokowi sebagai seorang Presiden dari kalangan umum memiliki perawakan berbeda dibandingkan Presiden-presiden terdahulu yang memiliki latar belakang sebagai politikus maupun tentara. Bukan Penulis bermaksud menyanjung maupun sebagai simpatisan Jokowi, Penulis sebagai Golput melihat aura kesederhanaan dan merakyat selalu terpancar dalam dirinya akan tetapi bukan berarti Jokowi tidak dapat tegas dalam bersikap.

Namun hal diatas acapkali berbanding terbalik dengan respon yang ia dapat dikarenakan ia bukan seorang petinggi partai maka dari itu Jokowi kerap dipandang remeh sebagai Presiden wong ndeso dan bahan cemoohan pihak-pihak yang tidak menyenanginya.

Suka tidak suka demikianlah dengan sosok Jokowi, sosoknya konsisten tidak berubah. Dalam ingatan Penulis saat diundang ke Istana Negara dalam rangka HUT Kompasiana ia sempat melontarkan guyonan agar para Kompasianer yang hadir kala itu tidak kaku dan tegang. Kami pun tertawa, pertemuan antara Kompasianer dan Jokowi berlangsung penuh suka cita walau para Paspampres disekeliling kami awas dalam bertugas.

Kembali kepada persoalan dengan apa yang terjadi, apakah koalisi gemuk Jokowi pecah karena kubu Nasdem bertemu dengan PKS yang tegas sebagai oposisi pemerintah?

Bagi Penulis memandangnya penilaian media maupun pengamat politik pada umumnya sampaikan terlalu "prematur". Kenapa demikian?

Pertemuan atau kunjungan antar elit politik merupakan sesuatu hal yang lumrah, dan sampai saat ini Penulis yakin tidak ada peraturan tertulis yang menyatakan hal tersebut dilarang. Kalaupun ada, maka akan tertulis harus mendapatkan izin dari partai.

Tak hanya Surya Paloh petinggi Partai Nasdem, Megawati hingga Prabowo atau siapapun anggota partai bilamana mau menggelar pertemuan semua itu sah-sah saja. Hanya mungkin persepsi publik terutama media punya penilaian berbeda terhadapnya, tergantung seberapa terpandangnya sosok tersebut di sebuah partai. 

"Semakin terpandang tokoh politik tersebut, mudahnya semakin tinggi nilai jual pemberitaannya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun