Demi sebuah gores prasasti agung di pentas panggung
Yang pada setiap babaknya semua yang semu hadir maha sempurna dalam balutan kulit yang nyata
Penonton di atas balkon riuh bersuka ria,  sebagian  tertawa, sebagian  lagi terpana, namun dari yang banyak itu, ... sisanya meregang nyawa
Namun suara alunan  orchestra dan pemain pentas  tetap membahanaÂ
Sambil meregang dalam kematian dingin di dasar  samudera kebodohan
Karena  Kemanusiaan kitakah ?
- hingga tak bisa mencuci Karang Debu yang berkarat menggerogoti dinding Kalbu, 9 Oktober 2013
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!