Mohon tunggu...
Sania Dina Fajriani
Sania Dina Fajriani Mohon Tunggu... Mahasiswi

Pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Worldview Islam

30 Oktober 2022   00:30 Diperbarui: 30 Oktober 2022   00:34 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Worldview adalah konsep atau pandangan hidup yang didalamnya terdapat kepercayaan hidup. Secara etimologi Worldview merupakam istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu world yang berarti dunia/alam (tempat hidup) dan view yang berarti pandangan. Menurut al-attas, worldview islam atau pandangan hidup islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran atau pandangan islam mengenai eksistansi. Pandangan hidup islam terbentuk dari serangkaian pemahaman tentang konsep-konsep pokok dalam islam, seperti konsep tuhan, konsep kenabian, konsep agama, konsep wahyu, konsep manusia, konsep alam, dan konsep ilmu. Seluruh elemen itu terkait satu dengan lainnya, dan konsep Tuhan menjadi landasan bagi konsep-konsep lainnya.

Jika ada seorang muslim, mengaku beriman kepada Allah dan mengakui Islam adalah agamanya tetapi ia antipati kepada islam, maka sebagai sesama muslim harus menegurnya, Dikatakan dalam hadits “Jika diantara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, dan jika kamu tidak mampu untuk melakukannya, maka gunakanlah lisan, namun jika kamu masih mampu mampu, maka ubahlah dengan hatimu karena itu adalah selemah-lemahnya iman” (HR Muslim). Secara garis besar tidak ada islam jika tidak ada keimanan terhadap kenabian Muhammad SAW. Keimanan kepada nabi muhammad SAW adalah kunci bagi seluruh keimanan yang lain. Sebab, Allah menurunkan wahyu-Nya, yakni al-Qur’an, melalui para utusan-Nya. Dan nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir. Nabi Muhammad SAW memerintahkan seluruh umat manusia untuk beribadah kepada Allah, maka tidak ada kata lain bagi orang yang mengaku beriman kepada Allah dan mengakui islam, tetapi ia antipati kepada islam, berarti orang tersebut tidak bisa dikatakan orang yang beriman meskipun agamanya ialah agama islam. 

            Worldview Islam penting untuk mengkaji keilmuan dalam tradisi intelektual islam. Dalam sistem pengetahuan, paradigma ilmu pengetahuan barat dipandang oleh sebagian ilmuwan atau intelektual muslim sangat problematis bagi bangunan ilmu dalam paradigma islam. Seperti contoh, telah banyak muncul penafsiran-penafsiran yang kontroversial tentang ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits nabi yang hal tersebut dipandang oleh sebagian ulama dan intelektual muslim, telah menyimpang dari ajaran dan  nilai-nilai yang islami. Dari kenyataan tadi, kita bisa menilai bagaimana angkuhnya peradaban dan ilmu pengetahuan barat yang berusaha menjadikan worldviewnya dianut oleh seluruh masyarakat di dunia. Disinilah pentingnya setiap orang mengkaji untuk kemudian menerapkan worldview islam dalam tata kehidupan umat islam.

Dengan menguasai bahasa, orang mampu berkomunikasi dengan warga negara asing. Bahasa sebagai alat yang menggambarkan pemikiran seseorang yang identik berlandasan pada worldview tertentu. Proses abstraksi seseorang terhadap dunia melalui bahasa untuk membentuk konsepsi yang kemudian diyakini dan menjadi ideologi. Untuk menunjukkan suatu konsep tertentu, dimana makna dapat masukkan kedalam bentuk bahasa dan sistem bahasa yang kemudian membentuk pemikiran. Bahasa itu menguasai cara berfikir dan bertindak manusia, apa yang dilakukan manusia selalu dipengaruhi oleh sifat-sifat bahasanya. Hubungannya worldview islam dengan bahasa, worldview berasal dari kata Weltanshit yang sering disinonimkan dengan weltanschauung. Yang dapat simpulkan dalam hubungan worldview islam sebagai berikut, pandangan yang bersifat konstan muncul dari manifestasi alam diri terhadap melalui proses filsafat dan pada cara sistem bahasa membentuk perspektif dan konsepsi yang kita miliki tentang dunia islam dan untuk sebagian besar membentuk cara kita bernegoisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.

            Mempelajari bahasa asing  untuk mengetahui sejauh mana hubungan dan relasi bisa dibangun dan dijaga. Termasuk di era teknologi digital saat ini. Agama  berperan penting sebagai filter bagi fenomena globalisasi yang kini hadir di setiap sudut geografis, sektor. Namun, diperlukan pemahaman agama yang tepat sekaligus pengamalan secara utuh dan konsisten, agar peran dan pengaruh agama dapat dirasakan oleh masyarakat dan umat secara menyeluruh. Cara memfilter bahasa-bahasa asing yang masuk kedalam peradaban Islam yaitu dengan menguasai terlebih dahulu terhadap bahasa, dengan menguasai bahasa maka kita akan mampu memfilter bahasa-bahasa asing. Kita harus paham atas apa yang orang asing diucapkan jangan mengkonsumsi langsung tetapi harus memfilternya terlebih dahulu dengan pemahaman yang baik.

Dalam Worldview Islam, terdapat istilah dalam konsep Tuhan “Aqrabu min hablil wariid”, Allah menjelaskan bahwa Dia telah menciptakan manusia dan berkuasa penuh untuk menghidupkannya kembali pada hari Kiamat dan Ia tahu pula apa yang dibisikkan oleh hatinya, baik kebaikan maupun kejahatan. Bisikan hati ini (dalam bahasa Arab) dinamakan hadisun nafsi. Bisikan hati tidak dimintai pertanggungjawaban kecuali jika dikatakan atau dilakukan. Allah swt lebih dekat kepada manusia dari urat lehernya sendiri. Ibnu Mardawaih telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Sa'id bahwa Nabi saw bersabda: Allah dekat kepada manusia (putra Adam) dalam empat keadaan; Ia lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya. Ia seolah-olah dinding antara manusia dengan hatinya. Ia memegang setiap binatang pada ubun-ubunnya, dan Ia bersama dengan manusia dimana saja ia berada. (Riwayat Ibnu Mardawaih).  Allah sangat dekat (aqrobu) bahkan lebih dekat dari rasa dekat/urat leher (wa nahnu aqrobu ilaihi min hablil wariid). Kedekatan rasa dengan Tuhan ini bisa dicapai manakala kita berjalan mentaati anjuran-Nya, berbuat baik, membantu yang membutuhkan, memberi manfaat pada dunia dan tidak merusak tatanan dan hukum alam semesta.

Konsep Tuhan dalam Islam berbeda dengan agama lain, konsep tuhan dalam islam, dirumuskan berdasarkan wahyu dalam al-Qur’an yang juga bersifat otentik dan final. Konsep Tuhan dalam islam memiliki sifat yang khas yang tidak sama dengan konsepsi tuhan dalam agama-agama lain, tidak sama dengan konsep Tuhan dalam tradisi filsafat yunani, tidak sama dengan konsep Tuhan dalam filsafat barat modern ataupun dalam tradisi mistik barat dan timur

Konsep agama menurut kacamata Barat. Orang-orang barat (mayoritas) liat agama ini dari perspektif sekuler. Dalam perspektif sekuler, agama itu cuma sekedar urusan spiritual. Jadi kalau disebut agama, berarti itu cuma salah satu sistem dalam kehidupan. Agama (sistem religi) itu cuma salah satu dari bagian kehidupan manusia. Jadi dalam perspektif Barat, yang namanya agama itu terbatas. Sifatnya itu privat, agama itu urusan masing-masing lah. Maka kalau kita liat di negara-negara sekuler, disana gaakan ada badan pemerintah yang ngurus urusan agama (kalau di Indonesia kan ada departemen agama), karena kalau ada badan yang ngurus agama, jatuhnya agama bukan lagi privat tapi jadi publik, engga sesuai sama perspektif sekuler. Orang-orang sekuler ataupun liberal, dimana pun mereka berada, sebisa mungkin mereka bakal memperjuangkan supaya agama engga dibawa ke ranah publik. Semisal di negara kita indonesia, mereka akan mati-matian menolak diterapkannya syariat Islam sebagai sistem pemerintahan, karena menurut perspektif mereka itu artinya agama sudah dibawa ke ranah publik.

Sedangkan Konsep dalam Islam ialah Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi, tidak mewariskan ajaran agama seperti yang didefinisikan sama orang-orang Barat. Islam yang dicontohin sama nabi, dicontohin sama para sahabat, memandang agama sebagai keseluruhan aspek kehidupan, keseluruhan bukan sebagian. Dalam Islam, agama ini dipraktekin dalam kehidupan sehari-hari. Dan otomatis maka dia akan bersentuhan dengan semua aspek kehidupan manusia. Islam mengatur  sistem hubungan manusia dengan Allah, karena memang dasarnya agama adalah berangkat dari keyakinan.  Bahkan dalam aspek ini Islam sangat apik mengatur kita berhubungan dengan Allah. Dalam perspektif Islam tidak bisa didefinisikan seperti perspektif Barat, yang hanya sebatas spiritual.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 yang berarti “Sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab, [33]:21). Peran nabi dalam Islam yaitu untuk membawa ajaran-ajaran agama islam dari Allah dan menyebarkannya kepada seluruh umat manusia. Dari segi  perbedaan, Kristen  Mormon meyakini kenabian yang tidak terputus, jemaat bebas memilih Nabi, murtad bagi yang menolak Nabi dan konsep pemulihan gereja sebagai kunci kenabian. Sedangkan Islam meyakini Nabi adalah  utusan terakhir,  semua  Nabi dipilih  Allah, penolakan  terhadap  Nabi tidak sampai derajat murtad dan tidak adanya konsep pemulihan sebagaimana pemulihan gereja kristen Mormon.

            Worldview adalah konsep atau pandangan hidup yang didalamnya terdapat kepercayaan hidup. Secara terminologi, worldview mempunyai definisi yang sangat kompleks. Karena, terdapat perbedaan perspektif para pemikir, scientist ataupun filsuf dalam mendefinisikan arti worldview tersebut. Berikut definisi worldview menurut pakar barat, dari kalangan sekuler mendefinisikan worldview sebagai berikut, menurut Wilhelm Dilthey mendefinisikan "a worldview to be a set of mental categories..." Yang dapat disimpulkan yaitu Worldview sebagai sebuah komitmen yang menghasilkan karakter manusia dalam menjalani kehidupan, kemudian menurut Nietzsche mendefinisikan "Believes worldview are culture entitas..." Yang dapat disimpulkan bahwasannya worldview adalah produk budaya, yang mempengaruhi Worldview seseorang adalah budayanya sendiri. Berbeda dengan pendapat Wittgenstein mendefinisikan "Worldview is a way of thinking about reality that rejects the notion..." Artinya jalan berpikir tentang realita dengan menggunakan bahasa dan menolak gagasan seseorang yang mempunyai pengetahuan objektif realita. Lebih spesifik lagi dengan ungkapan Michel Cault "... Worldview are merely the linguistik construction of a power elite" yang berarti Worldview hanyalah konstruk bahasa dari kalangan elit penguasa.

            Selanjutnya definisi worldview yang dikemukakan oleh ulama atau cendekiawan Muslim diantaranya Sayyid Qutb mendefinisikan worldview adalah Akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat dibalik itu. Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengemukakan Worldview dalam islam adalah pandangan islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud ; oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total maka worldview islam berarti pandangan islam tentang wujud. Kedua ulama tersebut mengemukakan gagasannya sehingga dapat disimpulkan bahwasannya worldview dalam perspektif ulama muslim semuanya berorientasi pada nilai-nilai tauhid serta mengintegrasikan antara aspek dunia dan akhirat secara komprehensif.

            Worldview dan sains satu sama lain memiliki hubungan dalam berbagai aspek. Gurol Irzik menyebutkan bahwa sains memberi jawaban atas apa yang menjadi domain worldview. Dapat diartikan bahwa ilmu pengetahuan bisa menjelaskan dengan spesifik terkait apa yang tidak bisa dipecahkan oleh worldview. Pada prinsip Gauch ilmuwan amerika, siapapun bisa terlibat dalam kegiatan ilmiah, istilah ini disebut universalitas. Worldview (pandangan hidup), bahwa ilmu kontribusi untuk pandangan hidup yang bermakna. Menurut Matthew Orr pandangan dunia harus dapat menyatukan antara sains dan agama tanpa saling mengganggu. Maka dari itu ada keterkaitan antara pandangan hidup dan sains. Ilmu pengetahuan merupakan sumber yang kaya dan kuat dalam berpandangan hidup. Seseorang bisa berpandangan hidup karena ia mempunyai ilmu pengetahuan. Selain berkaitan dengan sains worldview juga berkaitan dengan bahasa seperti yang dikeumakan oleh Humbolt, ia membagi dua istilah worldview dalam bahasa yaitu Weltanshaung dan Weltansicht. Welthanshaung  didefinisikan sebagai kebutuhan inti manusia untuk menghasilkan bahasa dalam rangka mengembangkan kekuatan intelektual dalam  memahami pandangan hidup. Sedangkan Weltansicht beroperasi pada tingkat jauh lebih mendasar yang mengacu pada kontak pertama manusia dengan realitas dunia.

            Secara konseptual hubungan pandangan hidup dengan epistemolagi melibatkan penjelasan tentang prinsip-prinsip ontologi, kosmologi dan aksiologi. Prinsip ontologi dalam islam dapat disebut juga sebagai visi metafisis tentang wujud dan realitas tertinggi yang diambil dari wahyu. Prinsip kosmologis artinya adalah visi tentang struktur, proses dan fungsi realitas fenomenal. Worldview sebagai framework berpikir, setiap agama dan peradaban mempunyai worldview, vision atau mabda’ masing-masing. Worldview barat atau sekular lebih mengarah kepada sesuatu yang bersifat keduniaan dan lebih menekankan kepada hal-hal yang bersifat rasional serta dapat dirasakan oleh panca indra. Worldview kristen lebih menekankan kepada doktrin atau ajaran atau dogma. Tema worldview islam didefinisikan sebagai pandangan/atau prinsip hidup yang sesuai dengan ajaran-ajaran islam dengan mengintegrasikan secara komprehensif antara dunia dan akhirat baik yang berhubungan dengan Allah maupun manusia itu sendiri.

            Islam adalah nama sebuah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Konsep syahadat menjelaskan kaitan langsung antara konsep Tuhan dalam islam dengan konsep kenabian, dan sekaligus konsep wahyu dan kemudian menurun pada konsep syariat. Keimanan kepada kenabian Muhammad SAW adalah satu-satunya pintu masuk bagi manusia untuk dapat mengenal Tuhan dengan benar dan untuk memahami cara beribadah yang benar kepada Tuhan. Posisi Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah dan teladan yang baik. Setelah wahyu Allah SWT sempurna diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, maka Allah menegaskan, bahwa “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan Aku ridhai islam sebagai agamamu.” (QS 5:3). Ayat ini secara tegas menyebutkan, bahwa “islam” adalah agama yang diridhai oleh Allah SWT. Dan kata “islam” dalam ayat ini adalah menunjuk kepada nama agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan secara tegas nama agama ini diberi nama “islam” setelah sempurna diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi-Nya tetakhir, yakni Nabi Muhammad SAW.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun