Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pangkas Rambut David: Gunting, Lagu, dan Secangkir Kopi di Banteran

14 Oktober 2025   09:40 Diperbarui: 14 Oktober 2025   09:40 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
David Permana membangun usaha "Pangkas Rambut David" dari nol, dengan tangan dan semangatnya sendiri/Foto: dokpri


Di sudut tenang Dusun III Banteran, Kecamatan Sumbang, Banyumas, ada sebuah tempat cukur kecil yang aroma minyak rambutnya bercampur dengan suara lagu.


Sebuah papan kayu bertuliskan "Pangkas Rambut David" tergantung sederhana di depan bangunan semi permanen di Jl. Wangsa Jaya.

Bagi warga sekitar, tempat itu bukan sekadar tempat merapikan rambut. Di balik deru gunting dan dengungan mesin cukur, ada sosok muda bernama David Permana, sang pemilik sekaligus tukang cukur yang membangun usahanya dari nol, dengan tangan dan semangatnya sendiri.

"Saya mulai buka pangkas ini tahun 2021. Belajar sendiri, nggak kursus, cuma lihat-lihat dari YouTube dan latihan di teman-teman," ujar David sambil tersenyum, tangannya tak berhenti mengatur rambut pelanggan di kursi rotan satu-satunya di tempat itu.

David Permana membangun usaha
David Permana membangun usaha "Pangkas Rambut David" dari nol, dengan tangan dan semangatnya sendiri/Foto: dokpri


Meski tanpa pelatihan formal, hasil guntingan David, putra sulung pasangan Asrizal dan Wiwin ini membuat pelanggannya puas. Gayanya cepat, teliti, dan hasilnya rapi. Tak heran, pelanggan setianya datang dari berbagai penjuru desa, bahkan ada yang rela menunggu lama hanya untuk dicukur olehnya.

Tarif di Pangkas Rambut David pun sangat bersahabat.

"Kalau cukur biasa Rp10 ribu, kalau pakai semir bisa Rp15 ribu. Soalnya di sini bukan kota besar, jadi saya sesuaikan biar semua bisa datang," katanya.

David Permana membangun usaha
David Permana membangun usaha "Pangkas Rambut David" dari nol, dengan tangan dan semangatnya sendiri/Foto: dokpri


Namun, yang membuat tempat ini unik bukan hanya harganya yang murah. David menambahkan sentuhan khas yang jarang ditemui di tempat cukur sederhana lainnya: karaoke dan kopi.

"Kadang kalau pelanggan nunggu, saya putar musik dan mereka bisa karaoke juga. Biar nggak bosan. Ada kopi juga, kopi asli, biar sambil santai. Pokoknya di sini bukan cuma cukur, tapi juga nongkrong," ujarnya sambil tertawa kecil.

Kursi tunggal di ruang pangkasnya sering menjadi saksi banyak cerita. Dari obrolan ringan soal pekerjaan hingga keluh kesah hidup, semua mengalir alami di antara potongan rambut yang jatuh.

Bagi David, pelanggan bukan sekadar sumber rezeki, tapi teman bercerita.

Meski sederhana, David terus bermimpi mengembangkan usahanya.

David Permana membangun usaha
David Permana membangun usaha "Pangkas Rambut David" dari nol, dengan tangan dan semangatnya sendiri/Foto: dokpri


"Saya pengin nambah layanan keramas juga, tapi belum punya alatnya. Kalau nanti sudah ada rezeki, saya beli alat keramas biar lebih lengkap," katanya dengan nada penuh harap.

Selain menambah fasilitas, David juga memiliki impian besar untuk memindahkan tempat pangkasnya ke lokasi yang lebih strategis.

"Kalau bisa, saya pengin buka di dekat kampus Jenderal Soedirman. Di sana rame, banyak mahasiswa, pasti peluangnya lebih besar. Cuma ya itu, sewa kios di sana mahal," tuturnya.

Kini, setiap kali matahari sore menembus celah-celah jendela tempat pangkasnya, David masih setia di balik cermin besar yang mulai pudar warnanya.

Ia memotong rambut dengan sabar, menata setiap helai dengan keyakinan bahwa dari gunting kecil di tangannya, bisa lahir harapan besar.

David Permana membangun usaha
David Permana membangun usaha "Pangkas Rambut David" dari nol, dengan tangan dan semangatnya sendiri/Foto: dokpri


Pangkas Rambut David bukan sekadar tempat potong rambut di kampung. Ia adalah simbol ketekunan dan kreativitas seorang anak muda yang percaya, bahwa mimpi bisa tumbuh di mana saja, bahkan di kursi cukur sederhana di sudut Banteran.

"Saya nggak punya banyak, tapi saya punya semangat. Siapa tahu setelah baca tulisan ini, ada yang datang langsung ke tempat saya, nyoba cukur, atau sekadar ngopi dan ngobrol. Itu sudah bikin saya senang banget," ucap David menutup pembicaraan dengan senyum lebar.**

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun