Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dari Tangerang Menembus Batas Negara: Kisah Pasutri Naik Motor ke Malaysia Hingga Brunei

13 Oktober 2025   15:04 Diperbarui: 13 Oktober 2025   15:04 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dede dan istri menunggangi motor dari Tangerang ke Malaysia hingga Brunei/Foto: dokpri 

Setelah tujuh jam berkendara dan satu setengah jam pemeriksaan di perbatasan, pasangan ini akhirnya resmi memasuki Malaysia.

Dede dan istri menunggangi motor dari Tangerang ke Malaysia hingga Brunei/Foto: dokpri 
Dede dan istri menunggangi motor dari Tangerang ke Malaysia hingga Brunei/Foto: dokpri 


"Akhirnya bisa juga masuk Malaysia dengan motor dari Tangerang," ujarnya bangga.

Melaju di Pan Borneo Highway

Dari Kuching, ibu kota Sarawak, perjalanan berlanjut ke Sibu, Bintulu, dan Miri, sebelum menyeberang ke Brunei Darussalam. Jalan yang mereka lalui adalah Pan Borneo Highway, jalur bebas hambatan sepanjang hampir 1.000 kilometer yang membelah hutan tropis dan pesisir utara Kalimantan.

Dede dan istri menunggangi motor dari Tangerang ke Malaysia hingga Brunei/Foto: dokpri 
Dede dan istri menunggangi motor dari Tangerang ke Malaysia hingga Brunei/Foto: dokpri 


"Jalannya mulus dan gratis, tapi SPBU jarang sekali," kata Dede.

"Dalam jarak 200 kilometer, belum tentu ada pom bensin. Tapi banyak halte kecil setiap 3--5 kilometer, jadi cukup membantu kalau hujan atau butuh istirahat."

Setiap hari, mereka menempuh perjalanan 300--400 kilometer dengan kecepatan rata-rata 70--100 km/jam, berhenti sesuka hati untuk makan, salat, atau sekadar menikmati pemandangan.

Dede dan istri menunggangi motor dari Tangerang ke Malaysia hingga Brunei/Foto: dokpri 
Dede dan istri menunggangi motor dari Tangerang ke Malaysia hingga Brunei/Foto: dokpri 

Berburu Kuliner Serumpun

Keduanya tak hanya menaklukkan jarak, tapi juga mencicipi rasa dan budaya di tiap tempat. Di Kuching, mereka menikmati laksa Sarawak dengan kuah santan kental dan aroma rempah yang kuat, juga mee kolok, mi kering dengan daging manis gurih.

"Rasanya mirip makanan Melayu, tapi punya cita rasa sendiri," ujar Wiwit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun