Mohon tunggu...
sangaji bagus nugroho
sangaji bagus nugroho Mohon Tunggu... Guru Vokasi Ilmu dan Teknologi Pangan

guru ilmu dan teknologi pangan pemerhati pendidikan dan dunia Islam

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ledakan di Tengah Lapar: Jeritan di 29 Agustus

29 Agustus 2025   21:20 Diperbarui: 29 Agustus 2025   21:34 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Arman terbangun lebih pagi dari biasanya. Aroma bau bensin masih menusuk di hidungnya. Malam tadi, demo besar pecah di sekeliling rumahnya di Jakarta. Ia melihat di layar ponselnya gambar para pengemudi ojol berlari, aparat keamanan berseragam, dan suara teriakan yang menggema di jalanan. Di situ, ia tahu: ini bukan lagi soal satu insiden kecil---tapi kerinduan panjang rakyat akan keadilan dan kehidupan layak.

"Brimob tanda tanya? Ojol hanya api kecil," katanya pelan sambil memandangi foto teman ojol yang meninggal tertabrak kendaraan aparat. "Lapar, PHK, kemiskinan, dan korupsi yang makin dalam itulah bara sebenarnya."

Hari-hari Pak Arman dan keluarganya penuh perjuangan. Istri harus menahan lapar agar anaknya tetap makan. Harga beras, minyak, dan gas terus naik. Teman-temannya yang dulu bekerja di pabrik kini banyak yang kehilangan pekerjaan. Setiap kali dengar berita korupsi besar-besaran, hati mereka makin teriris. "Kenapa pejabat bisa hidup enak, sementara rakyat biasa mesti susah?"

Malam itu, di tengah kerumunan massa yang turun ke jalan, suara mereka bukan sekadar teriakan protes. Mereka berdiri untuk masa depan yang lebih baik, untuk anak-anak yang pantas punya harapan, bukan sekadar janji.

Sepanjang jalan, terlihat spanduk bertuliskan tuntutan sederhana: berikan kami pekerjaan, hentikan korupsi, lindungi lingkungan kami. Dari tambang yang merusak hutan, sampai ongkos hidup yang tak terkendali, semuanya berpadu jadi satu tuntutan mendalam.

Kematian pengemudi ojol hanya pemantik. Api kemarahan telah membakar lama, menyimpan luka dan kecewa yang tak tertahankan lagi. Di wajah anak-anak muda yang demo, terpancar harapan dan kemarahan yang sama kuat.

Pak Arman percaya, ledakan hari ini adalah panggilan bagi kita semua. Sudah saatnya kita mendengar, melihat, dan merespons bukan dengan kata-kata kosong, tapi dengan tindakan nyata. Karena rakyat bukan peledak, mereka adalah lentera yang menerangi gelapnya ketidakadilan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun