Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merana karena Corona

24 Oktober 2020   18:34 Diperbarui: 24 Oktober 2020   18:36 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sepuluh bulan yang lalu Rian baru saja mengambil kredit mobil angkot bekas. Dia beroperasi di trayek Panggungan - Bandarjaya, Lampung Tengah. Hasilnya lumayan bisa membawa pulang uang 100 ribu sehari setelah dipotong uang bensin. Dari 100 ribu itu dia harus menyisihkan 25 ribu untuk cicilan angkot. Masih dapat penghasilan bersih 75.000 setiap hari.

Lelaki muda ayah seorang anak itu menjalani hidupnya penuh optimis dan semakin tenang sejak punya angkot sendiri. Dia bisa menakar sendiri naik-turun penghasilan mengikuti irama ramai-sepinya penumpang. Yang membuat Rian tenang dia tak lagi dikejar-kejar setoran karena membawa angkot orang lain.

Tapi, sayang, banyak hal tak terduga bisa terjadi dan menimpa umat manusia. Salah satunya adalah wabah penyakit menular Covid-19 (Corona virus) yang menyebar cepat ke seluruh penjuru dunia. Dampaknya sangat luas menyentuh sendi-sendi kehidupan: kesehatan, sosial, dan ekonomi. Bisa mematikan manusia yang terpapar. Secara ekonomi dampaknya menurunkan daya beli dan dunia usaha.

Rian, si pemilik angkot, pun mengalami dampak Covid-19. Sebutan Zona Merah di daerahnya, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, berlanjut dengan belajar daring anak-anak sekolah, pembatasan mobilitas masyarakat, menimbulkan efek domino. Angkutan umum bus dan angkot terdampak langsung karena penumpang sepi.

Sejak ada virus Corona penghasilan dari menarik angkot menurun drastis. Biasanya sekali jalan dari Panggungan ke Bandarjaya dia bisa mengantongi hasil 40.000. Sejak ada covid-19 penghasilannya turun drastis, sekali jalan terkadang tanpa penumpang sama sekali. Pulang ke rumah pun syukur-syukur bila masih membawa uang 25 ribu.

Diliburkan

Nasib hampir sama juga dialami Wendi, karyawan sebuah hotel di Bandarjaya, Lampung Tengah. Hotel tempat dia bekerja yang biasa ramai dan penuh saat akhir pekan, sejak ada Covid-19 menjadi sepi.

Saat awal tersebarnya virus Corona pengelola hotel masih berusaha bertahan meskipun omset sudah mulai menurun. Setelah enam bulan Covid-19 operasional hotel tidak bisa dipertahan lagi. Penghasilan sudah tidak dapat menutupi biaya operasi. Akhirnya pihak manajemen memutuskan menghentikan operasional hotel. Seluruh karyawan diliburkan kecuali secutity dan cleaning servise. 

Rian yang bekerja di bagian layanan pelanggan hotel tersebut adalah salah satu karyawan yang diliburkan. Sejak saat itu dia jadi pengangguran. 

Survei BPS

Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei kepada 34.599 responden pelaku usaha yang terkena dampak pandemi virus corona atau Covid-19 selama 10-26 Juli 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun