Mohon tunggu...
Madjid Lintang
Madjid Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang biasa yang masih terus belajar.

Di hadapan Tuhan aku hanya sebutir debu yang tak berarti. Pembelajar yg tak henti belajar, dan seorang hamba Tuhan yang penuh dosa.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2019 dan Perang di Belakang Layar

16 Juli 2019   14:07 Diperbarui: 16 Juli 2019   14:32 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prabowo Subianto menunjukkan patriotismenya dengan mengakui kemenangan rival politiknya, Joko Widodo. Bahkan, Prabowo menyatakan akan mendukung program-program Jokowi. Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu rupanya lebih memilih kepentingan Negara ketimbang mengikuti bisikan para pendukungnya. Jiwa Sapta Marga masih melekat di jiwa Sang Jenderal. NKRI Harga Mati,  demikian sikap militan TNI dan Polri.

Ada hal menarik di balik rekonsiliasi Prabowo Subianto-Joko Widodo itu. Seperti kata pepatah kuno "Air tidak akan menyatu dengan minyak". Begitulah yang terjadi pasca rekonsiliasi. Air sudah terpisah dari minyak. Kelompok yang selama tahun politik seakan-akan menjadi pendukung militan Prabowo, ternyata menampakkan jati dirinya. Mereka ternyata bukan pendukung yang sebenarnya. Mereka adalah kelompok yang memanfaatkan Prabowo untuk "merebut" kekuasaan dan kemudian merekalah yang akan mengendalikan Prabowo.

Hal itu terkonfirmasi dari sikap mereka yang tidak mendukung rekonsiliasi Prabowo-Jokowi. Jika mereka memang pendukung sejati Prabowo Subianto, tentu mereka akan mengikuti sikap politik Prabowo. Nyatanya mereka punya sikap sendiri. Mereka tidak ikhlas dengan rekonsiliasi. Kelompok ini tetap menginginkan Indonesia gonjang-ganjing, panas, dan terpecah-belah. Apakah tujuan mereka sebenarnya?

Kita patut bertanya tentang komitmen mereka terhadap Bangsa dan Negara ini. Jika mereka punya iktikat baik terhadap Negeri ini, tentu mereka juga mendukung rekonsiliasi. Jika mereka memang Islam sejati, yang mengikuti ajaran Rasululullah Saw., tentu mereka akan mengutamakan perdamaian dan kerukunan Bangsa. Nyatanya mereka masih memelihara pertentangan dengan tetap menyebar konten-konten anti-pemerintah dan anti-Islam moderat.

Pihak Kepolisian mengatakan bahwa pasca rekonsiliasi Prabowo Subianto dan Joko Widodo, konten-konten berbau memecah-belah persatuan dan anti-pemerntah serta berita-berita hoax masih berseliweran di jagat media sosial. Menurut Polri tidak ada penurunan intensitas berita hoax dan konten provokatif bernuansa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Bertolak dari kondisi tersebut, menurut pendapat pribadi saya, sesungguhnya di balik Pilpres 2019, terjadi "perang" antara kelompok Islam Garis Keras melawan Islam Moderat, meskipun tidak secara terbuka. Peperangan ini terjadi secara laten, namun sangat terasa suhunya. Pihak Garis Keras sangat agresif melakukan serangan. Sementara pihak Moderat memilih sikap defensif. Bertahan dan menangkis serangan yang datang.

Pihak Garis Keras ini sangat bernafsu ingin merebut kekuasaan negara. Bahkan, dengan segala cara. Awalnya mereka berjuang melalui jalur politik. Setelah berkali-kali gagal merebut "panggung", mereka mulai bermain di dua medan: politik dan provokasi dan serangan-serangan menggunakan dalil-dalil agama. Untuk melemahkan lawannya di mata umat mereka tak segan-segan menebar fitnah. Contohnya, menuduh kalangan NU sebagai Syiah, penganut bid'ah dll.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun