Mohon tunggu...
Sandy Bachtiar
Sandy Bachtiar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Contoh Pelanggaran HAM di Sekolah

29 November 2018   23:14 Diperbarui: 29 November 2018   23:25 2951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Halo para pembaca kompasiana, pada artikel ini aku akan menceritakan pengalamanku tentang pelanggaran HAM di lingkungan sekitarku. Bahkan, pelanggaran HAM ini dilakukan oleh teman-teman di SMP-ku. Kebanyakan teman-teman SMP-ku sudah menjadi temanku sejak TK, sehingga tidak heran bila kami sangat dekat satu sama lain. Di SMP juga ada teman-teman baru dari SD lain.

Suatu saat, ada teman kelasku yang bernama Jimmy menghubungiku. Jimmy adalah teman baruku di SMP, dia berasal dari luar kota. Tanpa basa-basi dia menyatakan bahwa dia menyukaiku. Aku terkejut dan tidak siap untuk menerima pernyataannya. Aku memilih untuk menolak perasaannya terhadapku dengan baik, berusaha untuk tidak melukai hatinya.Kupikir, dia tidak akan mempermasalahkan hal itu dengan berlebihan. Tapi aku salah.

Daripada menerima bahwa dia telah di tolak, dia malah merasa sakit hati dan membenciku. Diam-diam, dia mengolok-olok aku. Dia menyebutku dengan berbagai sebutan dan hinaan. Aku sama sekali tidak mengetahui hal itu karena dia melakukannya di belakangku. Jujur saja, aku agak menghindari Jimmy karena aku merasa kurang nyaman dengannya. Aku tidak menyadari hal-hal yang dia lakukan di belakangku. Namun lama kelamaan aku merasa ada yang salah.

Teman-teman cowokku sangat sering mengusili Jimmy. Aku mengabaikannya karena aku merasa hal itu normal dalam pertemanan antar-cowo. Tapi lama kelamaan, mereka malah melibatkan aku karena Jimmy menyebarkan ke yang lain kalau dia menyukai aku. Mau gak mau, ya hal ini menarik perhatianku. Hal yang tidak aku sangka, Jimmy malah mengata-ngatai aku di belakangku. Tentu saja aku merasa tertekan dan sedih. Aku berusaha menjadi teman yang baik untuknya, tapi dia malah melakukan hal itu. Aku yang meminta teman-temanku berhenti saat mereka mengganggu Jimmy.

Awalnya aku diam saja, dan hanya menyimpan semua kekesalan dan amarahku dalam hati karena aku juga merasa kasian padanya yang semakin lama semakin dinakali teman-teman cowokku. Tapi dia tidak berhenti dan malah mengabaikan semua kebaikanku. 

Setelah lama, akhirnya aku tidak bisa lagi menahan diri. Aku marah dan aku kecewa padanya. Jadi, apapun yang dilakukan teman-temanku, aku tidak lagi peduli. Dan hal ini membuat teman-temanku semakin merasa bebas. Mereka merobek buku Jimmy, membuang-buang tasnya, meminta jajan yang dia beli, mengucilkan dia, dan tiada habis mengolok-olok dia.

Heran, hal itu tidak menghancurkan sikap buruknya. Dia masih saja mengolok-olok aku. Entah berapa besar kebenciannya karena penolakanku. Puncaknya adalah saat kami ada jam kosong. Hari itu, kenakalan teman-temanku mencapai puncaknya, hari yang takkan mudah kulupakan.

Saat itu pelajaran seni, dan kami tidak tau harus melakukan apa. Murid perempuan duduk di depan sedangkan murid laki-laki duduk di belakang. Keadaan kacau dan sangat ramai di belakang. Anak laki-laki bermain kejar-kejaran dan lempar-lemparan.

Awalnya aku cuek dan merasa masa bodoh dengan hal itu, sampai teman dekatku memberi tau bahwa di belakang, anak laki-laki sedang membully Jimmy. Benar saja, saat aku melihat ke belakang, teman-temanku sedang melempar-lempar buku milik Jimmy. Aku spontan berdiri dan meminta teman-temanku untuk berhenti, tapi mereka sama sekali tidak mendengarkan dan malah terus tertawa.

Semua bukunya hancur dan tasnya seolah menjadi bola yang ditendang kesana kemari oleh teman-temanku. Bahkan, saat Jimmy sedang duduk, mereka membalikkan kursi yang sedang ia duduki. 

Jimmy tak bisa melepaskan diri karena tubuhnya yang gempal terhimpit meja dan kursi. Kursi yang kami pakai adalah kursi anak kuliahan yang tersambung dengan meja. Akhirnya dia jatuh ke belakang dan tentunya kesakitan. Sepertinya saat itu dia mau menangis, namun karena gengsi, dia tetap diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun