Mohon tunggu...
sandy_072
sandy_072 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Film Animasi Racuni Perilaku

19 September 2015   12:50 Diperbarui: 19 September 2015   12:55 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://skim.gs/tMyHVS26FoeoXnfBGUrd4wvqtk0=/470x290/smart/51e0957fd4a2501c7e004e48"]Saat ini banyak film animasi anak-anak dari berbagai judul dan jalan cerita yang berbeda yang sangat menarik bagi penontonya tentunya dikalangan anak-anak dibawah umur yang seharusnya memberikan contoh dan pendidikan yang baik dan benar justru sebaliknya, banyak adegan dalam film animasi yang ada lebih menunjukan kekerasan seperti memukul, melanggar norma dan masih banyak lainnya, fenomena ini sangat mengkhawatirkan bagi genersi anak-anak yang menontonya. Film animasi seperti ini menyajikan isi pesan dalam suatu media, dalam hal ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu berupa ungkapan bahasa atau wacana melalui interpretasi yang tepat dan sistematis (Jurnal Cakrawala: 2014: 373). film Indonesia seharusnya  berfungsi untuk mendidik(edukasi), hiburan, informasi dan pendorong karya kreatif agar bermanfaat bagi masyarakat. (Anwar Arifin,2011:173).

Pengertian animasi menurut Vaughan, animasi merupakan suatu usaha untuk membuat presentasi statis menjadi hidup. Hal ini dilakukan dengan perubahan visual sepanjang waktu ang memberikan kekuatan besar pada proyek multimedia dan halaman web yang dibuat. Saat ini banyak aplikasi multimedia yang menyediakan fasilitas untuk membuat animasi. Animasi merupakan sebuah kemajuan teknologi dibidang seni dan ilmu komputerisasi. Sebagai terobosan baru, animasi berhasil menarik perhatian masyarakat dan banyak orang mulai ingin mempelajarinya. Banyk film animasi yang dibuat dan di pertontonkan untuk anak-anak, yang padahal tidak semua film animasi layak di tonton anak-anak.

Menurut M. Alisuf Sabri, kata kanak-kanak diasumsikan sama dengan masa anak-anak, berlangsung dari 2 sampai 6 tahun, orang tua menyebutnya sebagai masa problematis atau usia sulit karena dalam sedang dalam masa perkembangan, atau disebut sebagai usia main karena sebagian besar keseharian anak-anak menghabiskan waktunya untuk bermain. Anak-anak diasumsikan sebagai usia muda, secara psikologis mudah tersugesti dan rentan terengaruh (Andayani. Asri. Iriana:4).

Behaviorisme perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar. Manusia belajar dari lingkungan perilakunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sama halnya dengan anak-anak yang menonton film animasi tanpa di damping orang tua, dan orang tua yang tidak memperhatikan film animasi apa yang layak dipertontonkan kepada anak-anak.  Pengalaman akan berpengaruh dalam membentuk perilaku dalam arti, anak-anak akan meniru adegan dalam film animasi tersebut. Pengalaman akan berpengaruh dalam membentuk perilaku (diambil dari power point Dosen Fiskom Ester K)

Film animasi anak-anak seperti contohnya mulai dari Tom and Jerry, Spongesbob, Naruto, Mikey Mouse, Donald Duck dan masih banyak lainnya , hampir disetiap adegan didalam film animasi tersebut mengandung kekerasan, tentu ini tidaklah bagus bagi penikmatnya atau penontonnya, apa lagi anak-anak dibawah umur dominan sering dan lebih suka menonton film animasi seperti diatas. Anak dibawah umur biasanya masih rentan dan tergantung dengan lingkungan disekitarnya, dia akan mulai memahami, meniru apa yang ada disekitarnya . Salah satunya yaitu melalui dia menonton film animasi yang mengandung kekerasan tersebut. Film animasi tersebut sebenarnya tidak bermaksud untuk mengajarkan kekerasan, tetapi lebih ke unsur humornya, tingkah laku yang konyol, tetapi pembuat animasi kurang mempertimbangkan dengan efek yang terjadi pada penontonnya. Sama halnya yang dimaksud dalam teori behaviorisme yaitu perilaku seorang merupakan hasil dari proses belajar, proses belajar tersebut mulai dari lingkungan sekitarnya, anak-anak yang menonton film animasi yang mengandung kekerasan tanpa ada pengawasan dari orang tua, anak tersebut akan tidak tahu mana tingkah laku dari tokoh animasi yang dia sukai itu benar atau salah. Disinilah mengapa lingkungan sekitar sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku anak.

Salah satu contoh film animasi yang menjadi pusat pehatian penulis ialah film “Tom and Jerry”. "Tayangan tersebut penuh dengan muatan-muatan yang berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan mental anak, seperti, kekerasan fisik: mencekik, menonjok, menjambak, menendang, menusuk dan memukul; kekerasan terhadap hewan; penggunaan senjata tajam dan benda keras untuk menyakiti dan melukai seperti pisau, balok, dan benda-benda lainnya; kata-kata kasar dan adegan-adegan berbahaya," terang Komisioner Bidang Isi Siaran, Agatha Lily, dalam keterangan pers yang diterima merdeka.com, Senin (22/9).[1]

Adegan yang berbahaya dalam film Tom and Jerry seperti, adegan memukul dengan batu tetapi tetap tidak mati, bisa saja anak-anak akan menirunya kepada temannya. Adegan terjun dari lantai sekian, tidak menutup kemungkinan anak-anak akan meniruya, toh, tidak terluka sama sekali, seperti adegan yang ia tonton. Adegan kekerasan berikunya seperti menabrak tembok/pagar dan dalam adegan Tokoh Tom/ Jerry juga tidak terluka dan bahkan tembus serta dapat berlari lagi. Anak-anak yang suka bermain lari-larian dengan teman-temannya juga tidak menutup kemungkinan mereka untuk berprilaku mengikuti adegan tersebut.

Inti dari pembahasan diatas yaitu bahayanya film-film animasi yang ditonton oleh anak-anak, masih banyak mengandung unsur kekerasan yang bisa membentuk perilaku anak-anak. Sarannya penulis, sebaiknya produksi film animasi lebih memikirkan lagi mengenai bagaimana pertumbuhan perilaku anak-anak, dengan cara menghilangkan unsur-unsur kekerasan. Bagi orang tua, sebaiknya lebih memperhatikan film animasi apa yang ayak ditonton untuk anaknya dan memberikan pengertian tentang baik buruknya suatu perilaku agar anak dapat memilih dan memila mana perilaku yang benar dan yang salah, orang tua layaknya mendampingi anak-anaknya ketika menonton film animasi, juga orang tua harus bijak dalam memilih film animasi seperti apa yang layak di tonton oleh anak-anak.

 

[1] http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-tayangan-anak-dan-kartun-yang-masuk-kategori-bahaya.html di akses pada 19/9/2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun