Mohon tunggu...
Dian
Dian Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Passion aku adalah menulis. Dengan menulis aku bisa berkarya, terutama menulis tentang filosofi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pedoman Hidup Bukan Al Quran Tapi Kesadaran

16 Januari 2023   09:01 Diperbarui: 16 Januari 2023   10:12 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/photos/MAgPyHRO0AA

Dalam agama islam penuntun kita adalah Alquran. Sehingga dengan adanya alquran maka kita tidak akan salah jalan atau tersesat. Namun banyak yang mengaku berpedoman al quran tapi masih banyak yang berbuat keji dan mungkar, saling menyakiti orang lain dan kadang saling menghakimi orang yang tidak sejalan dengan jalannya. Kenapa bisa terjadi begitu ?, padahal mereka mengerti al quran. 

Semua ini dikarenakan karena ajaran dari kitab suci itu berasal dari luar diri kita. Padahal sumber segala kejahatan berasal dari IBLIS atau EGO kita sendiri atau dalam diri kita sendiri.  Karena untuk memenuhi ego kita sendiri maka kita berbuat seenaknya sendiri. 

  • Seperti menyakiti orang dengan begitu diri kita merasa puas.
  • Saat kita disakiti orang, terus karena ego kita tidak terima jadi saling berkonflik dan  bertengkar.
  • Kita berbuat seenaknya sendiri karena kita mau enaknya saja dan itu bersumber ego juga. 

Ego ini selalu punya alasan tersendiri atau selalu cari kambing hitam atau pembenaran atas perilaku yang dilakukanya. Walaupun perilaku itu kadang mengarah pada sebuah keburukan. Itulah sifat ego yang selalu ingin menang dan benar. 

Kenapa kitab suci yang sering jadi pedoman hidup, tidak bisa menaklukan ego karena pengetahuan tanpa kesadaran hanya membuat ego kita semakin tinggi atau merasa paling benar atau biasanya merasa suci gitu. Kadang mengerjakan perintah agama pun tanpa memahami dasarnya atau hanya kulitnya saja jadi cuma hal yang sia - sia belaka. 

Tidak memberikan  manfaat apa -apa dengan yang dilakukan. Cuma melakukan hal ini karena akan dapat pahala gitu. Sehingga tidak bisa mengubah perilakunya sama sekali, yang ada egonya semakin tinggi.

Ego itu tidak bisa ditaklukan dengan dengan sebuah konsep atau dogma tertentu. Konsep atau dogma masih masuk dalam  diwilayah pikiran. Jadi masih berbau dan mengandung dualitas atau masih benar salah. Padahal salah benar itu relatif untuk setiap orang. 

Sifat dualitas itu seperti ini, kalau aku merasa benar maka yang lain salah, kadang merasa itu benar memaksa orang orang lain ikut jalannya. Kalau tidak ikut jalannya maka menilai orang itu salah dan tersesat. Kadang saat apa yang diyakini di kritik orang lain maka orang itu marah dan saling berdebat satu sama lain bahkan mereka tidak sungkan menghardik dengan keras dan berkata kotor.

Itulah kalau kita masih  di wilayah dualitas, kita akan saling menghakimi satu sama lain. Kadang juga masih memaksakan kehendaknya kepada orang lain sehingga sering terjadi konflik. 

Kadang juga konflik dengan batinnya sendiri dan jadinya serba bingung gitu. Dogma atau konsep yang kita yakini walaupun berupa ajaran kebaikan itu hanya menuntup diri dari kebenaran yang sesungguhnya.

Mungkin ini ciri - ciri kalau Ego bisa kita taklukan : 

  • Salah satu ciri ego ditaklukan adalah kita lebih mengutamakan kedamaian dari pada berkonflik.
  • Lebih suka mengalah dan suka melihat orang lain bahagia atau lebih mengutamakan kebahagian orang lain dari pada dirinya sendiri. Karena di dalam dirinya merasa sudah merasa puas dengan dirinya sendiri.
  • Melihat segala sesuatu secara objektif dari pada subyektif.
  • Selalu ingin  belajar dari siapapun dan apapun dari pada menunjukan kepintaran dirinya  
  • Lebih suka mencari kepuasaan di dalam diri dari pada mencari kepuasan di luar diri sehingga lebih menyukai kesendirian.
  • Lebih mudah memaafkan dari pada menyimpan dendam. Karena merasa tidak ada ruginya memaafkan dan tidak ada faedahnya menyimpan dendam dan kebencian dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun