Sambil sarapan pagi, sembari menikmati hari libur bersama keluarga, teman, sahabat, ada satu fenomena yang ternyata jadi mengingatkan saya waktu kerja di pabrik papan gipsum 7 tahun lalu. Fenomena apa itu?
Cara Melakukan Coaching
=====================
Hal ini "lumrah" terjadi di para pedagang (praktisi). Kemudian menjadi keren dan distandardisasi begitu para ahli membukukannya. Ada apa di fenomena itu? Kita lihat cara tukang bubur dan "partner"nya bekerja.
(mumpung bubur saya udah tamat, dan sedang menunggu teh tawar panas yang sedang melepas panasnya supaya bisa saya minum...)
Saya perhatikan, ada 2 orang yang meladeni para pelanggan bubur ayam. Yang satu tampak cekatan sekali: mangkok dijajarkan banyak sesuai permintaan, bubur ayam dituangkan ke tiap mangkok, topping kemudian ditaburkan mulai dari bawang, kacang, hingga ayam suir. Sedangkan yang satunya hanya memperhatikan.
Dan saya, memperhatikan mereka berdua, karena bubur saya udah tamat riwayatnya. Pesen lagi aja gitu?
Orang pertama pun menyuguhkan bubur ayam yang sudah siap, kepada para pelanggan. Ekspresi sumringah, cerah ceria, dan bersahabat pun turut disuguhkan orang pertama tadi. Orang kedua, masih tetap memperhatikan.
Pesanan pertama, beres, 5 mangkok. Lanjut pesanan berikutnya. Kali ini kok kejadiannya berbeda, tidak seperti pesanan yang 5 mangkok tadi.
3 mangkok sedang disiapkan untuk pelanggan berikutnya. Kali ini orang pertama "bersuara".
"Bawangna cik."