Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

4 Langkah Jitu Melakukan Coaching

26 Desember 2017   08:44 Diperbarui: 31 Desember 2017   18:40 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sambil sarapan pagi, sembari menikmati hari libur bersama keluarga, teman, sahabat, ada satu fenomena yang ternyata jadi mengingatkan saya waktu kerja di pabrik papan gipsum 7 tahun lalu. Fenomena apa itu?

Cara Melakukan Coaching

=====================

Hal ini "lumrah" terjadi di para pedagang (praktisi). Kemudian menjadi keren dan distandardisasi begitu para ahli membukukannya. Ada apa di fenomena itu? Kita lihat cara tukang bubur dan "partner"nya bekerja.

(mumpung bubur saya udah tamat, dan sedang menunggu teh tawar panas yang sedang melepas panasnya supaya bisa saya minum...)

Saya perhatikan, ada 2 orang yang meladeni para pelanggan bubur ayam. Yang satu tampak cekatan sekali: mangkok dijajarkan banyak sesuai permintaan, bubur ayam dituangkan ke tiap mangkok, topping kemudian ditaburkan mulai dari bawang, kacang, hingga ayam suir. Sedangkan yang satunya hanya memperhatikan.

Dan saya, memperhatikan mereka berdua, karena bubur saya udah tamat riwayatnya. Pesen lagi aja gitu?

Orang pertama pun menyuguhkan bubur ayam yang sudah siap, kepada para pelanggan. Ekspresi sumringah, cerah ceria, dan bersahabat pun turut disuguhkan orang pertama tadi. Orang kedua, masih tetap memperhatikan.

Pesanan pertama, beres, 5 mangkok. Lanjut pesanan berikutnya. Kali ini kok kejadiannya berbeda, tidak seperti pesanan yang 5 mangkok tadi.

3 mangkok sedang disiapkan untuk pelanggan berikutnya. Kali ini orang pertama "bersuara".

"Bawangna cik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun