Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. VIRTUAL MEDICINE CALL TODAY: 021.29614252 - 021.5703646 ** www.drwido.com ** www.kesulitanmakan.com ** www.alergiku.com ** www.pickyeatersclinic.com ** www.klinikbayi.com ** www.dokteranakindonesia.com **

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Kejang Demam Anak, Jangan Diremehkan Jangan Berlebihan

6 Maret 2012   00:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:27 3343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski tidak banyak, beberapa anak saat demam dapat menimbulkan kejang. Angka kejadian kejang demam terjadi pada 2-5% anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang merupakan hal paling dicemaskan oleh orangtua meski tidak membahayakan dan pada umumnya tidak berdampak buruk pada tumbuh dan berkembangnya anak nantinya. Dalam menyikapi masalah kejang demam ini biasanya bukan hanya orangtua yang cemas, tetapi kadang sebagian dokter yang menangani kadang juga terbawa arus emosi orangtua dengan melakukan intervensi yang berlebihan khususnya dalam penanganan dan pemeriksaan. Prosedur penanganan yang seharusnya di minimalkan tetapi seringkali terlalu kaku dalam menerapkan teori dan protap sehingga menimbulkan penanganan dan pemeriksaan laboratorium yang berlebihan seperti pemeriksaan gula darah, elektrolit, pemeriksaan EEG dan MRI. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium atau di luar sistem susunan saraf pusat atau otak. Kejang demam biasanya terjadi pada 24 jam awal demam atau hari pertama demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Kejang demam jarang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang karena sebab lain atau kejang yang tidak disebabkan oleh demam akan berlangsung lebih lama, dapat terjadi pada salah satu bagian tubuh saja dan dapat terjadi berulang. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS Pemeriksaan dan penegakaan diagnosis klinis kejang demam tidak terlalu banyak kecuali untuk mencari penyebab kejang atau bila terdapat kejang demam kompleks atau komplikata. Menanyakan riwayat sebelumnya dan riwayat keluarga biasanya didapatkan riwayat kejang deman pada anggota keluarga lainnya (ayah, ibu atau saudara kandung). Pada pemeriksaan fisik neurologis atau persarafan biasanya tiidak didapatkan kelainan Pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab seperti darah tepi, elektrolit dan gula darah. Bila tidak ada riwayat pengeluaran cairan seperti muntah, diare, dan tanda kekurangan cairan lainnya sebenarnya pemeriksaan ini tidak perlu. Dalam praktek sehari-hari sering dijumpai anak dengan keadaan normal, makan minum baik dan tidak ada riayat yang berpotensi gangguankesimbangan elektroli dan gula darah selalu diperiksa. Pemeriksaan radiologi atau rontgen seperti X-ray kepala, CT Scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi bila curiga meningitis (infeksi selaput otak), ensefalitis (infeksi otak) atau abses otak. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)seperti tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pmeriksaan elektroensefalografi (EEG) tak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas misalnya kejang demam komplikata pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal Jika seorang anak yang diimunisasi lengkap sesuai jadwal yabila mengalmai kejang demam sederhana, dengan cukup melakukan intervensi minimal dan pemeriksaan minimal sebaiknya tidak harus dikawatirkan. Pemeriksaan darah rutin dan pungsi lumbal rutin biasanya tidak perlu, dan risiko dari prosedur neurodiagnostic (pencitraan atau EEG), antipiretik dan antikonvulsan profilaksis jauh lebih besar daripada manfaatnya. Penanganan Kejang Demam Pada Anak Bila di rumah dengan petunjuk dokter bisa saja dilakukan pemberian diazepam 0,4-0,6mg/KgBB/dosis melalui dubur atau rektal supposutoria. Saat di Rumah Sakit menghentikan kejang dengan melakukan pemberian diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan). Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian. Dalam keadaan seperti ini sebaiknya harus sehera dibawa ke rumah sakit terdekat. Hal penting lain yang harus dilakukan adalah menurunkan demam dengan pemberian obat antiretika seperti Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis melalui oral atau minum. Bisa juga dengan pemberian obat jenis Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari. Pemberian kompres sebaiknya dilakukan dengan segera bila suhu > 390C lakukan kompres dengan air hangat, bila suhu >380C cukup melakukan kompres dengan air biasa Pengobatan penyebab demam pada umumnya disebabkan karena infeksivirus. Infeksi virus bisanya akan sembuh sendiri tanpa pemberian anttibiotika. Biasanya perjalanan penyakit infeksi virus dalam 1-2 hari awal demam akan naik turun dan pada hari ke tiga demam membaik atau demam turun hanya teraba hangat, bila diukur dibawah 38,5 dan semakin panjang interval demamnya. Antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya yang dicurigai sebagai penyebab bakteri. Sebenarnya infeksi yang disebabkan karena bakteri relatif sangat jarang, tetapi sebaliknya justru dalam praktek sehari-hari pemberian antibiotika lebih sering diberikan Penanganan suportif lainnya adalah meletakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras atau tajam dan membebaskan jalan nafas. Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat mengalir keluar dari mulut. Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan lidahnya sendiri. Dalam keadaan tertentu sebaiknya hubungi dokter anak anda segera. Penanganan awal di Rumah Sakit biasanya dilakukan pemberian oksigen hanya saat masih kejang, bila kejang berhenti tidak perlu, menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mempertahankan keseimbangan tekanan darah

Pencegahan Kejang

Dalam kasus Kejang demam sederhana tidak ada pencegahan khusus yang bisa dilakukan. Namun kadangkala pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam. Sedangkan pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis. Pencegahan dengan pemberian obat antikejang lewat dubur dengan obat anti kejang rektal tidak bermanfaat, karena efek perlindungannya hanya jangka pendek. Sedangkan pemberian kopi untuk mencegah kejang yang selama ini diyakini oleh masyarakat awam tidak ada dasar ilmiah dan penelitian ilmiahnya

Pada umumnya kejang demam tidak berdampak yang berat pada tumbuh dan berkembangnya anak. Tetapi kasus tertentu yang beresiko terjadi gangguan hipersensitif susunan saraf pusat, hipersensitif saluran cerna dan pada penderita alergi saluran cerna, bila tidak ditangani dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi kejang demam berulang, epilepsi, kelainan motorik, gangguan perilaku dan gangguan mental dan belajar.

Melihat berbagai hal tentang penanganan dan akibat kejang demam pada anak tersebut maka memang harus diwaspadai dan tidak harus diremehkan. Namun sebaliknya juga jangan disikapi ketakutan berlebihan atau intervensi dan pemeriksaan berlebihan. Karena sikap yang berlebihan dalam menangani sebuah kasus akan berdampak tindakan dan pemeriksaan yang berlebihan yang tidak perlu. Bahkan tindakan ketakutan dan tindakan berlebihan akan mempunyai dampak tersendiri khususnya dalam efek samping obat pemeriksaan dan pengeluaran biaya besar yang tidak perlu.

Daftar pustaka:

  • Febrile seizures fact sheet. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. http://www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm. Accessed Nov. 14, 2011.
  • What do I do if my child has a febrile seizure? American Academy of Pediatrics. http://www.aap.org/publiced/BR_FebrileSeizures.htm. Accessed Nov. 14, 2011.
  • American Academy of Pediatrics. Clinical practice guideline — Febrile seizures: Guideline for the neurodiagnostic evaluation of the child with a simple febrile seizure. Pediatrics. 2011;127:389.
  • Oluwabusi T, Sood SK Update on the management of simple febrile seizures: emphasis on minimal intervention. Curr Opin Pediatr 2012 Feb 9.
  • Mukherjee A, Bandyopadhyay S, Basu PK. Seizures due to food allergy J Assoc Physicians India. 1994 Aug;42(8):662-3.
  • Pelliccia A, Lucarelli S, Frediani T, D’Ambrini G, Cerminara C, Barbato M, Vagnucci B, Cardi E. Partial cryptogenetic epilepsy and food allergy/intolerance. A causal or a chance relationship? Reflections on three clinical cases Minerva Pediatr. 1999 May;51(5):153-7

supported by CHILDREN GRoW UP CLINIC Yudhasmara Foundation Inspirasi Orangtua Cerdas, Tumbuhkan Anak Semakin Sehat, Kuat dan Pintar Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat 10210, phone (021) 5703646 - 44466102 MENTENG SQUARE Jl Matraman 30 Jakarta Pusat 10430, phone (021) 44466103 email : judarwanto@gmail.com http://childrengrowup.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun