Bonus demografi yang dihadapi Indonesia menawarkan peluang besar untuk kemajuan ekonomi dan sosial, namun hal tersebut akan sia-sia jika generasi muda tidak dipersiapkan dengan baik, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan mental dan moral. Tantangan baru yang muncul di era digital mempengaruhi keseimbangan emosional dan integritas moral anak-anak, sehingga penting untuk memahami keterkaitan antara bonus demografi dan kondisi kesehatan mental-moral anak Indonesia. Pidato Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di media sosial yang sedang viral mengenai bonus demografi menuai reaksi beragam dari nitizen dan pengamat politik, seperti Rocky Gerung yang menilai kurang memahami konsep mendalam tentang bonus demografi, serta Adi Prayitno yang menyoroti tingginya angka pengangguran di kalangan sarjana dan terbatasnya akses pendidikan tinggi. Kedua pengamat tersebut menekankan bahwa tanpa intervensi nyata, Indonesia akan gagal memanfaatkan peluang ini, serta menekankan pentingnya memberdayakan pemuda desa agar siap menghadapi tantangan tersebut dengan keterampilan ekonomi, teknologi, dan politik yang memadai.
Pidato Wakil Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, mengenai bonus demografi yang diunggah lewat kanal YouTube resminya mendapat banyak sorotan  dari nitizen dan sejumlah pengamat politik. Rocky Gerung menilai bahwa pidato tersebut menunjukkan ketidakpahaman mendalam terhadap konsep bonus demografi. Dalam komentarnya pada Jumat, 25 April 2025, melalui kanal YouTube pribadinya, Rocky merespon penyampaian  yang dianggap kurang tajam dan tidak membahas elemen-elemen kunci, seperti kualitas pendidikan, ketersediaan lapangan kerja, dan kesiapan sistem sosial, yang semestinya menjadi fondasi dalam mengoptimalkan bonus demografi.
Senada dengan kritik tersebut, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, juga menilai bahwa pemerintah belum cukup serius mempersiapkan generasi muda berkualitas untuk menghadapi peluang ini. Adi menyoroti tingginya angka pengangguran di kalangan sarjana sebagai bukti lemahnya strategi nasional, serta mengkritik terbatasnya akses pendidikan tinggi akibat kendala ekonomi. Menurutnya, tanpa intervensi nyata, Indonesia akan gagal memanfaatkan momentum 2030--2045. Ia juga menekankan pentingnya memberdayakan pemuda desa agar mandiri secara ekonomi, melek teknologi, politik, dan ekonomi, demi memastikan bonus demografi benar-benar menjadi berkah, bukan justru menjadi beban nasional.
Peluang Bonus Demografi
Bonus demografi yang terjadi di Indonesia menawarkan peluang besar untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial. Namun, peluang ini akan sia-sia tanpa kesiapan generasi muda, khususnya dalam aspek kesehatan mental dan moral. Di tengah perkembangan era digital, anak-anak menghadapi tantangan baru yang mempengaruhi keseimbangan emosional dan integritas moral merek. Penting memahami keterkaitan antara bonus demografi dan kondisi kesehatan mental-moral anak Indonesia saat ini, serta memberikan panduan praktis bagi orang tua untuk membentuk generasi emas di masa depan.
Indonesia saat ini memasuki periode bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Periode ini diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2045, bertepatan dengan cita-cita Indonesia Emas. Untuk memanfaatkan momen ini, kualitas sumber daya manusia, termasuk kesehatan mental dan moral anak-anak yang saat ini masih dalam masa pertumbuhan, menjadi faktor penentu.
Namun, era digital membawa tantangan tersendiri. Anak-anak semakin dini terpapar media sosial, internet, dan berbagai platform digital yang tidak hanya memperkaya informasi, tetapi juga berpotensi menimbulkan gangguan mental dan erosi nilai moral. Oleh karena itu, memahami dan menyiapkan anak-anak dalam menghadapi dinamika ini menjadi krusial untuk mewujudkan generasi emas yang unggul secara intelektual, emosional, dan spiritual.
Bonus Demografi dan Masa Depan Anak Indonesia
Bonus demografi memberi peluang luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi karena meningkatnya jumlah usia produktif. Bila generasi muda yang lahir saat ini dipersiapkan dengan baik, Indonesia berpotensi menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia. Namun, kualitas lebih penting daripada kuantitas; sumber daya manusia yang sehat, cerdas, berkarakter kuat, dan inovatif adalah kunci.
Anak-anak saat ini akan menjadi pilar utama pada masa puncak bonus demografi. Oleh karena itu, fokus utama harus diberikan pada pendidikan, kesehatan fisik dan mental, serta pembentukan karakter sejak dini. Tanpa intervensi yang tepat, bonus demografi bisa menjadi bencana demografi yang penuh dengan pengangguran, kriminalitas, dan krisis sosial.