Setelah  Tupperware Tutup , pasar dibanjiri oleh produk wadah makanan buatan China yang murah dan menarik. Namun, banyak dari produk ini tidak mencantumkan komposisi bahan secara jelas, tidak memiliki label "food grade", serta tidak teruji bebas dari BPA dan senyawa toksik lainnya. Beberapa bahkan menggunakan plastik daur ulang berkualitas rendah yang tidak cocok untuk kontak langsung dengan makanan.
Waspada terhadap produk murah dengan klaim tidak jelas sangat penting, karena plastik daur ulang yang tidak memenuhi standar bisa mencemari makanan dengan logam berat, residu industri, atau bahan kimia beracun lainnya. Selain itu, tidak semua negara memiliki standar ketat mengenai keamanan makanan, sehingga produk impor bisa luput dari pengawasan.
Jenis Plastik yang Aman dan Berbahaya
- Plastik Aman:
- #1 PET/PETE (Polyethylene Terephthalate): Aman untuk sekali pakai, seperti botol air mineral.
- #2 HDPE (High-Density Polyethylene): Aman, digunakan untuk susu, jus, dan botol makanan.
- #4 LDPE (Low-Density Polyethylene): Digunakan untuk kantong makanan dan tutup botol.
- #5 PP (Polypropylene): Salah satu plastik teraman untuk makanan panas dan microwave.
- Plastik Berbahaya:
- #3 PVC (Polyvinyl Chloride): Mengandung ftalat, tidak disarankan untuk makanan.
- #6 PS (Polystyrene): Rapuh dan dapat melepas styrene beracun saat panas.
- #7 Other (termasuk PC - Polycarbonate): Sering mengandung BPA, terutama jika tidak diberi label BPA-free.
Rekomendasi WHO, CDC, AAP:
Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan plastik sebagai bahan utama kemasan dan penyimpanan makanan telah menjadi perhatian serius di kalangan ilmuwan dan lembaga kesehatan dunia. Laporan dari World Health Organization (WHO) menyoroti kekhawatiran terhadap paparan bahan kimia seperti Bisphenol A (BPA) dan ftalat, yang umum ditemukan pada plastik tertentu. WHO menekankan bahwa paparan ini perlu dikurangi secara signifikan, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan wanita hamil, karena dapat mengganggu sistem endokrin dan perkembangan organ tubuh.
WHO juga menyarankan adanya regulasi ketat terhadap bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik untuk kemasan makanan. Mereka mendorong pengawasan lebih lanjut terhadap jenis plastik yang beredar di pasaran dan pentingnya edukasi masyarakat mengenai arti dari kode daur ulang pada plastik, seperti angka 1 hingga 7 yang tertera dalam simbol segitiga. Edukasi ini penting agar konsumen bisa lebih selektif dalam memilih kemasan makanan yang aman digunakan, terutama saat bersentuhan dengan panas atau makanan berlemak.
Sementara itu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat memberikan penekanan khusus pada praktik penggunaan plastik sehari-hari. CDC mengingatkan agar tidak menyimpan makanan terlalu lama dalam wadah plastik dan menghindari pemanasan makanan langsung di dalam plastik, kecuali plastik tersebut sudah teruji "microwave-safe" dan berlabel "BPA-free". Paparan panas dapat menyebabkan pelepasan bahan kimia dari plastik ke dalam makanan, yang meningkatkan risiko kesehatan jangka panjang.
American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi spesifik yang sangat relevan untuk keluarga dengan anak kecil. AAP menganjurkan untuk menghindari plastik dengan kode #3 (PVC), #6 (PS), dan #7 (Other) kecuali tertera label bebas BPA. Selain itu, mereka menyarankan menggunakan wadah berbahan kaca atau stainless steel, tidak mencuci plastik dalam mesin pencuci piring dengan suhu tinggi, dan tidak memanaskan makanan dalam plastik. Rekomendasi ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan mengalami gangguan hormon akibat paparan bahan kimia dari plastik.
Alternatif Aman Pengganti Plastik dalam Penyimpanan Makanan
Dalam rangka mengurangi risiko kesehatan dari paparan bahan kimia plastik, lembaga-lembaga kesehatan mendorong masyarakat untuk beralih ke bahan alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Salah satu pilihan utama adalah wadah berbahan kaca (glass). Kaca dikenal tahan terhadap suhu tinggi, tidak menyerap bau atau warna makanan, serta tidak bereaksi dengan bahan kimia. Kelebihan ini menjadikannya pilihan ideal untuk menyimpan makanan, baik dalam lemari es, microwave, maupun oven.
Pilihan berikutnya yang semakin populer adalah stainless steel, terutama untuk bekal anak, tempat minum, atau penyimpanan makanan kering. Stainless steel bersifat inert (tidak bereaksi dengan makanan), tahan lama, dan mudah dibersihkan. Selain itu, wadah ini tidak akan melepaskan zat berbahaya meskipun terpapar suhu tinggi. Meskipun stainless steel tidak cocok untuk microwave, kelebihannya dalam hal daya tahan menjadikannya investasi jangka panjang yang layak dipertimbangkan.