Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Duh, Bukan Radang Tenggorok dan Tifus, Ternyata Anakku DBD

24 April 2024   07:58 Diperbarui: 26 April 2024   00:16 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menderita demam berdarah. Sumber: Shutterstock/Mama Belle and the kids via KOMPAS.com

Fase awal demam berdarah yang parah mirip dengan demam berdarah dan penyakit virus demam lainnya. Segera setelah demam mereda pada hari ke III-V setelah timbulnya gejala  tanda-tanda kebocoran plasma muncul, seiring dengan berkembangnya gejala hemoragik seperti perdarahan dari lokasi trauma, perdarahan gastrointestinal, dan hematuria. Pasien juga mungkin mengalami nyeri perut yang parah, muntah terus-menerus yang mungkin mengandung darah, kelelahan, dan kejang demam (pada anak-anak).

Fase lanjut hari ke III-V  sering kali memasuki fase kritis. Jika tidak diobati, demam berdarah kemungkinan besar akan berkembang menjadi syok. Gejala umum syok yang akan datang meliputi nyeri perut, muntah, dan kegelisahan. Pasien juga mungkin mengalami gejala yang berhubungan dengan kegagalan peredaran darah, seperti pucat, takipnea (napas cepat), takikardia (nadi cepat), pusing/pening, dan penurunan tingkat kesadaran hingga tidak tertolong.

Mirip Penyakit Lainnya

Radang Tenggorokan (Faringitis Akut). Infeksi DBD pada hari pertama sering dianggap radang tenggorok karena beberapa kasus mengalami gejala nyeri  radang tenggorok. Memang pada umumnya penyakit DBD tidak mengalami gejala nyeri tenggorok, tetapi sebagian kecil penderita mengalami gejala ini. Biasanya gejala ini sering terjadi pada penderita DBD dengan riwayat alergi yang sering mengalami berulang batuk pilek, radang tenggorok dan radang amandel (tonsilitis)

Demam Tifus. Infeksi DBD sering dianggap penyakit tifus bukan sekedar  karena gejalanya hampir sama, tetapi karena seringkali penderita infeksi virus apapun sering alami gejala nyeri perut, mual dan muntah dan hasil laboratorium tes penyakit tifus (test widal dan tes Tubex IgM09) tampak terjadi peningkatan. Hal ini akan sering terjadi pada penderita dengan riwayat hipersensitifitas (alergi) saluran cerna. Pada penderita ini bila terkena infeksi virus apapun seperti DBD, Covid19, Common Cold atau virus lainnya sering alami gangguan saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri perut.  

Sedangkan pemeriksan laboratorium penyakit tifus seperti  tes widal dan sejenisnya seringkali tejadi peningkatan titer padahal tidak mengalami tifus. Hal ini sering terjadi pada penderita yang berulangkali dinyatakan tifus semasa hidupnya. Pada penderita hipersensitifitas atau alergi juga sering terjadi false positif atau yang seharusnya negatif tetapi hasilnya positif terutama pada pemeriksaan laboratorium antibodi seperti widal dan Tubex.


Alergi Obat dan Alergi Makanan. Penderita DBD sering dikelirukan dengan penyakit alergi obat atau alergi kulit karena saat terjadi infeksi virus apapun penderita alergi sering mengalami gejala rash atau kemerahan. Bila tidak cermat gejala ini sering dianggap alergi obat atau alergi makanan. Pada fase penyembuhan penderita DBD dengan riwayat alergi sering mengalami gatal dan kemerahan yang luas  pada kaki dan tangan

Penyakit Usus Buntu. Pada kasus yang jarang pernah dilaporkan penderita DBD, awalnya didiagnosis usus buntu ternyata setelah operasi usus buntu tidak tertolong nyawanya dan dinyatakan sakit DBD. Hal ini terjadi pada penderita dengan riwayat sering sakit perut berulang saat terkena infeksi virus apapun termasuk DBD mengalami nyeri perut yang kuat dan hebat. Seringkali gangguan nyeri perut seperti ini hampir mirip dengan gejala penyakit usus buntu (apendisitis) padahal 

Kewaspadaan

Jangankan orang awam bahkan klinisi yang sudah berpengalamanpun kadang seringkali terkecoh banyak penyakit bukan DBD awalnya didiagnosis DBD.  Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya ada beberapa kondisi penting yang harus dicermati. Meski dokter memvonis awalnya memvonis diagnosis tifus atau radang tenggorokan atau alergi obat, bila seseorang mengalami gejala demam yang tinggi pada hari I-II disertai nyeri otot dan tulan. Kita harus waspada penyakit DBD bila terdapat kondisi di bawah ini :

  • Bila hari ke III-V meski demam turun tetapi penderita semakin lemah , tidak bisa duduk, berdiri dan berjalan lama
  • Bila hari ke III-V meski demam turun, anak lemas dan gelisah disertai telapak kaki dan dingin dingin (anyep)
  • Dalam 1-2 minggu di lingkungan dalam rumah, tetangga atau teman sekolah pernah juga alami demam tinggi atau di rawat di Rumah Sakit
  • Bila dalam 1-2 minggu di sekitar rumah atau sekolah pernah dilakukan fogging atau penyemprotan nyamuk penyebab demam beradarah
  • Hasil pemeriksaan laboratorium darah hari I-II, trombosit , NS1 negatif atau hasil IgG IgM negartif jangan terburu-buru dianggap bukan DBD. Karena infeksi DBD pada awal hari I-III seringkali masih menunjukkan hasil laboratorium dalam batas normal. Penderita DBD pada hari ke III-V baru menunjukkan perubahan hasil laboratorium.

Keterlambatan penanganan infeksi DBD bukan karena terlambat dibawa ke dokter atau ke Rumah Sakit, tetapi terlambat penanganan saat memasuki fase kritis hari III-V. Saat hari I-II infeksi DBD tidak menunjukkan gangguan yang berbehaya, tetapi gejala kebocoran cairan plasma dan perdarahan justru terjadi pada  fase kritis hari ke III-V.  Pada kasus di atas bukan karena terlambat di bawa ke dokter, tetapi terlambat penanganan saat fase kritis. Saat fase kritis hari III-V memang demam yang awalnya tinggi jadi turun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun