Meski baru sebatas perhitungan quick count, Pilkada di beberapa daerah bisa membalikkan perhitungan lembaga survey atau perkiraan pengamat politik. Khususnya daerah Jawa Barat, pasangan Asyik yang awalnya tidak dikenal dan dianggap sebelah mata ternyata menyodok mengalahkan Demiz dan mendekati tipis Ridwan Kamil.Â
Demikian juga di Jawa Tengah pasangan Sudirman dan Ida secara mengejutkan bisa naik perolehan suaranya 100% dibandingkan hasil survey selama ini. Tampaknya berbagai faktor berpengaruh.Â
Perolehan fantastis itu mungkin menunjukkan bahwa figur atau sosok pemimpin bukan yang utama. Banyak pengamat mengatakan bahwa tagar 2019gantipresiden saat acara debat sangat mempengaruhi mendongkrak kelemahan ketidakpopuleran pasangan Asyik dan Dirman-Ida. Kenaikkan suara 100% dari Dirman Ida juga diduga karena masalah kasus KPK dan Ganjar yang masih menggantung.Â
Tetapi seandainya calon Gerindra dengan latar belakang sosok terkenal atau tetap mendukung Dedy Mizwar mungkin bisa meraih kemenangan besar di Jawa Barat. Demikian juga saat di Jawa Tengah sosok Sudirman tidak begitu dikenal tetapi bisa naik perolehannya secara fantastis.Â
Pengalaman pahit ini seharusnya bisa jadi pelajaran dalam strategi politik Gerindra dan PKS dalam pilpres 2019 bahwa di luar hal yang diperhitungkan faktor sosok dan figur kepopuleran calon pemimpin masih tetap yang penting dan utama. Tampaknya pendamping Prabowo bila ingin memenangkan Pilpres 2019 harus figur populer seperti Anis Baswedan atau Gatot Nurmantyo.
Pasangan Asyik dan Dirman-Ida mempunyai karakteristik yang hampir sama. Saat saat bulan terakhir secara pasti elektabilitasnya meningkat pesat. Bahkan pengamat politik terkenal mengatakan bahwa bila Pilgub Jateng bila diadakan 2 bulan lagi maka Ganjar bisa dilengserkan.Â
Tampaknya berbagai faktor yang berpengaruh dalam bulan bulan terakhir ini menjadi bahan diakusi para politisi dan pengamat politik. Selain kekuatan tagar 2019gantipresiden, isu KPK yang menghantui Ganjar tampaknya perang di media sosial dan peran ulama dan tokoh agama juga sangat berpengaruh.Â
Bayangkan mendekati saat saat terakhir media sosial diramaikan rekomendasi para ulama dan ustadz terkenal seperti UAS, UBN, Tengku Zulkarnaen, AA GYM, Mama Dedeh atau Adi Hidayat meski tidak menunjukkan nama langsung tetapi telah memberikan sinyal pada pasangan Asyik. Semua itu menghasilkan perolehan yang fantastis tetapi ternyata masih belum meraih kemenangan karena kalah bersaing dengan modal awal popularitas calon yang kecil.
Pengalaman Untuk Prabowo
Memang Pilpres dan Pilkada berbeda kondisi dan latar belakangnya. Fakta dan fata menunjukkan bahwa kemenagan Pilkada tidak menentukan kemenangan Pilpres di daerah itu. Tetapi Pilkada dapat dijadikan refrensi dan pengalaman penting untuk menilai psikologis rakyat dalam memilih pemimpinnya
Bila nantinya dalam Pilpres 2019, Prabowo dicalonkan dengan pasangan yang tidak populer maka nasibnya mungkin seperti pasangan asyik dan Dirman-Ida. Bisa bersaing tetapi bisa sehebat bila berpasangan dengan calon yang populer dan elektabilitasnya tinggi.Â