Mohon tunggu...
Sandi Saputra
Sandi Saputra Mohon Tunggu... Konsultan - Tenang saja, aku hanya belajar.

Mahasiswa S2 yang sedang menjalani mimpinya di Kutub Utara

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Mimpiku: Perjuangan Anak Petani Miskin Kuliah ke Eropa (Bagian 1 dan 2)

21 Oktober 2019   17:39 Diperbarui: 21 Oktober 2019   17:41 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Masih soal asal usul kelahiran ku. Tanggal lahir, ini menjadi runyam ketika aku kelas 6 untuk memverifikasi kelahirannku. Emak bilang bahwa aku dilahirkan hari Selasa tanggal 19 Maret 1994. Namun, faktanya setelah aku SMP ketika teknologi yang namanya handphone sudah dikenal banyak orang, aku mencoba ngecek kebenaran apakah tanggal 19 jatuh pada hari Selasa. Ternyata tidak, tapi hari Jumat. Juga tahun, emak menulis di sekolah bahwa aku lahir pada tahun 1994, fakta lain bahwa teman-teman yang disebutkan oleh emak lahir dalam jarak waktu yang tidak jauh berbeda, mereka lahir pada tahun 1993. Inilah aku Sandi Saputra. Anak petani dari kampung kecil Margaraya yang namanya diambil dari tulisan di lemari peyot, tanggal lahir yang tidak jelas dan kekeliruan tahun lahir. Welcome to my story!

---

Kisah yang aku tulis ini adalah kisah nyata yang ingin aku bagikan dengan dunia. Aku ingin bercerita tentang mimpi dari anak yang dilahirkan dari keluarga miskin yang mencoba melawan dunianya, melawan takdirnya, melawan opini, melawan sekat-sekat yang sudah dipagar dan dibentuk oleh masyarakat kelas bawah.

Aku selalu percaya bahwa setiap orang berhak memiliki mimpinya, mengejar dan memperjuangakannya. Tidak peduli apapun bentuk mimpi itu atau latar belakang seseorang yang memperjuangakan mimpi tersebut. Ini prinsip yang selalu aku pegang, bahwa mimpi adalah hak ku, ketika aku memperjuangakannya, bahkan tuhan sekalipun harus ikut mendukung dan membantuku.

Tapi, apakah benar mimpi adalah hak semua orang? Kiranya kita sepakat, lalu muncul pertanyaan selanjutnya ada berapa orang yang berani memperjuangkan mimpinya? Aku buat lebih sepsifik lagi, orang-orang miskin seperti aku, bagaiaman cara kami memperjuangkan mimpi kami? Boro-boro untuk mimpi, makan aja susah, ya kan? So, I tell you now.

---

Pernah nonton or baca Laskar Pelang series? Kisahku mungkin dalam beberapa bagian ada kemiripan dengan cerita itu. Aku dilahirkan di kampung kecil bernama Margaraya 1, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Emak melahirkan ku di rumah, tidak ada bidan, tidak ada dokter hanya dukun beranak yang tidak lain adalah nenek ku sendiri, ibu dari abah ku.

Keluarga kami yang miskin membuat kami serba keterbatasan. Kami tidak memiliki listrik dari kakak pertama ku lahir sampai dengan aku kelas 4 SD jika tidak salah. Sedangkan, tetangga kami sudah memilikinya. Bahkan, sumur pun kami tak punya. Aku biasanya mandi di masjid, rumah kami pas di belakang masjid.

Ayahku hanya seorang pencari burung yang menggunakan jaring dan pikat dan emak ibu rumah tangga yang menghasilkan uang dari upahan di ladang orang-orang kampung.

Emak pernah cerita, yang hingga saat ini, ketika dia bercerita aku kadang nangis tapi aku sembunyikan. Kata emak, pernah suatu saat ketika emak sedang kerja di ladang orang mengupas jagung yang sudah siap panen. Aku di kampung bersama kakak pertama ku, Kak Iki. Karna aku kelaparan dan kakak iki tidak ada uang, dia mengendongku dan mencuri makanan kecil agar aku bisa makan dan diam. Yang punya warung tau kalo kakak mencuri, tapi dia hanya diam kenapa? kasihan. Do you know? When I am typing this line I am a litte bit crying and smile. Sorry.

Potret kemiskinan lainnya yang bisa aku gambarkan adalah melalui kebutuhan utama kami soal makanan. Aku masih sangat jelas mengingatnya, bahwa kami sangat jarang makanan enak. Makan ayam hanya ada dua kemungkinan, pertama ada orang hajatan di kampung kedua lebaran. Even we had chiken, but kami tidak bisa menyembelihnya, karna kata emak uangnya buat biaya sekolah kedua kakak ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun