Mohon tunggu...
Sandi Saputra
Sandi Saputra Mohon Tunggu... Konsultan - Tenang saja, aku hanya belajar.

Mahasiswa S2 yang sedang menjalani mimpinya di Kutub Utara

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Mimpiku: Perjuangan Anak Petani Miskin Kuliah ke Eropa (Bagian 1 dan 2)

21 Oktober 2019   17:39 Diperbarui: 21 Oktober 2019   17:41 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

TULISAN INI ADALAH NOVEL YANG BERSAMBUNG. SILAHKAN IKUTI SETIAP BAGIANNYA YA.

DEATIL CERITA:

Ini adalah kisah nyata yang ingin aku bagikan ke pada dunia. Tentang perjalanan mimpiku yang terlahir di keluarga petani miskin yang mengejar mimpi kuliah hingga ke Eropa.

Kisah ini dipenuhi oleh perjuanganku dimulai dari SD yang sempat dikesampingan, SMP yang pernah diskors karna nakal. Lalu SMK yang ikut dengan seseorang, makan dengan 2 ribu rupiah untuk 4 hari, nyari cabe di kuburan. Namun aku selalu peringkat 1 dan menang lomba.

Ketika kuliah S1 dijuluki mahasiswa Backpacker, karna aku tidak punya kosan, numpang sana sini, diusir, kerja sana sini, ngajar dan juga dibumbuhi kisah cinta ku dengan seseoang yang banyak membantu ku. Aku lulus dengan IPK 3.91.

Ada banyak yang ingin ku sampaikan melalui kisah ini. Pesan utamanya adalah bahwa semua manusia terlapas dari keadaanya apapun, latarbelakang apappun berhak untuk meraih mimpinya.

Aku menulis ini, aku sedang menjalani S2 di Eropa Utara melalui beasiswa dari pemerintah Russia dan juga secara bersamaan Bachelor non-degree di Trent University dan Lakehead University Canada.

Selamat membaca....

BAGIAN 1: MARGARAYA 1

Namaku Sandi Saputra. Aku pernah bertanya ke pada emak arti dari namaku. Kata dia, namaku didapat dari tulisan yang terdapat di lemari peot kamar kami. Jadi dia tidak tahu arti dari namaku. Masih menurut emak, katanya bahwa dulu namaku bukan Sandi, namun diapun sudah lupa namaku sebelumnya. Aku terus menangis lalu digantilah dengan nama yang terdapat di lemari itu.

Aku mencoba mengada ada, Sandi bisa berarti sebuah password, ya kan? Berarti aku adalah orang penuh misteri yang tidak dapat dideskripsikan seperti Joker atau Sherlock Holmes. Ada juga yang menyangka bahwa namaku diambil dari Gobi atau Sahara, yes kata Sandi berasal dari Sand yang berarti gurun. Entahlah, toh emakku juga tidak ingat dan tak peduli hahaha.

Masih soal asal usul kelahiran ku. Tanggal lahir, ini menjadi runyam ketika aku kelas 6 untuk memverifikasi kelahirannku. Emak bilang bahwa aku dilahirkan hari Selasa tanggal 19 Maret 1994. Namun, faktanya setelah aku SMP ketika teknologi yang namanya handphone sudah dikenal banyak orang, aku mencoba ngecek kebenaran apakah tanggal 19 jatuh pada hari Selasa. Ternyata tidak, tapi hari Jumat. Juga tahun, emak menulis di sekolah bahwa aku lahir pada tahun 1994, fakta lain bahwa teman-teman yang disebutkan oleh emak lahir dalam jarak waktu yang tidak jauh berbeda, mereka lahir pada tahun 1993. Inilah aku Sandi Saputra. Anak petani dari kampung kecil Margaraya yang namanya diambil dari tulisan di lemari peyot, tanggal lahir yang tidak jelas dan kekeliruan tahun lahir. Welcome to my story!

---

Kisah yang aku tulis ini adalah kisah nyata yang ingin aku bagikan dengan dunia. Aku ingin bercerita tentang mimpi dari anak yang dilahirkan dari keluarga miskin yang mencoba melawan dunianya, melawan takdirnya, melawan opini, melawan sekat-sekat yang sudah dipagar dan dibentuk oleh masyarakat kelas bawah.

Aku selalu percaya bahwa setiap orang berhak memiliki mimpinya, mengejar dan memperjuangakannya. Tidak peduli apapun bentuk mimpi itu atau latar belakang seseorang yang memperjuangakan mimpi tersebut. Ini prinsip yang selalu aku pegang, bahwa mimpi adalah hak ku, ketika aku memperjuangakannya, bahkan tuhan sekalipun harus ikut mendukung dan membantuku.

Tapi, apakah benar mimpi adalah hak semua orang? Kiranya kita sepakat, lalu muncul pertanyaan selanjutnya ada berapa orang yang berani memperjuangkan mimpinya? Aku buat lebih sepsifik lagi, orang-orang miskin seperti aku, bagaiaman cara kami memperjuangkan mimpi kami? Boro-boro untuk mimpi, makan aja susah, ya kan? So, I tell you now.

---

Pernah nonton or baca Laskar Pelang series? Kisahku mungkin dalam beberapa bagian ada kemiripan dengan cerita itu. Aku dilahirkan di kampung kecil bernama Margaraya 1, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Emak melahirkan ku di rumah, tidak ada bidan, tidak ada dokter hanya dukun beranak yang tidak lain adalah nenek ku sendiri, ibu dari abah ku.

Keluarga kami yang miskin membuat kami serba keterbatasan. Kami tidak memiliki listrik dari kakak pertama ku lahir sampai dengan aku kelas 4 SD jika tidak salah. Sedangkan, tetangga kami sudah memilikinya. Bahkan, sumur pun kami tak punya. Aku biasanya mandi di masjid, rumah kami pas di belakang masjid.

Ayahku hanya seorang pencari burung yang menggunakan jaring dan pikat dan emak ibu rumah tangga yang menghasilkan uang dari upahan di ladang orang-orang kampung.

Emak pernah cerita, yang hingga saat ini, ketika dia bercerita aku kadang nangis tapi aku sembunyikan. Kata emak, pernah suatu saat ketika emak sedang kerja di ladang orang mengupas jagung yang sudah siap panen. Aku di kampung bersama kakak pertama ku, Kak Iki. Karna aku kelaparan dan kakak iki tidak ada uang, dia mengendongku dan mencuri makanan kecil agar aku bisa makan dan diam. Yang punya warung tau kalo kakak mencuri, tapi dia hanya diam kenapa? kasihan. Do you know? When I am typing this line I am a litte bit crying and smile. Sorry.

Potret kemiskinan lainnya yang bisa aku gambarkan adalah melalui kebutuhan utama kami soal makanan. Aku masih sangat jelas mengingatnya, bahwa kami sangat jarang makanan enak. Makan ayam hanya ada dua kemungkinan, pertama ada orang hajatan di kampung kedua lebaran. Even we had chiken, but kami tidak bisa menyembelihnya, karna kata emak uangnya buat biaya sekolah kedua kakak ku.

Di cerita lain, soal pakaian. Kata emak, bahkan ketika lebaranpun aku kadang tidak beli baju baru. Kadang cuma pakai yang tahun lalu yang disimpan atau ada orang baik yang membelikan ku. Kata emak, tapi aku tidak pernah nangis ketika teman-temanku punya baru dan aku tidak.

Ada yang penasaran dengan rumah kami? Tempat tinggalku terbuat dari geribik yang sudah lapuk. Genteng tipis yang sudah jamuran. Lantai semen yang sudah bolong dimana mana. dapur lantai tanah. Aku ingat, kalo ujan, kami sibuk menempatkan ember, baskom hampir di seluruh rumah. Inilah rumah kami, gubuk sederhana tempat aku pertama kali aku memberanikan bermimpi untuk sekolah di kota, kuliah di Jakarta hingga Eropa dalam sunyi dan dekapan emak.

Inilah narasi kemiskinan keluarga ku. Sebuah keluarga kecil yang salah satu anaknya berani bersaing dengan orang-orang dari seluruh dunia di Eropa....

BAGIAN 2: SDN 1 RULUNG RAYA

Perjuangan kelas adalah salah satu topik yang paling aku sukai. Konstruksi diksi yang dibangun oleh bapak sosialisme Marx membagi masyarakat menjadi dua kelas. Pertama, borjuis yang memiliki modal yang dapat diidentifikasikan sebagai para pemilik usaha dan tuan-tuan berdasi. Whereas, proletar adalah kelas masyarakat yang mengalami penindasan, tidak terpenuhi haknya, pendidikan rendah dan harus terinjak-injak di bawah rumah ibu pertiwi.

Kemiskinan dan pendidikan adalah bentuk manifestasi dari kelas proletar. Daerah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi pasti memiliki tingkat pendidikan rendah. Mengapa? Karena persepsi di masyarakat kelas bawah bahwa pendidikan tidak dapat memberi mereka makan. Di sisi lain, mahalnya pendidikan membuat manusia-manusia seperti aku sulit untuk memiliki akses terhadap pendidikan dengan kualitas yang baik.

Aku selalu percaya bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat krusial dalam menentukan peradaban manusia. Mau lihat contohnya? Habibie adalah potret manusia modern Indonesia yang menggambarkan bagaimana pendidikan mengubah etnis, bangsa, negara industri dan dunia. Gus dur, tanpa pendidikan dia tidak akan bisa berada pada pucuk kekusaan yang fenomenal walaupun berakhir dengan tragis dimakan oleh keserakaan kekuasaan manusia-manusia senayan. Contoh lainnya adalah HS Cokroaminoto, bapak pendidikan kita semua. Beliau adalah guru dari orang-orang yang memperjuangkan bangsa ini. Bahkan 3 kekuatan politik Indonesia semua lahir dari racikan tangan beliau. Samaun dengan komunisme, Kartosuwiryo manifestasi dari kekuataan Islam kiri dan Sukarno narasi nasionalis yang melekat hingga hari ini.

Hari itu aku pulang jam 10 pagi. Aku bersekolah di SDN 1 Rulung Raya Sukananti. Sekolah ini cukup jauh dari rumahkau sekitar 40 menit berjalanan kaki seorang anak SD. Sebenarnya aku bisa bersekolah di SD 2 Rulung Raya yang hanya sekitar 20 menit perjalanan dari rumah. Namun atas dasar pertimbangan rumah nenek ku dan 'ibu kedua' ku ada di sana maka Abah memutuskan untuk menyekolahkan aku di sana.

Sekolah ku jauh dari kualitas yang baik. Saat itu, aku ingat betul kelas kami ruangan yang cukup besar. Sebenarnya kelas kami adalah gabungan dua kelas yang disekat melalui papan-papan yang bisa dibongkar-pasang. Namun, kelas itu hanya blong ke belakang. Kenapa? karna bagian belakang kelas kami tidak bisa dipakai karna kondisinya yang mengenaskan.

Ketika hujan selalu menjadi ingatan lucu dan sedih bagiku. Sedihnya, karena ketika hujan maka kami harus berhenti belajar atau setidaknya kami semua akan berkumpul berhimpitan ke bagian depan dekat pintu masuk. Bagian belakang kelas yang hampir 70 persen atapnya sudah bocor dan lapuk. Di sisi lain, kondisi ini menjadi lucu dan ada juga yang senang, karena jika hujan itu berarti kami tidak belajar dan bebas hahahah.

Sebenarnya kelas itu jujur tidak layak lagi digunakan untuk belajar. Ketika hujan dan angin kondisinya sangat membahayakan para murid dan guru juga tentunya.

Di sekolah ini aku pertama kali belajar membaca dan menghitung secara formal. Maklum, di desa kami tidak ada TK apa lagi les calitung. Aku sebelum sekolah sudah belajar menghitung dari 1 sampai 100, tapi untuk urusan membaca dan menulis aku benar-benar mengalami masalah sehingga aku belajar lebih banyak di sekolah untuk urusan ini.

Aku begitu senang, ketika sekolah menggunakan sepatu, tas, celana dan baju baru. Aku tidak pernah tahu dari mana abah dan emak mendapatkannya, tapi aku yakin saat itu tidak mudah bagi mereka. Terima kasih emak, abah.

Ibu guru ku namanya Ibu Husna. Dia terkenal galak dan agak sengit hahaa. tapi prinsipnya dia sangat baik, dialah yang mengajariku berhitung dan membaca. Aku sellau ingat dengan kaca mata dia yang bundar yang jika berteriak dari kelas 1 sampai kelas 3 pun bisa dengar bahkan para pedagang pun bisa berlarian hahaa. I love you ibu Husna!

Oh iya, ketika aku sekolah ini aku mengalami bulliyan. Dua orang yang paling sering melakukan pembulian dengan ku adalah Kong Ajik dan Hendi dan satu lagi Angga. Tapi, sekarang kami berteman. Bentuk bulliannya pada masa itu cukup kejam dan cabul untuk ukuran anak SD kelas 1. Aku sering keplak kepala, atau di keroyok secara beruntun oleh mereka semua.kadang barang-barangku seperti pulpen, pensil atau penghapus pun raib digasak mereka. Nah, sisi cabulnya adalah beberapa siswa perempuan aku masih ingat namanya Tari dan teman-temannya sering di tarik rok nya dan kadang dipeluk-peluk oleh mereka. Cabul ya? Masih kelas 1 SD padahal :(((.

Cerita lain ketika aku kelas 1 adalah tentang jajan. Waktu itu aku masuk sekolah tahun 1999. Jadi posisinya sudah mengalami inflasi yang besar dan nilai rupiah sudah sangat rendah. Waktu itu aku dikasih jajan sekitar 100-300 rupiah, itupun tidak setiap hari, biasanya hari jumat yang pasti olah raga. Sedangkan teman-temanku aku tahu sudah sekitar 500-1000 rupiah. Kadang, kalo aku ingat suka sedih, aku ingat suka mupeng kalo liat orang-orang jajan bakwan, empek-empek dan es cendol. Sedangikan duit ku tidak cukup, untuk membeli itu semua diperlukan uang sekitar 500 rupiah saat itu, sedangkan aku hanya punya uang 200 rupiah, jadi biasanya aku cuma beli es 100 dan bak wan satu 100 rupiah. But, I never angry with my parents. Sudah bisa menyekolahkan akupun, aku sudah bangga. Aku tidak butuh jajan, aku butuh belajar mak, abah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun