Mohon tunggu...
Fajar Laksana
Fajar Laksana Mohon Tunggu... Freelancer - Founder Jawasastra Culture Movement

Wingi aku weruh, mula aku aweh wewarah. Saiki aku winarah, wayahe nitipriksa pribadhi wantah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akses VIP Pawang Udan terhadap Tuhan 1-2

3 Desember 2019   21:16 Diperbarui: 3 Desember 2019   21:47 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama tujuh hari penuh saya sembahyang lima waktu. Tak ada yang bolong. Sungguh keajaiban bagi saya sendiri. Bahkan di sela-sela agenda ngopi pun saya curi-curi waktu untuk sembahyang. Setiap usai sembahyang, saya membaca apa yang diberikan sang pawang.

Pada saat acara dilaksanakan, ternyata hal yang terjadi di luar dugaan. Sebab hujan turun dengan derasnya. Orang-orang mulai mencibir kami, dan kami cuma bisa menjelaskan bahwa pawang yang kami pasrahi berbeda dengan pawang di acara sebelumnya.

Saya tidak tahu kenapa kedua pawang tersebut memberi hasil yang berbeda. Nanti coba saya telusuri kenapa berbeda. Sebenarnya saya sendiri punya paman yang menurut desas-desus punya kemampuan mawangi udan. Saya pernah memergokinya saat beraksi menggiring mendung-mendung di suatu pernikahan saudara.

Paman saya metodenya cukup unik. Dia tidak bekerja dari jarak jauh atau dari rumah, tapi dia datang ke lokasi acara. Ketika di lokasi acara, tangan paman saya bersilang di dada sendhakep, dan dia tidak bicara sepatah kata pun. Waktu itu mendung memang tebal di langit, anehnya ada angin besar yang mendorong mendung keluar dari area lokasi pernikahan.

Salah seorang sepupu kemudian berseloroh, mengajak bercanda paman saya. Tanpa paman saya sadari, ia menimpali ucapan sepupu tersebut, bahkan melepas posisi sendhakepnya, tak urung tiba-tiba turun gerimis yang cukup intens. Semua yang ada di sekitar pun segera tertawa kemekelen sambil berucap, "Wah pawange gak fokus. Iki gerimis iki lho. Gak guyon ae talah." Menyadari keteledorannya, paman saya langsung cepat-cepat menyilangkan tangan kembali dan diam. Seketika, gerimis pun reda.

Ada cerita lain terkait metode mawangi udan. Ini saya dapat dari beberapa teman. Ada yang ritualnya menanam keris kecil di lokasi acara, ada juga yang menyendiri di dalam kamar, dan ada juga yang melakukan puasa serta ritual-ritual tertentu sebelum pelaksanaan. Bahkan ada juga pawang yang berjalan keliling lokasi acara sampai tujuh kali sambil membaca rapalan doa tertentu.  

Bersambung...

(Ing tulisan nomer loro bakal tak critani ritual-ritual ngundang udan lan penyalahgunaan pawang udan sajroning acara-acara ing Yogyakarta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun