Abad pertengahan di Eropa banyak dianggap sebagai zaman "kegelapan". Mengapa? Pada masa itu, agama mendominasi seluruh sendi kehidupan. Gereja jauh lebih berkuasa daripada raja. Segala hal yang dianggap menghalangi 'iman' atau mengganggu doktrin segera disingkirkan. Filsafat, ilmu pengetahuan dan seni kerap disensor atau bahkan dilarang sepenuhnya bilamana tidak sesuai dengan ajaran gereja.
Menariknya, di tengah atmosfer yang suram itu, lahirlah seorang pemikir yang justru membawa terang dengan mengharmoniskan relasi antara iman dan akal. Dia adalah Thomas Aquinas (1225--1274), seorang biarawan Dominikan, teolog Katolik, sekaligus filsuf besar yang berusaha merangkul pemikiran Aristoteles dalam kerangka iman Kristen.
Dari Roccasecca ke Paris
Aquinas lahir tahun 1225 di Roccasecca, Italia. Dia lahir dari keluarga bangsawan. Meskipun keluarganya menginginkan Aquinas meniti karir di jalur politik atau militer, dia justru memilih untuk menjalani hidup religius sebagai seorang biarawan. Dia akhirnya bergabung dengan Ordo Dominikan.
Perjalanan intelektual Aquinas membawanya ke Universitas Paris. Di tempat itu, dia berguru pada Albertus Magnus, tokoh yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya (Weisheipl, 1983:45). Dari Paris, Aquinas mempelajari Filsafat dan mulai mengembangkan pemikirannya sendiri yang khas, yaitu suatu upaya filosofis untuk memadukan warisan Yunani dengan tradisi gereja.
Summa Theologica dan Lima Jalan Menuju Tuhan
Karya monumental Aquinas yang berjudul Summa Theologica hingga kini masih menjadi bacaan utama dalam teologi Katolik. Buku tersebut mencoba menyusun iman Kristen dalam kerangka yang logis dan sistematis.
Salah satu bagian yang paling banyak dikenal dalam Summa Theologica adalah lima cara (quinque viae) membuktikan eksistensi Tuhan. Aquinas menggunakan argumen tentang gerak, sebab-akibat, kontingensi, derajat kesempurnaan, dan keteraturan alam untuk membuktikan eksistensi Tuhan. Dengan pendekatannya itu, dia menunjukkan bahwa rasio mampu mengantar manusia sampai pada kesimpulan tentang adanya penyebab pertama, yaitu Tuhan (Aquinas, 1274:I.q2.a3).
Iman dan Akal: Dua Jalan yang Bersahabat