Mohon tunggu...
Samurai Jagoan
Samurai Jagoan Mohon Tunggu... Penulis - Tukang Makan Enak

Seorang Entrepreneur, Tukang Jalan, Tukang Makan Enak, Praktisi & Owner Wenmit Pecel Bento, Penulis Buku, Provokator Entrepreneur, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional di bidang Entrepreneurship \r\n\r\n> HP 0818377811\r\n> FB Samurai Jagoan\r\n> Twitter @sa_murai

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Modern

17 Agustus 2013   11:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:12 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pasar modern, kayaknya mulai marak di banyak kota-kota mandiri yang ada di jakarta, (sementara disurabaya di kota tempat saya berdomisili rasanyasudah ada 1 atau 2 tapi lom sepopuler jakarta sih).

Pasar modern ini mirip pasar tradisional cuman lebih kering dan bersih harganya juga gak terlalu jauh bedanya dengan pasar tradisional biasa.

Saya baru dua kali merasakan main ke pasar modern, dan memang yang saya rasakan adalah kenyamanan saat menemani istri belanja disana.

Saya gak menemukan jalan yang becek yang disebabkan entah karena hujan atau karena bekas cucian atau yang lain yang mungkin karena saluran pembuangan yang gak beres sehingga sebagai akibat menggenangi jalan.

Di pasar tradisional saya harus berhati-hati saat melangkah agar air menggenang itu gak mengotori sandal yang saya pakai. Tapi di pasar modern saya bisa melenggang santai saat berjalan sehingga saya bisa menikmati suasana pasar.

Di pasar modern saya juga gak menemukan sampah, padahal dalam ingatan saya pasar itu identik dengan tumpukan sampah menggunung, ingatan saya selalu membayangkan kalau tumpukan sampah yang berbau busuklah yang rasanya menjadi ciri khas pasar tradisional sehingga pasar tradisiona selalu berbau nggak enak.

Ada lagi yang kurang nyaman buat saya tentang pasar tradisioanal yaitu para pedagang yang berpenampilan kumuh atau para petugas pelengkap di pasar itu seperti kuli dan lainnya yang juga gak kalah kumuh yang biasa saya temukan di pasar tradisional.

Sementara di pasar modern ini saya melihat para pedagang berpenampilan rapi serta menggunakan celemek sebagai pelengkap berbusana, bahkan para pedagang ini dandanannya cukup trendi sehingga kalo nggak ada celemek yang mereka pakai maka saya rasanya cukup sulit membedakan mana pedagangnya dan mana pembelinya.

Hahhaaa...

Jika semua pasar tradisional di modernkan pastilah akan lebih nyaman dalam berbelanja tapi memang harus ada yang jadi korban untuk itu, dan biasanya yang jadi korban adalah mereka-mereka yang gak siap dengan perubahan.

Saya suka dengan kalimat ini maka saya mengutipnya » ”Siapapun yang tidak mau berubah akan di jungkirbalikkan karena memang demikianlah aturan di dunia ini“ kalimat ini dari Bill Gates.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun