2. Keterbatasan akses teknologi modern
Mayoritas petani masih menggunakan alat tradisional dan metode konvensional. Misalnya, penggunaan cangkul atau bajak sederhana tanpa dukungan mesin pertanian modern. Hal ini membuat produktivitas lahan rendah dibandingkan dengan negara lain yang sudah menggunakan traktor, sistem irigasi modern, atau pupuk serta bibit unggul. Kurangnya pelatihan juga menjadi faktor yang membatasi pemahaman petani terhadap teknik pertanian yang lebih efisien.
3. Kurangnya infrastruktur
Infrastruktur pendukung pertanian di Timor-Leste masih sangat terbatas. Jalan di pedesaan sering rusak, sehingga petani kesulitan mengangkut hasil panen ke pasar. Saluran irigasi yang memadai juga jarang tersedia, membuat petani bergantung pada hujan. Selain itu, gudang penyimpanan atau fasilitas pengolahan hasil pertanian minim, sehingga banyak hasil panen yang rusak atau terbuang karena tidak bisa disimpan dalam jangka waktu lama.
4. Keterbatasan akses pasar
Petani sering menghadapi kesulitan dalam menjual hasil panennya dengan harga yang wajar. Pasar lokal cenderung kecil dan terbatas, sementara akses ke pasar ekspor belum optimal karena keterbatasan transportasi, logistik, serta standar kualitas produk. Akibatnya, petani sering menjual hasil dengan harga rendah kepada tengkulak, sehingga pendapatan mereka tidak sebanding dengan usaha yang telah dilakukan.Â
5. Permodalan yang terbatas
Banyak petani tidak memiliki akses ke modal atau kredit dari lembaga keuangan. Bank dan koperasi sering mensyaratkan agunan atau dokumen resmi yang sulit dipenuhi petani kecil. Akibatnya, mereka kesulitan membeli bibit unggul, pupuk, atau alat pertanian yang lebih modern. Tanpa dukungan modal yang cukup, para petani sulit meningkatkan produktivitas maupun memperluas lahan garapan.Â
Solusi untuk Mengatasi Tantangan Pertanian di Timor-Leste
      Pertanian di Timor-Leste menghadapi tantangan besar yang membutuhkan solusi menyeluruh. Salah satunya adalah pembangunan sistem irigasi untuk mengurangi ketergantungan pada hujan. Penggunaan varietas tanaman tahan iklim juga penting agar risiko gagal panen berkurang. Selain itu, pemanfaatan teknologi modern perlu ditingkatkan melalui pelatihan dan subsidi alat. Pemerintah dapat membantu dengan menyediakan bibit unggul, pupuk, dan peralatan pertanian. Infrastruktur pedesaan seperti jalan, irigasi, dan gudang harus diperbaiki agar distribusi hasil panen lebih lancar. Koperasi petani bisa dibentuk untuk memperkuat posisi tawar mereka di pasar. Pengembangan ekspor komoditas unggulan dan pemasaran digital juga harus diperluas. Dukungan permodalan melalui kredit mikro, bantuan langsung, dan asuransi pertanian sangat dibutuhkan. Selain itu, diperlukan juga dukungan dalam memanfaatkan tenaga petani berpengalaman yang sebelumnya telah bekerja di negara maju seperti Korea atau Australia, agar mereka dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka di Timor-Leste dengan fasilitasi dari pemerintah. Jika semua pihak pemerintah, petani, dan swasta bekerja sama, sektor pertanian dapat berkembang pesat dan berkontribusi besar pada ekonomi nasional.
Kesimpulan