Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Apakah Startup Cocok untuk Semua Wirausaha IT?

10 Maret 2016   22:37 Diperbarui: 11 Maret 2016   09:54 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada level serius sebuah startup harus didirikan dengan beberapa ketentuan. Sebagai referensi metodologi, Lean Startup bisa digunakan sebagai salah satu ketentuan yang bisa dijadikan landasan. Tapi tahukah anda berapa persentase startup yang menjalankan bisnisnya dengan serius dan dengan menerapkan sebuah metodologi? Sangat kecil faktanya. Jadi tidak heran kenapa banyak startup pemula yang gulung tikar dalam jangka 1 tahun sejak berdiri.

Selain masalah metodologi sebagai acuan kerja, salah satu penyebab startup yang sering saya lihat menjadi sandungan adalah kualitas dari para founder. Hanya dengan bermodal latar belakang pendidikan IT, punya sedikit skill dan segudang nafsu, lalu tanpa ba-bi-bu buat startup. Jagoan untuk aksi awal, sayangnya aksi selanjutnya, ya tetap seperti itu.

Banyak founder yang keras kepala dan cenderung egois. Bahkan sampai sudah menerima funding sekalipun masih suka berkutat dengan isi kepala sendiri. Di sinilah perlunya bimbingan mentor dan penerapan dari acuan/metodologi tadi yang digunakan sebagai tolak ukur dari semua tindakan tim kerja.

[caption caption="Sumber Gambar: startupquotes.startupvitamins.com"]

[/caption]

Sering founder merasa sudah cukup beken dan membuat banyak alasan untuk kegagalan mereka dalam mengeksekusi operasional startupnya. Mulai dari fokus ke fitur, asyik di masalah teknis, tidak mengacuhkan bisnis dan pemasaran serta ketidakmauan belajar atau mengevaluasi insight yang sudah didapat selama ini.

Bila startup anda masih berjalan di tempat, silakan evaluasi lagi startup anda baik dari sisi founder maupun penerapan metodologinya. Jangan cari alasan mengenai keterbatasan funding dan segala macam. Ingat, alasan tidak akan membawa startup anda kemana-mana selain hanya jalan di tempat. Kejadian ini masih terus berulang ke setiap startup pemula, seakan-akan sedikit startup yang mau belajar dari kegagalan startup lainnya.


Startup Vs UKM

Sebenarnya tidak ada yang beda menurut saya selain kebanyakan pegiat startup sering merasa lebih beken dibanding pelaku UKM biasa. Sayangnya hal itu bisa saya sebut fatamorgana. Kenapa? Saya berikan pendapat saya di sini.

Terlepas dari kecanggihan dan penggunaan teknologi di bidang startup, persentase kematian usaha lebih tinggi di startup dibanding bisnis UKM. Menjalankan startup juga lebih rumit, dinamis dan butuh effort yang tidak mudah. Bandingkan dengan menjalankan bisnis wirausaha IT biasa yang cenderung lebih sederhana dan tingkat sustainability-nya masih lebih tinggi. Apalagi dibanding dengan bisnis jualan burger misalnya. Lebih pasti dan menghasilkan uang.

Contoh di atas sengaja saya berikan karena banyak startup yang saya kenal memulai startup dengan kesombongan yang tersembunyi. Karena kelatahan dan gaya kekinian yang diikuti maka menjalankan startup dianggap sebagai pilihan yang tepat saat ini. Padahal seperti yang saya sebutkan tadi, menjalankan usaha jualan burger jauh lebih aman dan bisa lebih melebar ke berbagai area. Tidak percaya? Silakan tanya kepada juragan burger kelas mahasiswa. Maka saya yakin kalau founder startup akan iri melihat model bisnis mereka.

Apa yang bisa ditiru dari mereka sebagai bentuk bisnis? Sebuah usaha tetap menekankan kepada pemilihan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan dengan berbagai upaya bisnis baik dari peningkatan mutu dan bentuk pemasaran yang tepat. Jadi menjalankan startup hampir sama dengan bisnis UKM lainnya yaitu butuh inovasi, presisi penjadwalan, produksi, sampai pemasaran. Meliputi teknis, bisnis dan desain. Tidak bisa main sakarepe dewe (semaunya sendiri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun