Mohon tunggu...
Samuel Christopher
Samuel Christopher Mohon Tunggu... Pelajar Kolese Kanisius Jakarta

"Dengan membaca dapat mengenal dunia, dengan menulis dapat dikenal dunia" Akun ini dibuat untuk menyampaikan gagasan, ide, serta pesan yang diharapkan bisa membantu sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mafhum dalam Cinta

5 Agustus 2025   15:12 Diperbarui: 26 Agustus 2025   13:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang dalam perjalanan hidup, kita dipaksa untuk merelakan sesuatu yang kita genggam erat. Ada perpisahan yang begitu perih tetapi justru membuka ruang untuk memahami arti keberadaan dan kehilangan dengan cara yang lebih dalam.

Kehilangan yang awalnya terasa menyesakkan lambat laun dapat berubah menjadi guru yang setia. Dari sana, kita mulai menyadari bahwa rasa sakit bisa menjadi pintu menuju kebijaksanaan. Kadang, perpisahan tidak selalu menjadi akhir. Ada luka yang justru menumbuhkan pemahaman dan ada kehilangan yang perlahan mengajarkan penerimaan. Kepergian seseorang seringkali melahirkan kesedihan yang tak terhindarkan. Namun, di balik itu tersimpan makna yang lebih luas.

Kita belajar untuk tidak hanya melihat perpisahan sebagai kehilangan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk bertumbuh. Setiap orang yang hadir lalu pergi membawa pesan yang unik untuk hidup kita. Kehadirannya mungkin singkat, tetapi jejaknya sering kali menetap jauh lebih lama dari yang kita kira. Aku semakin mafhum bahwa luka yang pernah kau torehkan justru mengajarkanku cara mencintai tanpa menggenggam terlalu erat. Dulu aku menilai kepergianmu sebagai akhir dari segalanya, tapi kini aku tahu itu adalah awal dari pemahaman yang baru. Bahwa mencintai bukan soal memiliki, melainkan memahami. Waktu dan jarak mengajarkanku untuk melihat dirimu bukan lagi sebagai kehilangan, melainkan sebagai pelajaran.

Bahwa mencintai bukan soal memiliki, melainkan memahami. Waktu dan jarak mengajarkanku untuk melihat dirimu bukan lagi sebagai kehilangan, melainkan sebagai pelajaran.

Aku mafhum bahwa rasa yang dulu kusimpan rapat-rapat bukan untuk disesali, tapi untuk dimaknai. Sebab cinta yang dewasa lahir bukan dari kata manis, melainkan dari penerimaan yang sunyi. Dari luka aku belajar tentang keikhlasan, dan dari jarak aku belajar tentang kebijaksanaan. Kini, hatiku mengerti bahwa kehilangan bisa memberi arah baru dalam hidup

Ada saatnya kita tidak bisa menolak perpisahan, meski hati ingin mempertahankannya. Namun, justru dari perpisahan itulah lahir kekuatan yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Luka yang perih dapat berubah menjadi jalan menuju pemahaman yang lebih dalam, sementara kehilangan bisa mengajarkan arti keikhlasan. Dari setiap kepergian, kita belajar bahwa hidup adalah tentang menerima, tumbuh, dan terus melangkah dengan hati yang lebih lapang.

Dari luka aku belajar tentang keikhlasan, dan dari jarak aku belajar tentang kebijaksanaan. Kini, hatiku mengerti bahwa kehilangan bisa memberi arah baru dalam hidup. Perpisahan ternyata tidak hanya menyisakan kesedihan, tetapi juga membuka ruang bagi pemahaman yang lebih luas. Dengan demikian, luka tidak hanya menyakitkan, tetapi juga menyadarkan.

Dengan demikian, luka tidak hanya menyakitkan, tetapi juga menyadarkan.

Kini aku berjalan tanpa dendam, hanya dengan kenangan yang perlahan berubah menjadi teman. Kehilangan yang dulu kurasa begitu menyesakkan, kini menjadi sumber kekuatan yang membuatku melangkah lebih tegak. Apa pun yang akan datang nanti, aku telah belajar untuk memahami, bukan sekadar merasa.

Cinta yang lahir dari pemahaman membuatku melihat bahwa luka bisa menjadi ruang untuk tumbuh, dan kehilangan bisa menjadi cara baru untuk menemukan makna. Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana, tetapi setiap kejadian memiliki arti tersendiri. Pada akhirnya, aku mafhum bahwa perpisahan pun bisa menjadi pintu menuju kebijaksanaan.

Pada akhirnya, aku mafhum bahwa perpisahan pun bisa menjadi pintu menuju kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun