Mohon tunggu...
Ganda Samson
Ganda Samson Mohon Tunggu... Ilmuwan - Hidup Matinya Seorang Penulis

Lahir di Pematang Siantar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda

1 November 2021   16:25 Diperbarui: 1 November 2021   17:14 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika John Ingelson menuliskan disertasinya (yang diterbitkan), tergambar jelas bagaimana dia sangat pro Hatta. Tepatnya lagi, pro terhadap radikalisme pemuda yang melahirkan Kemerdekaan. 

Hal itu berbanding terbalik dengan sinyalamen George Mc. Kahin yang mendukung angkatan tua menjelang dan sesudah kemerdekaan. Sebagaimana Benedict Anderson pada 1972, yang terkesima dengan kerja keras dan antusiasme pemuda rakyat membengun nasionalisme.

Tetapi sebuah Laporan Eksekutif yang dirilis baru-baru ini menjelaskan bahwa radikalisme pemuda telah 'berbelok" ke arah keagamaan alias tidak toleran. Lebih dari 60% pemuda menjadi anti perbedaan. Bahkan lebih gila lagi, mereka sangat barbar dengan segala sesuatu yang berbau Barat, padahal mereka sendiri banyak difasiltasi oleh Budaya Barat. Mengapa?

Dan kalau kita mengacu kepada Hurlock (1992), sebutan pemuda layak disandang anak manusia berusia 18-32 tahun. Masih jauh di bawah kategori paruh baya. Maka ketika Ir. Akbar Tandjung menjadi menteri pemuda dan olahraga pada 1988 menggantikan Abdul Gafur, banyak orang menyangka bahwa dia seorang pemuda. Tetapi sebenarnya laki-laki kelahiran Sorkam (dekat Sibolga) itu telah berusia 40an tahun. Sebuah kerja politik lewat KNPI membuatnya menunda pernikahan dan mencapai "prestasi puncak" sebagai Menteri Sekretaris Negara dan Ketua Umum Golkar pada masa Presiden Habibie. 

==========

Syahdan, ketika Anderson menyelesaikan disertasinya, Dunia Barat sedang diguncang oleh gerakan Hippies, yang menunjukkan bahwa mereka anti-kemapanan. Setelah Perang Dunia-II usai, perlombaan nuklir pun terjadi antara Sovyet Uni dan Amerika Serikat. Sejak dekade 1960an mereka dicekoki dengan berita-berita yang itu-itu saja. Mungkin sangat membosankan. Dan mereka kemudian beralih ke Timur, yang mana sawah yang subur dan kondisi sosial masyarakat nan eksotis menjadi alternatif yang tersedia.

Lalu pecahlah Revolusi Syiah di Iran 1979, sementara perang Iran-Irak menjadi tontonan yang semakin menjemukan. Sedangkan di Korea Selatan, Jenderal Park Chung Hee baru saja memulai proyek nasionalisme pemuda berbasis budaya lokal. Tetapi para pemuda Korea melihat itu sebagai sentimen terhadap Kim Il Sung di Utara, sehingga mereka ogah mengikuti. Barulah setelah Olympiade Seoul 1988 mereka mengerti maksud dan tujuannya. Empat belas tahun kemudian, bersama Jepang, mereka berhasil mementaskan Piala Dunia 2002, dengan Korea Selatan berhasil menjadi semi-finalis di bawah Guus Hiddink.

Sementara Indonesia terkesima dengan Revolusi Islam, dan kemudian menangisi Turki sekuler di bawah Ataturk. Lalu melahirkan Pesantren Ngruki, mendukung Taliban di Afghanistan yang berperang melawan Komunisme Sovyet. Sementara Saudi dan Mesir semakin bergerak menuju Liberalisme dan modern karena mereka sadar tak mungkin lagi hidup di bawah pengaruh minyak bumi yang semakin menipis dan potensi wisata yang itu-itu saja. [Bacalah Ken Konboy yang juga mengulas peran para eksekutor sejak NII/ DI 1949].

Kondisi ini persis seperti yang diramalkan para Sosiolog abad XX bahwa apa yang disebut Barat sebenarnya mulai bergeser ke Timur, sementara Timur bergerak ke Barat. Sedangkan Indonesia di mana?

==========

Sebagai penulis, Muhammad Faisal mengatakan bahwa generasi muda Indonesia tidak mengerti mengapa mereka harus ber-Pancasila. Parahnya lagi, ujar Faisal, mereka bertanya mengapa kebebasan harus diimbangi Tanggungjawab, padahal setiap tahun mereka merayakan kemerdekaan 17 Agustus. "Mereka harus diajak kembali ke akar", katanya, sambil menolak sebutan generasi milenial yang hanya bertendensi waktu tanpa makna. Bukan kehilangan Orientasi, seperti kata sahabat saya dalam sebuah kegiatan Geladi Humanisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun