Dalam sebuah risalah tentang pemuda, Milan Kundera mengatakan bahwa jika pemuda tidak mengerti akar yang kuat dan seharusnya, tentu saja mereka kehilangan arah, seperti para pemuda Komunis di Cekoslovakia dulu. Sementara generasi tua tidak  mampu menjadi teladan, kata Kundera. Dan saya pun teringat akhir dekade 1970an ketika Boney melantunkan sebuah lagu legendaris: "Rivers of Babylon".
Terinspirasi dari Mazmur 137, lagu itu sebetulnya bukan tentang kitab suci agama manapun. Tetapi liriknya menjelaskan tentang para pemuda yang energik dan kreatif. Mereka memang selalu bersuka cita, tetapi tetap harus ada maknanya. Untuk apa? Apakah pula batasnya?
==========
Radikalisme pemuda Indonesia setelah 93 tahun Sumpah Pemuda kembali digaungkan. Mau dibawa kemana negeri ini? Apakah sebesar Indonesia akan pecah berkeping-keping? Wallahualambissawab.Â
Soekarno memang pernah mengatakan "Berikan aku 10 orang pemuda, maka aku akan mengguncang dunia". Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Mao Tse Tung dan Lee Kuan Yew. Kedua orang ini sama sekali tidak percaya bahwa pemuda bau kencur dan kekanak-kanakan bisa melakukan apa yang dikerjakan orang tua. Kurangnya pengalaman juga meniscayakan radikalisme yang membabi-buta, seperti diaminkan Deng Xiao Ping dalam Tiananmen (1989). Â Maka kita harus bertanya pula pada Kamerad Brezhnev, apakah peran pemuda dalam Revolusi sejak runtuhnya Dinasti Romanov? "Nyaris tidak ada", katanya.
Berdasarkan percakapan ini, saya percaya bahwa rahim yang melahirkan pemuda adalah karakter masyarakat dan kondisi sosialnya. Bahkan jika bertanya pada Hirohito dan Destoyevski.
Selamat Hari Sumpah Pemuda!
Referensi:
Benedict Anderson, Revolusi Pemuda (1976)
John Ingelson, Jalan Ke Pembuangan (1983)
Muhammad Faisal, Generasi Kembali Ke Akar (2021)
Richard Sianturi -- Norman Gultom, Catatan Dari Kampus (2016)