Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dek Jum dan Lampu Tenaga Surya

19 Januari 2019   11:04 Diperbarui: 19 Januari 2019   11:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dek Jum dan Lampu Tenaga Surya

Oleh : Sampe L. Purba

Aku sempat pangling. Seperti biasa, dengan seruling terselip di lilitan sarung,  aku selalu menunggunya di perempatan serumpun bambu menuju pancuran yang sedikit curam di kaki bukit desa. 

Jum -- bersama sekelompok gadis sebayanya -- dengan  hiong di punggung mengawali rutinitas paginya dengan mandi dan mencuci di pancuran. Pulang ke rumah membawa air di hiong. Aku membantunya. Hiong adalah sepotong bambu berdiameter besar  yang buku ruas atasnya dilobangi. Mirip seperti tempat legen atau tuak.

Biasanya,  wajah penduduk desa selalu pekat tersapu bekas asap perapian atau lampu teplok semalaman. Tidak terkecuali Jum. Walau hanya beberapa noktah, tapi noda kehitaman temporer seperti bekas jelanga cukup nakal mengganggu kulit putihnya di titik titik strategis yang mulus bak pualam dari Persia itu. Pagi ini ada yang berubah.

Bang S   : Dek Jum, kok pagi ini wajahmu sangat putih bersih ya. Lampu teplok di rumahmu mendadak mengeluarkan asap bedak putih,   Tidur pakai lampu parfum atau  bagaimana

Jum  : Antara iya dan tidak Bang

Bang S : Maksudnya ?

Jum   : Kami tidur masih pakai lampu. Tapi kali ini tidak lagi lampu teplok. Sudah ada bohlam. Lampu berlistrik, seperti yang pernah kita lihat di televisi Kecamatan itu lho Bang.

Bang S : Lha, kan belum ada jaringan listrik ke sini. Katanya terlalu jauh menarik titik apinya dari gardu terdekat. Tidak ekonomis memasang beberapa tiang dan jaringan hanya untuk segelintir penduduk dengan pemakaian daya voltase rendah. 

Jum  : Mungkin juga sih Bang. Tapi Pemerintah selalu ada terobosan. Kreativitas cerdas dalam bahasa anak sekolahan. Sambil menunggu jaringan listrik, Pemerintah melalui Kementerian ESDM mengusahakan lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) sebagai solusi penerangan yang difokuskan bagi perdesaan yang terisolir dan sulit dijangkau jaringan PLN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun