Mohon tunggu...
Miftahul Fajar
Miftahul Fajar Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Siapakah aku ? Aku hanya orang dungu. Yang tak punya pengetahuan dan kepekaan. Yang ku punya hanya sejuta kerinduan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Sodron {Eps. 1. Sabun yang Tertukar}

31 Januari 2018   15:21 Diperbarui: 31 Januari 2018   15:39 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://wonderopolis.org/wonder/how-does-soap-make-you-clean

Namaku Sodron. Aku tak tahu artinya apa. Nama ini, hanya nama julukan yang diberikan oleh orang orang di sekitarku. Namun, aku menyukai nama itu. Hingga tiap aku berkenalan dengan siapapun, aku memperkenalkan diri bernama Sodron.

Dalam setiap cerita, tak bisa terlepas dari tokoh utama. Entah, itu benar benar tokoh utama, atau hanya kehendak pencerita untuk menjadikannya utama. Semuanya berawal dari suka tidak suka, dan berakhir pula untuk disukai atau tidak disukai.

Begitu pula dengan kehidupanmu.

Sedangkan aku, aku ingin enggan untuk menjadi tokoh utama. Eh, memang barangkali aku tak bisa menjadi utama. Jadi, aku ingin putus kehendak saja.

*****

"Asu kamu Dron"

"Kenapa ? Aku memang Asu."

"Baunya celanamu. Abis nyabun, masih kamu pakai saja."

"Bentar bentar. Hidungmu itu yang bosok. Aku tidak nyabun tadi malam."

"Ya sudah lah. Nasehatin kamu itu memang susah."

"Kalau aku nyabun, tentunya tadi subuh aku mandi Lim. Kamu udah lupa kah ?"

Berjuta juta semester yang lalu, pas di tengah perkuliahan, aku disuruh untuk membaca Al Qur'an oleh Dosen.

"Sodron, giliranmu untuk ngaji. Ambil Al Qur'an di almari itu." Perintah bapak dosen.

"Saya tidak bisa membaca Al Qur'an pak." Jawabku.

"Kenapa ? Jangan banyak alasan kamu." Tanyanya.

"Begini pak. Biasanya saya mandi sih setelah mimpi, tapi tadi pagi saya lupa mandi." dalihku dengan perasaan tak bersalah.

******

Krucuk krucuk. Perutku pagi itu terasa lapar. Sudah sekian lama. Belum aku isi perutku lagi. Semenjak tadi pagi aku keluarkan ampas ampas yang berada di dalamnya.

"Lim. Kamu tidak ingin sarapan ?"

" Nanti saja aku sarapan. Perutku belum lapar."

" Oke dah. Aku keluar dulu ya. Mau beli sarapan."

"Ganti celana dulu sana. Kalo ada yang mencium bau celanamu, malu maluin."

"Halah. Gak usah. Masih suci kok ini."

" Ya sudah. Ya sudah."

Aku pun keluar kamar sambil membawa tas kecil. Aku taruh dompetku di dalam tas itu. Setibanya di depan kost, aku tancapkan kunci motorku. Loh....

" Kok gak bisa nih. Apa bukan kunci ku ?" fikirku.

Beberapa detik aku kebingungan. Kemudian aku berteriak memanggil Halim.

"Hoe Lim. Hoe"

" Kenapa teriak teriak?" sahutnya dari dalam kost.

"Kamu ngeliat kunci ku gak?" tanyaku.

"Tidak. Kebiasaan burukmu lagi, pelupa."

Aku pun masuk ke dalam kamar kost lagi. Aku cari kunci motorku.

" Lim. Minggir dulu."

" Oke oke."

"Bantu aku lah."

Sekian lama aku dan Halim mencari kunci motor ku. Hampir setiap sudut dan sisi kamar sudah kami geledah. Namun belum juga ketemu.

"Lim. Dimana ya kunci ku."

"Aku ya gak tahu. Kamu nih dasar pelupa. Coba diingat ingat lagi."

"Bentar bentar."

"Apa ?"

"Masih ada satu tempat yang belum kita geledah."

"Dimana ?"

"Celana yang kamu pakai. Coba aku rogoh celanamu bentar."

" Gak usah. Aku rogoh sendiri ", jawab Halim dengan agak mangkel.

Halim pun merogoh saku celanamu. Ternyata...

"Loh, kok ada kunci." katanya berlagak kaget.

Padahal, kunci motor Halim ada di atas salah satu meja di dalam kamar kost kami.

"Ya itu kunci ku. Dasar kamu ini" kataku sambil sedikit menahan tawa.

"Asu...."  

 ****

Aku minta maaf. Ternyata aku juga tak bisa terlepas dari menceritakan diriku sebagai tokoh utama. Dengan happy ending pula.

Dikarenakan itu, akhirnya aku memutuskan untuk mencari posisi ku sebagai "tokoh sampingan" dalam cerita hidupku. Karena aku tak ingin terus menerus terjebak dalam mengutamakan diri sendiri dibandingkan mengutamakan orang lain.

Kapan kah pencarianku akan berakhir ? Kapankah shadrun ku terbuka dan tak dipenuhi dengan belatung belatung yang menutupinya?

Entahlah....

..... (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun