Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soedjono Hoemardani, Jenderal Nyentrik Dukun Soeharto

16 Oktober 2020   17:13 Diperbarui: 16 Oktober 2020   17:38 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PRESIDEN Soeharto menancapkan kursi kekuasaannya hampir 32 tahun di tanah air. Karena itu, wajar begitu banyak kisah yang ditorehkan. Baik soal sepak terjangnya selaku penguasa orde baru (orba) maupun kehidupan pribadinya. 

Dalam beberapa catatan sejarah, Soeharto bisa berkuasa di tanah air di awali dengan tragedi berdarah malam Jumat, 30 September 1965 atau lebih dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September (G30S). Dalam peristiwa malam jahanam itu, tujuh perwira Angkatan Darat mati terbunuh. Enam diantaranya berpangkat jendral dan satu perwira pertama atas nama Pierre Andreas Tendean. 

Dari peristiwa tersebut Soeharto yang kala itu menjabat Panglima Kostrad (Pangkostrad) berpangkat Mayor Jendral mampu keluar sebagai 'Super Hero'. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dianggap sebagai dalang penculikan dan pembunuhan ketujuh perwira AD tersebut berhasil dilumpuhkan berkat kesigapan suami dari Siti Hartinah atau akrab disapa Ibu Tien Soeharto dimaksud. 

Kesuksesan menggagalkan kudeta PKI membuat Soeharto mendapat kepercayaan penuh dari Presiden Soekarno. Puncaknya terbitlah Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dimana Soeharto diperintahkan untuk mengamankan kondusifitas negara dan menjamin keselamatan jiwa Presiden Soekarno. 

Siapa menduga, Supersemar itu akhirnya menjadi awal runtuhnya Presiden Sukarno yang sebelumnya ditasbihkan sebagai Presiden RI seumur hidup. Tak sedikit catatan sejarah yang mengatakan surat perintah dimaksud dimanfaatkan Soeharto untuk merebut kekuasaan hingga akhirnya menjadi penguasa Orba hingga hampir 32 tahun lamanya. 

Kekuatan ABRI dan Dukun 

Pada tanggal 7 Maret 1967, kekuasaan Presiden Sukarno akhirnya runtuh melalui putusan Sidang Istimewa  MPRS. Ini menjadi tolak awal kekuasaan Soeharto, karena seiring kejatuhan Proklamator RI, The Smiling General---julukan Soeharto dikukuhkan menjadi pejabat presiden. 

Dari situ Soeharto mulai menyusun kekuatan politik demi menjaga utuh kekuasaannya. Dia membentengi takhtanya dengan kekuatan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan Partai Golkar sebagai sarana demokrasi "abu-abunya". 

Hasilnya sudah sama-sama kita ketahui bersama. Beliau mampu menjadi penguasa selama hampir 32 tahun. Kendati begitu banyak yang meyakini kekuatan Soeharto tidak hanya bertumpu pada strategi politik dan kekuatan ABRI. Akan tetapi dibantu oleh kekuatan spiritual. 

Tidak sedikit buku yang mengisahkan jika Presiden Soeharto memiliki kekuatan mistis yang boleh jadi sangat susah diikuti oleh nalar atau akal sehat. Konon, ilmunya tersebut diperoleh sangat tidak mudah. Rata-rata melalui cara tirakat, semedi, puasa, hingga berziarah ke makam-makam leluhur. 

Diyakini banyak pihak, Soeharto juga sejak masih muda telah mempelajari ilmu kejawen. Semacam ilmu dari leluhur masyarakat jawa kuno, yang dipandang memiliki ajaran-ajaran berbau mistis. Pemilik ilmu kejawen dipercaya selalu mendapat bantuan dari alam gaib jika sedang dihadapkan pada suatu masalah. 

Lebih jauh, karena kepercayaannya terhadap hal-hal berbau mistis. Selama menjabat sebagai Presiden RI banyak dibentengi oleh orang-orang yang ahli supranatural atau dukun. 

Dari sekian banyak nama-nama yang membentenginya, ada satu nama yang paling terkenal dan sangat dipercaya oleh Presiden Soeharto. Dia adalah Soedjono Hoemardani. 

Soedjono Hoemardani bukanlah ahli supranatural atau dukun biasa. Ia adalah seorang jendral kepercayaan Presiden Soeharto. Namun, penampilanya sepintas tidak mencerminkan seorang perwira tinggi. Ia lebih pantas disebut seorang seniman, karena penampilannya nyentrik dengan rambut dibiarkan gondrong.

Konon, setiap tamu yang datang ke Presiden Soeharto harus melalui Soedjono terlebih dahulu. Setelah dirasa aman, baru tamu tersebut diperbolehkan bertemu langsung Presiden Soeharto. Hal itu dilakukan sebagai bentuk perlindungan gaib dari jendral eksentrik tersebut terhadap majikan sekaligus sahabatnya. 

Dikutip dari Tirto.id, bentuk perlindungan Soedjono terhadap Soeharto karena konon jauh sebelumnya jendral nyentrik ini pernah diberi amanat oleh salah seorang guru spiritual, Soediyat Prawirokoesoemo alias Romo Diyat agar menjaga Soeharto. Karena, dipercaya akan menjadi orang besar. Ucapan itu terbukti. Soeharto menjadi Presiden ke-2 RI. 

Sama dengan Soeharto, sewaktu mudanya Soedjono juga sering pergi ke tempat-tempat keramat. Bahkan, mereka berdua kerap pergi bersama. Untuk itu kabarnya tak terhitung jumlah barang-barang klenik atau pusaka berbau mistik yang dimiliki oleh keduanya. 

Namun kebersamaan dua sahabat penyuka klenik tersebut tak berlangsung lama. Soedjono harus meninggalkan Soeharto untuk selama-lamanya pada tahun 1986 silam. 

Karena dianggap dukun pribadi, kepercayaan dan pelindung Soeharto, berita kematian Soedjono ditayangkan di TVRI. Di berita itu, terlihat bagaimana jenazahnya diiringi pasukan ketika diterbangkan ke Solo dari landasan udara. Soeharto dan istri juga ada di sana. 

Demikian sekelumit kisah Soedjono Hoemardani. Seorang jendral nyentrik dan eksentrik sekaligus merangkap dukunnya Presiden Soeharto. Diakui atau tidak, keberadaan Soedjono menjadi salah satu fakta yang mengiringi perjalanan sejarah tanah air.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun