Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Petrus dan Kudatuli, Jejak Kelam Rezim Soeharto

29 Juli 2020   20:23 Diperbarui: 29 Juli 2020   22:06 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendek kata, pada tahun 1996 diadakanlah Kongres PDI di Kota Medan, yang mendaulat Soerjadi sebagai ketua umum baru.

Disebut-sebut, kongres tersebut terjadi ada campur tangan pemerintah. Terbukti, dengan hadirnya Menteri Dalam Negeri, Yogie S Memet dan Panglima ABRI, Faisal Tanjung, untuk memberi restu. Sedangkan, di lain pihak, Megawati dan pendukungnya justru tidak hadir.

Boleh jadi, pemerintah mengakui PDI kubu Soerjadi. Namun, mayoritas kader "banteng" yang ada di akar rumput justru semakin kuat memberikan dukungannya terhadap Megawati. Intinya, mereka sama sekali tidak mengakui ketua umum versi kongres Medan.

Tak mengakui Kongres Medan yang memenangkan Soerjadi, PDI kubu Megawati pun menjaga DPP siang malam. Pasalnya, isu perebutan DPP sudah merebak. Mereka berupaya untuk menjaga dan mempertahankan.

Dikutip dari Kompas.com, Para simpatisan bahkan sudah menandatangani surat tidak akan menuntut Megawati jika nanti mereka harus kehilangan nyawa.

Benar saja, Kantor DPP PDI yang dijaga pendukung Megawati itu kemudian diserang pendukung PDI kubu Soerjadi saat fajar 27 Juli 1996. Massa PDI pendukung Soerjadi mulai berdatangan dengan menggunakan delapan kendaraan truk mini bercat kuning.

Masih dikutip Kompas.com, Massa PDI pendukung Soerjadi yang mengenakan kaus warna merah bertuliskan "DPP PDI Pendukung Kongres Medan" serta mengenakan ikat kepala melempari kantor DPP PDI dengan batu dan paving block.

Akibat dari bentrokan tersebut, dikabarkan cukup banyak korban yang terjadi di antara kedua kubu.

Pendek kata, peristiwa kudatuli akhirnya hanya menjadi jembatan Megawati menjadi tokoh nasional yang sangat disegani, terutama oleh para kadernya. Bahkan, sejarah mencatat, keberhasilan putri sulung Bung Karno ini memimpin partai telah mengantarkan dirinya mengikuti jejak sang ayah, menjadi Presiden RI.

Sementara, pasca peristiwa kudatuli, nasib rezim Soeharto justru malah hancur lebur. Dua tahun setelah peristiwa tersebut, sang penguasa orde baru itu harus lengser dari jabatannya karena desakan ribuan aksi massa.
Tanggal 28 Mei 1998 adalah saksi sejarah runtuhnya kekuasaan "The Smiling General" sekaligus membuka pintu gerbang era reformasi.

Itulah dua jejak kelam yang terjadi saat pemerintahan rezim Soeharto, yang tentu saja tidak diharapkan terjadi lagi sekarang atau dimasa yang akan datang.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun