"Kami berharap dengan diplomasi silaturahmi ini akan membangun mutual understanding untuk memastikan kita tidak terjebak Thucydides trap," katanya dalam diskusi daring 'AS-Tiongkok Memanas di Laut Cina Selatan, Bagaimana Sikap Indonesia?', Kamis, 18 Juni 2020.
Masih dikutip dari Tempo.co, Dahnil menjelaskan Thucydides merupakan sejarawan Yunani kuno yang menyatakan perang terjadi ketika ada satu kekuatan yang meningkat (rising star) berhadapan dengan penguasa (ruling power). Dalam hal ini China sebagai rising starnya.
Menurut Dahnil, di tengah memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Cina maka sikap Indonesia kembali kepada konstitusi, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia. "Kembali ke UUD dan tidak terlibat dalam konflik," ucap dia.
Non Blok
Sangat bisa dipahami, jika Menhan Prabowo melaui juru bicaranya bersikap tidak mengutarakan keberpihakannya terhadap kedua negara besar yang sedang berkonflik.Â
Dan, bahkan mengembalikan pada amanah konstitusi UUD 45 untuk selalu menjaga ketertiban dunia dan tidak melibatkan diri dalam konflik.
Pertama, Prabowo dan Indonesia sengaja tidak berpihak pada salah satu negara karena tidak ingin hubungan diplomatiknya dengan kedua negara tersebut jadi rusak.
Bagaimanapun, Indonesia sangat berkepentingan besar terhadap kedua negara tersebut. Baik dalam bidang ekonomi, politik dan lainnya.
Jadi, daripada menunjukan keberpihakan dan akibatnya bakal buruk. Lebih baik berdiri di tengah-tengah sambil terus berusaha untuk bisa meredakan ketegangan.
Kedua, Indonesia adalah salah satu anggota negara-negara non blok.
Sebagai negara anggota non blok itu artinya Indonesia bukan negara yang bisa dengan gampang bersekutu dengan  negara-negara lainnya. Dalam hal ini blok barat dan timur.