Mohon tunggu...
Muhamad Samiaji
Muhamad Samiaji Mohon Tunggu... Berkeliling mencari pengetahuan baru

Menulis sekedarnya, semoga menambah khasah keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Saham Garuda dan nasibnya

28 September 2025   20:27 Diperbarui: 28 September 2025   20:27 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Garuda diterpa angin danantara. Satu sayapnya akan diganti oleh pelita. Namun sayap garuda kuat, seperti lambang negara kita. Meskipun Parlemen sayap kanan ingin merentang namun pemilihan filosofis mendalam perihal tanggal 17 bukanlah hal yang mudah. Serangkaian serangan udara berhujan bom dari tanah rencong hingga bumi raja jawa. Puluhan tahun ditelantarkan arti kemerdekaannya oleh para rakyat maupun wakilnya. Derasnya darah yang telah mengering bersama tanah yang dimakan cacing-cacing para BINATANG koruptor yang merusak unsur Hara. Kini daging saham juga mereka koruptif, masif bahkan tak bisa diambil paksa oleh kewenangan hukum yang ada. Mereka saling Suap-menyiap, tak akan pernah usai terurai. Tak mampu sayapnya melantai  GIAA tetap dimulai dengan angka 8.

Bambu runcing yang sudah tidak pernah terpegang lagi oleh para prajurit modern. Semenjak tahun 45 ada mortir tersimpan. Siap meledakkan pondasi-pondasi Kebinekaan menghancurkan periuk nasi. Memasak ISUE-ISUE gerakan separatis, anarkis, sporadis. Mengarahkannya kepada pemimpin negara seolah lupa. Bahwa negara ku tercinta bukan dipimipin oleh diktator bukan juga tempat yang layak untuk dihormati. Kalau surat ini tak sampai ke kupingnya maka bunuh saja dengan gaya KOMANDONYA.

Baret merah yang pernah dipakainya, sama dengan kebangaan kenangan yang dihidup di hati saya. Saya tak takut, gentar maupun ciut. Gie membisikkan suatu kata 'aku orang malam yang menentang kemenangan dengan pedang'. Aku ingin mati sebagai pejuang bukan pecundang! Bertarung adalah satu-satunya pilihan. Pergi dengan menang atau pulang tanpa nama.

Owh.... Kemana hari raya kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang sudah menuju usia senja. Tak kunjung kah kita merdeka? Tak layakkah sangat garuda terbang tinggi meroket di bursa Efek. Masih ku dengar deru-deru mesin pesawat yang mengudara, decit gesek ban yang mendarat sempurna. Para awak kapal yang senantiasa menjaga langit NKRI ya, mereka layaknya seperti Kopasgat.

Saya dari teras rumah, memahami perjuangan kalian. Sampai bertemu lagi di penerbangan berikutnya.

Salam guru kecil

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun