Artikel yang berjudul “Fobia Ulat Bulu di Republik Hantu” memberikan sudut pandang baru
tentang fenomena ledakan ulat bulu yang sempat meresahkan masyarakat. Selama ini ulat
bulu dianggap berbahaya, menakutkan, dan bisa mengancam kehidupan manusia. Namun,
penulis menegaskan bahwa sebenarnya ulat bulu tidak menimbulkan ancaman serius, baik
bagi pertanian, lingkungan, maupun kesehatan. Justru ketakutan berlebihan atau fobia
terhadap ulat bulu lebih merugikan bagi manusia itu sendiri.
Cara penulis menyampaikan pendapatnya cukup menarik karena dihubungkan dengan
argumentasi yang logis, pengalaman pribadi, perbandingan historis, dan juga kritik sosial
yang tajam. Misalnya, dia membandingkan dampak hujan berkepanjangan terhadap
pertanian yang lebih merugikan daripada serangan ulat bulu. dia juga mengingatkan bahwa
di masa lalu masyarakat bahkan mengonsumsi pupa ulat sebagai sumber protein. dia
mengaitkan fenomena ini dengan kerusakan lingkungan, pemanasan global, penggunaan
pestisida yang berlebihan, serta hilangnya predator alami akibat perilaku manusia.
Menurut saya, artikel ini sangat relevan karena mengajak pembaca untuk lebih memahami
siklus alam daripada sekadar takut. Ulat bulu adalah bagian dari proses metamorfosis
menuju kupu kupu yang indah. ulat bulu bahkan dapat membantu petani, misalnya membuat
pohon berbuah lebih lebat setelah daunnya habis dimakan ulat. Selain itu, kritik sosial yang
dijelaskan penulis menambah inti atau isi dalam artikel ini. Pesan yang bisa diambil adalah
bahwa rasa takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang tidak berbahaya hanya akan
merugikan diri sendiri, sementara pemahaman dan kesadaran lingkungan justru membawa
manfaat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
