Mohon tunggu...
Samhudi Bhai
Samhudi Bhai Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kompasianer Brebes Community (KBC)-68 Jawa Tengah -Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

MUI Sumut Haramkan Ucapan Nataru 2021

15 Desember 2021   19:18 Diperbarui: 15 Desember 2021   19:21 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Issak Ramdhani/Fajar Indonesia Network)

Pentingnya pendidikan seksual anak seharusnya menjadi program utama bagi MUI sehingga kedepan tidak ada lagi kasus pemerkosaan.

Baru-baru ini publik dikagetkan dengan berita 12 santriwanti diperkosa oleh pemilik Boarding school sehingga muncul opini sana sini yang mengatakan biadabnya pelaku tersebut hingga kini.

Salah satu dari manfaat pendidikan seksual anak adalah agar ketika anak remaja atau dewasa tidak diperlakukan semena-mena seperti kasus di Bandung Jawa Barat. 

Pasalnya jika pendidikan seks sudah masuk dikuasainya oleh anak maka mampu menjadi tameng untuk dirinya sehingga aman dari pelecehan seksual karena sudah mendapatkan pendidikan seksual semenja dini. Aman dan terkendali.

Namun tidak pada MUI yang justru mengeluarkan statement konyol yang hanya membuat kegaduhan menjelang Natal dan Tahun Baru.

Bukannya MUI mengedukasi seks pada sang anak agar bagaimana dapat memahami tentang perilaku seksual yang sehat sehingga pelecehan seksual dapat dicegahnya.

Saat dimana dunia sedang berduka atas tragedi guru cabul tersebut, MUI Sumut melarang ucapan Natal dan Tahun Baru 2021 bagi umat Islam dengan alasan dapat merusak aqidah Islam yang tidak sesuai.

Sedangkan disisi lain para korban pemerkosaan tersebut malah tidak digubris sama sekali oleh MUI. Boro-boro dilabeli haram. MUI membahasnya pun tidak, malah terkesan menutupinya tidak ada halal haram buat kasus tersebut.

Sedangkan disisi lain para korban pemerkosaan mengakui bukan hanya dimetengi namun di intimidasi juga dengan iming-imingi tidak usah membayar biaya.

Bahkan sadisnya para korban dibawah umur ini oleh pelaku malah dijadikan sebagai tukang kuli lalu uangnya yang sudah terkumpul tersebut ditilepnya sendiri. Ini yang seharusnya dilabeli haram oleh MUI.

Harap maklum mengingat MUI sekarang berbeda dengan MUI yang dulu, sekarang didalamnya banyak orang-orang intoleran yang mengatas namakan agama.

Inilah yang terjadi di MUI Sumatra Utara (Sumut) yang telah mengeluarkan fatwa haramnya bagi umat Islam mengucapkan selamat hari Natal pada 25 Desember 2021.

"Merujuk pada fatwa MUI nomor 5 Tahun 1981 tentang Perayaan Natal Bersama bahwa Mengikut upacara Natal Bersama bagi umat islam hukumnya Haram," demikian bunyi surat edaran MUI Sumut bernomor 039/DP-PII/XII/2021 yang ditandatangani oleh Ketua Umum MUI Sumut, H.Maratua Simanjuntak tertanggal 9 Desember 2021, yang dikutip FIN pada Senin (13/12/2021). Sumber: fin.co.id

Malu sendiri jika melihat fakta ini sebagai orang Islam, Penulis juga Islam tapi ya nggak begeto juga keles. Secara Menteri Agama (Menag) terkenal dengan toleransinya terhadap keberagaman.

Sementara itu dari segi Agama, pun orang Kristen santuy-santuy mawon. Mau ngucapin monggo gak mau ngucapin yo ora popo.

Tidak heran jika Gus Mus pernah mengatakan MUI itu makhluk apa, secara memang begitu mblegedes sak karepe wudele dewek.

Viralnya guru cabul yang memperkosa 12 santriwati hingga punya pada punya bayi MUI tiada reaksi. Seharusnya itu yang diharamkan karena sudah terlalu parah kasusnya hingga para santri dijadikan tukang kuli lalu dana pendidikannya dikorupsi itu yang seharusnya di jadikan haram MUI. Bukan malah ucapan Natal dan Tahun Baru (nataru 2021).

Semua menghendaki kedamaian, sebab Indonesia adalah rumah kita bersama bhineka tunggal ika meski bersuku-suku dan dari Ras yang berbeda namun tetap Indonesia.

Indonesia berdiri bukan hanya dari keberagaman suku saja, akan tetapi dari adanya ras, bahasa dan Agama. Diantara hal tersebut yang paling dominan adalah keberagaman dalam Agama yang sering diobok-obok terus oleh Agama tersebut.

Keplax bathuk melihat fenomena ini. Statement nyeleneh dari MUI Sumut tersebut betapa malunya Saya. Secara pemikirannya yang cupet, seret dan sempit otaknya sehingga begitu mudahnya ngecap cap haram untuk Natal dan Tahun Baru.

MUI bukan tidak tahu tapi lagi pura-pura budeg tidak mau ngaca jika mantan ketua MUI setara nasionalisnya telah dijadikan wakil Presiden untuk Indonesia. Sedangkan Indonesia berisi aneka Agama bukan dari Islam saja.

KH. Ma'ruf Amin merupakan panutan bagi orang Indonesia dari berbagai Agama. Ma'ruf Amin juga merupakan wakil Presidennya orang-orang Kristen di Indonesia yang tidak diragukan lagi rasa toleransinya ketika mengucapkan selamat hari natal 2021 untuk orang Kristen di seluruh Indonesia.

Ma'ruf Amin sebagai Ulamanya Ulama Nahdlatul Ulaman (NU) yang dijadikan sebagai rujukan seluruh Ulama Nusantara untuk Umaronya bangsa Indonesia yang tercinta ini.

Apakah MUI Sumut tidak mendengar jika Habib Riziq pernah mengatakan jika yesus melahirkan bidanya siapa, dan Somad dengan mengatakan jika salib ada jin kafirnya. Kemana MUI saat itu, kenapa diam membisu tidak ada reaksinya. MUI Sumut ini malah berisik kali ketika menjelang Natal.

Bangsa Indonesia ini harus berisikan orang yang paham betul tentang kebangsaan bahwa Ibu dari Presiden Soekarno sendiri adalah orang Bali yang sudah pasti beragama Hindu.

MUI seharusnya ditegur sama Anwar Abbas sebab telah memberi statement yang dinilai punya kesan memprovokasi masyarakat.

Seharusnya MUI mengharamkan tindakan guru cabul yang sudah perkosa 12 santriwatinya dari pada sibuk mengharamkan ucapan natal dan tahun baru untuk non muslim.

Pendidikan seksual anak lebih penting dari MUI yang terkesan menutup-nutupi kasus ini. MUI mengaramkan ucapan Natal dan Tahun Baru tapi MUI lupa sama kasus guru cabul yang masih baru.

Salam
Samhudi Bhai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun