Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Nepotisme Rasional SBY

30 Juni 2011   08:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:03 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Bangsa kita tidak pernah lepas dari nepotisme. Reformasi menuntut, penyakit ini harus dimusnahkan bersama saudaranya, korupsi dan kolusi. Rezim Soeharto yang diidentikkan dengan ketiganya memang tumbang. Sayang, ternyata KKN bukanlah milik Soeharto semata.

Kalau diperhatikan bagaimana SBY memilih Pramono Edhi Wibowo sebagai Kasad, orang agak ragu mengaitkan dengan nepotisme. Bagaimanapun, jenjang karier adik iparnya ini mentereng. Ia melalui semua jabatan yang paling prestisius di TNI AD: Pangkostrad, Pangdam Siliwangi, Danjen Kopassus.

Karir Mentereng

Sejarah militer Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ketiga kesatuan tersebut. Kodam Siliwangi bermula dari Divisi Siliwangi yang dibentuk semasa revolusi fisik. Tidak hanya tua, Siliwangi adalah gudangnya elit militer Indonesia awal. Dalam buku David Jenkins, Soeharto and His Generals (diterjemahkan tahun 2010 menjadi Soeharto dan Barisan Jenderal Orba), Siliwangi adalah tempat mengabdi lulusan Akademi Militer Belanda—sebelum kedatangan Jepang—seperti AH Nasution, Alex Kawilarang, dan Mokoginta. Kita sudah tahu siapa orang-orang itu dan posisinya dalam sejarah Indonesia. Nasution kemudian menjadi Kasad, Ketua MPRS, sekaligus ahli strategi militer terkemuka.

Alex Kawilarang? Yang satu ini ada hubungannya dengan Kopassus. RPKAD adalah cikal bakal Kopassus yang didirikan tatkala Alex Kawilarang menjadi Komandan Siliwangi. Seperti dapat dilihat di sini, Kawilarang merekrut seorang mantan anggota pasukan khusus Belanda untuk membentuk pasukan elit. Dan, kita sudah tahu kiprah Kopassus dalam sejarah Indonesia.

Yang paling diingat tentu saja keberhasilan mengatasi pembajakan Pesawat Woyla tahun 1981. Kopassus juga ada sejarah kelamnya, persis seperti perjalanan hidup Kawilarang. Ia terlibat dalam Permesta dan bahkan menjadi Panglima Republik Persatuan Indonesia yang memberontak terhadap pemerintah pusat. Tapi, akhirnya kembali juga ke pangkuan Bunda Pertiwi.

Mengenai Kostrad, tentu tidak ada yang bisa meragukan kebesarannya. Meski namanya "cadangan", Kostrad adalah satuan terbesar yang dimiliki TNI. Sampai sekarang Kostrad memiliki 2 Divisi yang bermarkas di Bogor dan Malang. Karena itulah seorang Panglima Kostrad berpangkat letnan jenderal. Karena bintang tiga tinggal selangkah lagi sebelum bintang empat, bisa dipastikan, siapa yang mau jadi Kasad, peluang terbesarnya adalah jika terlebih dahulu singgah di Kostrad. Dua "orang Kostrad" menjadi presiden RI, yakni Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Dengan kebesaran tiga satuan itu, maka orang yang mengatai SBY nepotis  seolah akan menelan ludahnya sendiri. Sudah lazim di institusi militer jika jabatan terbaik diberikan berdasarkan prestasi. Pramono jelas memilikinya karena jabatan di kesatuan elit adalah bentuk dari prestasi. Tapi kita tahu, prestasi di militer Indonesia tidak ada hubungannya dengan pertempuran. TNI sekarang sedang "menganggur" setelah masalah Aceh diselesaikan di meja perundingan. Itu artinya, penempatan seseorang di sebuah jabatan pasti lekat dengan subyektifitas.

Kalau kita kembali mengingat masa lalu, bukan kebetulan jika dua "orang Kostrad"—Soeharto dan SBY—memiliki cara yang hampir sama dalam nepotisme rasional mereka.

Sempat dibuang oleh Pangab Benny Moerdani pada 1980-an dari Kopassus ke Kodim dan kemudian Kostrad, Prabowo kemudian kembali ke kandang. Prabowo pun akhirnya menjadi Danjen Kopassus. Bahkan pada masanya, Kopassus mengalami reorganisasi dengan penambahan Grup Kopassus sehingga danjennya menambah satu bintang di pundak—dari brigjen menjadi mayjen. Tiga tahun di Kopassus, awal 1998, Prabowo langsung terbang menggapai bintang ketiga setelah menjadi Pangkostrad.

Hanya sayang, kita tidak tahu apakah dulu Soeharto memang ingin melihat menantunya itu jadi Kasad karena Mei 1998 ia lengser. Tapi, arahnya kelihatan memang ke sana. Prabowo yang kata orang begitu cepat naik akhirnya cepat pula turun. Ia disidang oleh Dewan Kehormatan Perwira karena dianggap mendalangi penculikan aktivis dan palu vonis memutuskan: Prabowo diberhentikan. Dalam usia 47 tahun—usia di mana Soeharto dilantik jadi presiden—riwayat militer Prabowo habis. Tapi tentu karir dagang dan pilitiknya belum. Ia sekarang asyik menunggang kuda mahal di istananya sambil menghitung peluang jadi capres 3 tahun lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun